Berita terbaru

Rindu Kehangatan dan Kebersamaan Bersama Masyarakat

Suasana kebersamaan dan kekeluargaan yang terjadi antar pemerintah, masyarakat dan ulama pada Peringatan Nuzulul Qur’an 1443 Hijriah, yang digelar di Pendopo Tumenggung Jogokaryo 1 diharap Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji dapat terus terjaga.

Lantaran dari kebersamaan yang hangat tersebutlah suasana yang aman tertib dan kondusif sebagai ciri Kabupaten Pacitan akan terus berlangsung.

“Terimakasih kepada masyarakat yang telah membantu dan bekerjasama dengan pemerintah dalam melaksanakan pembangunan maupun dalam menciptakan kehidupan sosial yang baik,” ungkap Mas Aji, sore ini (18/04).

Sebagaimana diketahui Nuzulul Qur’an adalah peringatan turunnya Al-Qur’an melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. “Semoga kita dapat membawa hikmah dalam peringatan ini, dan bersama belajar lebih Istiqomah dalam mengamalkan perintah Allah,” harapnya.

Kegiatan Nuzulul Qur’an tersebut juga dirangkaikan dengan penyaluran santunan kepada anak yatim dan guru ngaji, Tadzarus Al-Qur’an 30 Jus bersama Formkopimda dan Perangkat Daerah.

“Terimakasih kepada Muzaki, khususnya ASN Pemkab Pacitan dan masyarakat yang menyisihkan sebagian harta yang dimiliki. Semoga bermanfaat bagi umat,” tambah Bupati yang juga mengapresiasi BAZNAS Pacitan yang berhasil mengkoordinir pengelolaan dan pentasarfan Zakat, Infaq dan Sodakoh. (PemkabPacitan).

Strategi Konvergensi; Percepatan Penurunan Stunting di Pacitan

Indonesia saat ini masih dihadapkan dengan berbagai permasalahan gizi terutama gizi kurang atau stunting dan gizi lebih atau obesitas. Ada beberapa upaya yang harus dilakukan oleh seorang ibu baik sebelum maupun setelah bayi lahir dalam mencegah stunting dan obesitas.

Berdasarkan survei Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 menyebutkan prevalensi stunting sebesar 22, 7%. Angka ini masih jauh dari angka prevalensi yang ditargetkan dalam RPJMN 2020-2024, yakni 14%.

Berangkat dari situlah, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pacitan mengadakan rembug stunting dengan menggandeng lintas sektor terkait yang tergabung dalam Tim Percepatan Penurunan Stunting, pada Kamis (14/04) bertempat di Gedung Karya Dharma Pacitan.

Bupati Pacitan, Indrata Nur Bayuaji menuturkan berdasarkan data dari hasil Survey Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 tren prevalensi stunting balita di Kabupaten Pacitan menunjukan penurunan sebesar 11,7 % dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu sebanyak 34 %.

“Kita jangan sampai lengah karena angka tersebut belum mencapai target nasional dan perlu dicermati kembali apakah kegiatan yang selama ini sudah dilakukan betul-betul efektif dalam mendorong capaian program prioritas nasional penurunan stunting,” terang Mas Aji saat Rembug Strategi Konvergensi Percepatan Penurunan Stunting.

Adapun hasil dari rembug stunting berupa komitmen bersama penurunan stunting yang ditandatangani oleh Bupati, perwakilan DPRD, Kepala Desa, Pimpinan OPD, perwakilan sektor non pemerintah dan masyarakat.

Kemudian perencanaan kegiatan intervensi gizi terintegrasi penurunan stunting yang telah disepakati untuk dilaksanakan pada tahun mendatang dan untuk dimuat dalam RKPD/Renja OPD berikutnya, “Sehingga tujuan utama dari pencegahan stunting di Pacitan dapat terwujud secara optimal,” tambah Mas Aji. (Dinkes/pemkabpacitan)

Kunci Pembangunan Zona Integritas Adalah Komitmen Pimpinan

Pembangunan Zona Integritas adalah suatu kewajiban bagi sebuah lembaga yang memberikan pelayanan publik sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi ( Permenpan RB ) No 10 tahun 2019 tentang Pedoman Pembangunan Zona Integritas menuju wilayah Bebas Korupsi ( WBK ) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani ( WBBM ) di Lingkungan Instansi Pemerintah.

Seiring dengan terbitnya Peraturan tersebut, Pemerintah Kabupaten Pacitan berkomitmen mewujudkannya dengan memberikan pendampingan kepada satuan kerja atau unit kerja pemberi pelayanan publik untuk melakukan Pembangunan Zona Integritas ( PZI ) dikomandani oleh Inspektorat daerah dan Bagian Organisasi Sekretariat Daerah. Pendampingan dimulai pada tahun 2019 kepada beberapa satuan kerja atau unit kerja, salah satu diantaranya adalah Puskesmas Bubakan yang merupakan Unit Pelaksana Teknis ( UPT ) Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan. Puskesmas Bubakan pada akhirnya mampu mewujudkannya sebagai satu-satunya perwakilan Kabupaten Pacitan yang meraih predikat Wilayah Bebas Korupsi (WBK) pada tahun 2020.

