Lantik 55 Pejabat Lingkup Pemkab Pacitan Mas Aji : Pacitan Butuh Percepatan Kemajuan

Awal tahun 2024 Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji melantik pejabat lingkup Pemerintah Kabupaten Pacitan di Pendopo Kabupaten. Sebanyak 55 Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama dan Pejabat Administrasi masuk dalam gerbong mutasi.

Beberapa nama seperti Eny Setyowati, Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu bergeser bertukar posisi dengan T. Andi Faliandra menjadi Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekretaris Daerah Kabupaten Pacitan. Sedang, Erwin Andri Atmoko dilantik kembali sebagai Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Pacitan.

Jabatan lain yang juga mengalami pergeseran adalah Kepala Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan Ardyan Wahyudi mendapat amanah baru sebagai Kepala Satuan Polisi Pamong Praja yang kosong karena purna tugas. Sedangkan posisinya digantikan Luthfi Azza Azizah yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Bidang Pertanahan Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Pertanahan.

Usai acara pelantikan Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji mengatakan, pelantikan pejabat ini sudah menyesuaikan kebutuhan organisasi perangkat daerah. Harapannya, percepatan kemajuan kesejahteraan dan kebahagiaan Pacitan dapat segera terwujud. Kepada pejabat terlantik Mas Aji minta untuk segera beradaptasi untuk tugas dan tanggung jawabnya.

“Segera adaptasi dengan lingkungan baru sebaik-baiknya sehingga tanggung jawab dan tugas bisa dilaksanakan sebaik-baiknya karena masyarakat Pacitan membutuhkan pelayanan yang prima,” kata Mas Aji.

@pemkabpacitan

Milad 2 Abad Attarmasie; Mengakar, Mekar Dan Menyebar

Dua ratus tahun lalu atau 1820 Masehi/ 1235 Hijriah, seorang santri Abdul Mannan Dipomenggolo dengan ketulusan menimba ilmu Islam, menjadi santri kinasih Kyai Hasan Besari Tegalsari, Ponorogo, belajar keilmuan Islam yang kuat dengan corak budaya Jawa.

Usai rampung dengan nyantrinya Tegalsari, lantas sesuai dengan rilis dari Pondok Tremas Abdul Mannan Dipomenggolo atau akrab dipanggil Mbah Mannan juga tercatat sebagai salah satu alumni pertama di Al Azhar Mesir pada 1850.

Hal inilah yang menyebabkan khasanah keilmuan Jawa berpusat, Kyai Haji Abdul Mannan Dipomenggolo mampu mengemban lentera keilmuan yang kini diwariskan kepada keturunan Pondok Tremas kepada Pacitan dan Indonesia hingga dua abad dan melewati enam generasi.

Dalam perjalannya, tidak ada satu prestasi berupa simbol atau piala yang lebih bisa dibanggakan, kecuali lahirnya tokoh-tokoh besar penerus Tremas dan santrinya yang tak terhitung jumlahnya. Menjadi ulama-ulama di berbagai wilayah Nusantara.

Kendati demikian, memasuki abad ketiga kejayaan Attarmasie (Pondok Tremas), kesadaran akan tantangan untuk terus melahirkan tokoh-tokoh besar untuk Islam dan Indonesia harus terus dilanjutkan. Sehingga peringatan Dua Abad Pondok Tremas nampak berbagai rangkaian kegiatan yang sarat akan nilai, ilmu doa dan dzikir. Termasuk Festival Media Pondok Jatim, Halaqah Fiqih Peradaban, Memecahkan Rekor Muri Shalawat Badar, Madang Geden atau Makan Bersama.

Acara lain termasuk Haul Akbar dan Launching Kitab (Miftahul Hannan Fii Thoriqoh Wal Haqiqah), Pertemuan Forum Wali Santri, Silaturahmi Keakraban, Malam Puncak Acara (28/12/2023) dan Kuliah Umum Santri Dan Mahasantri.

  1. Salah satu pengasuh Pondok Tremas Pacitan KH. Lukman Harist Dimyathi berharap mendekati pesta demokrasi, Indonesia mendapatkan pemimpin terbaik. “Indonesia yang sebentar lagi pemilu, semoga Allah Meridhoi dan memilih calon pemimpin kita,” kata Gus Lukman, kemarin (22/12/2023) yang juga turut mendoakan yang terbaik untuk Bangsa Palestina.

Momentum peringatan tersebut lanjut Gus Lukman, juga sebagai wadah umat Islam dalam menghadapi masa depan.

Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji (Mas Aji) yang berkesempatan hadir di salah satu rangkaian mengucap rasa syukur dan terima kasihnya, karena secara langsung dan tidak langsung berkontribusi terhadap Pacitan dan dan Indonesia, baik dari segi keilmuan dan yang lain.

“Terimakasih atas segala kiprahnya, semoga di abad ketiga Tremas semakin mengakar, mekar dan menyebar,” kata Bupati.

Sedang untuk pengamanan rangkaian Milad tentu melibatkan berbagai jajaran, selain TNI/Polri, Banser tentu berada di garis depan sejumlah 180 personil dan 40 personel Banser Husada dari Ponorogo, Madiun dan Magetan.

“Ada puluhan ribu peserta acara, dari santri