Saat dikonfirmasi dr. Rini Endrawati yang saat itu menjabat sebagai Kepala Puskesmas Bubakan, menyatakan bahwa hal adalah capaian seluruh karyawan Puskesmas Bubakan, dibawah komando kepala puskesmas yang berkomitmen kuat, serta buah dari pendampingan yang diberikan oleh Inspektorat Daerah dan Bagian Organisasi Sekretariat Daerah. Cukup mengejutkan sekaligus membanggakan karena Puskesmas Bubakan adalah Puskesmas dengan kategori Terpencil di Kabupaten Pacitan.

“Kami memulai proses PZI setelah kami ditunjuk oleh Bapak Kepala Dinas Kesehatan saat itu, mungkin karena kami adalah Puskesmas dengan predikat Puskesmas Berprestasi berdasarkan SK Kementrian Kesehatan yang kami terima pada tahun 2018, sudah akreditasi terakreditasi UTAMA pada tahun 2017 ,” kata Rini yang kini menjabat sebagai Kepala Puskesmas Ngadirojo, kemarin (13/04).

Bagi Rini bicara ZI dan WBK yang berhasil diraih Puskesmas Bubakan pada tahun 2020 kuncinya adalah komitmen pimpinan, yang ditularkan kepada seluruh karyawan. Tanpa komitmen yang kuat, cukup sulit hal itu diwujudkan, karena PZI adalah membangun sistem, membutuhkan pemahaman bersama dan dukungan dari pihak lain. Salah seorang karyawan pernah menyampaikan kepada Rini, di jaman sekarang sepertinya sulit diwujudkan, akan tetapi Rini memberikan motivasi kuat, untuk memulai PZI ini di unit terkecil dulu, yaitu di Puskesmas Bubakan. “Mulai dari unit terkecil kita dulu, dengan sistem manajemen puskesmas yang konsisten dijalankan, PZI tidak akan sulit dicapai,” papar dia.

Menyinggung dampak positif ZI dan WBK, Rini menyampaikan bahwa predikat WBK menjadi semangat bagi seluruh karyawan Puskesmas Bubakan untuk lebih mampu memberikan pelayanan yang bersih dan akuntabel kepada masyarakat, dan berujung pada pelayanan prima yang dapat dinikmati oleh masyarakat. Tak lepas pula peran Monitoring dan Evaluasi oleh Pimpinan yang sangat diharapkan agar predikat ini dapat terus dipertahankan oleh Puskesmas Bubakan.

Rini yang kini bertugas di tempat baru, di Puskesmas Ngadirojo juga berkomitmen menularkan pemahamannya tentang PZI kepada seluruh staf Puskesmas untuk mewujudkannya di tempat yang baru. Puskesmas Ngadirojo adalah Puskesmas Rawat Inap yang cukup besar, yang digadang-gadang oleh Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji bertransformasi menjadi Rumah Sakit di wilayah Timur Pacitan. Bagi Rini hal itu bukanlah hal yang mudah, tapi Rini berusaha mewujudkannya dengan memulai membangun sistem yang lebih baik salah satunya melalui PZI dan pengajuan Badan Layanan Umum Daerah ( BLUD ) untuk Puskesmas Ngadirojo. Upaya tersebut kian mantab lantaran SDM di puskesmasnya yang baru sangat mumpuni untuk mengejar berbagai ketertinggalan.

Kerja lebih keras mungkin harus ditunjukan Puskesmas Bubakan saat ini setelah tongkat estafet kepemimpinan diserahkan kepada dr. Jajang Junaidi. Bersama Tim yang solid di Puskesmas Bubakan, Jajang berkomitmen untuk mempertahankan predikat WBK, meski saat inipun Puskesmas bubakan juga tengah disibukkan proses pengajuan BLUD, seperti halnya Puskesmas Ngadirojo dan puskesmas-puskesmas lain. Ke depan Jajang juga berharap nilai SAKIP yang menginduk di Dinas Kesehatan dapat meningkat menjadi BB, agar Puskesmas Bubakan dapat melanjutkan capaiannya dari predikat WBK menjadi WBBM. Jajang pun juga menandaskan pentingnya pendampingan, monitoring evaluasi yang rutin diberikan agar predikat WBK tetap mampu dipertahankan.

Seperti diketahui, beberapa tahun terakhir Kabupaten Pacitan belum mampu beranjak dari B. Walaupun harus tetap untuk diapresiasi karena poin nilai masih naik. “Ingin rasanya SAKIP kami kerjakan sendiri,” kata Jajan bergurau, kemarin (13/04) di ruangannya. (PemkabPacitan).

Puluhan Reog Ponorogo Gelar Aksi Solidaritas di Halaman Pendopo Kabupaten

Polemik seni Reog Ponorogo yang sempat menghangat dalam beberapa hari terakhir turut memantik reaksi seniman reog asal Pacitan. Rabu (13/04) malam, ratusan seniman yang tergabung dalam Paguyuban Reog Kabupaten Pacitan serta para pecinta seni reog tumpah ruah di halaman pendopo kabupaten.

 

Bukan untuk melakukan aksi protes, para seniman reog ini justru menunjukkan aksi simpatik dengan menggelar pertunjukan reog masal. Tak pelak, usai ba’da tarawih kompleks pendopo ramai oleh masyarakat yang hadir untuk menyaksikan pagelaran akbar tersebut. Puluhan reog dari berbagai paguyuban di Kabupaten Pacitan unjuk kebolehan dalam acara yang diprakarsai oleh Dewan Kesenian Daerah itu.

 

“Kami para seniman reog Pacitan “rumangsa melu handarbeni wajib melu Ngrungkepi” (merasa ikut memiliki wajib ikut melindungi),” teriak salah satu panitia melalui pengeras suara.

 

Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji yang hadir langsung dalam acara tersebut sangat apresiatif terhadap aksi solidaritas pecinta seni reog Pacitan untuk mendukung kesenian asli Ponorogo itu menjadi milik Bangsa Indonesia. Tidak hanya itu, Mas Aji juga memaknai acara ini sebagai “Buka bersama’ ( awalan) untuk bangkit setelah dua tahun dilanda pandemi. Namun demikian, Ia minta masyarakat tetap menjalankan prokes dan turut menyukseskan program pemerintah yakni, vaksinasi.

 

“Malam hari ini adalah dalam rangka aksi solidaritas dan semoga doa kita bersama didengar bahwa kesenian reog Ponorogo ini tetap menjadi milik bangsa Indonesia,” kata Mas Aji lantang.

 

Dalam kesempatan itu pula Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji menyatakan bahwa halaman pendopo kabupaten yang diberi nama lapangan Notopuro terbuka untuk umum. Masyarakat dipersilahkan memanfaatkan fasilitas lapangan pendopo untuk berkegiatan selama kegiatan itu positif. (prokopim pacitan / Pemkab Pacitan)

Bupati Apresiasi Kiprah Kader PPKBD Dan Sub PPKBD Wujudkan Program Bangga Kencana Pacitan

Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji memberikan apresiasi lebih atas pengabdian yang tulus dari para kader Institusi Masyarakat Pedesaan (IMP) Pembantu Pembina keluarga Berencana Desa (PPKBD) Dan Sub PPKBD dalam mewujudkan program Bangga Kencana (Pembangunan Keluarga dan Keluarga Berencana) di Kabupaten Pacitan.

 

“Kiprah para Kader ini betul-betul sangat dibutuhkan masyarakat. Penghargaan juga kami berikan kepada para kader yang sudah purna tugas,” ungkap Bupati saat acara pembinaan Petugas Keluarga Berencana Dan Kader Institusi Masyarakat Pedesaan (IMP), Pembantu Pembina keluarga Berencana Desa (PPKBD) Dan Sub PPKBD di Pendopo Kecamatan Pringkuku, Rabu (13/04)

 

Kader PPKBD dan Sub PPKBD menurut Mas Aji memiliki tugas cukup berat terlebih di wilayah Kabupaten Pacitan dengan segala kondisi yang dihadapi. Namun, dengan jiwa pengabdian yang besar demi masyarakat serta niat ibadah, seberat apapun tugas yang diemban akan terasa ringan.

 

Namun, seiring perkembangan waktu kondisi petugas lapangan KB di Kabupaten Pacitan kian tahun semakin berkurang. Menurut Kepala Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Dan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak (PPKB dan PPPA) Kabupaten Pacitan Jayuk Susilaningtyas, jumlah penyuluh yang ada saat ini tinggal 28 orang. Jumlah tersebut kian berkurang karena banyak dari tenaga penyuluh yang memasuki masa pensiun. Disatu sisi, kekosongan tenaga penyuluh tersebut sampai saat ini tak kunjung dapat pengganti.

 

“ Idealnya satu penyuluh itu mengampu tiga desa dan tahun ini ada 3 penyuluh yang pensiun nanti, ditahun 2025 jika tidak ada tambahan maka satu penyuluh bisa mengampu dua kecamatan.

 

Terkait kekurangan tenaga penyuluh KB lanjut Jayuk, pihaknya sudah berusaha mengusulkan. Namun, daerah tidak bisa memaksa karena kewenangan sepenuhnya berada di pemerintah pusat. Beruntung, keberadaan PPKBD dan Sub PPKBD sangat membantu tugas-tugas dilapangan.

 

“Terimakasih Pak Bupati karena Pemerintah Daerah sudah menganggarkan honor bagi para kader untuk PPKBD”, pungkasnya. (Prokopim / Pemkab Pacitan)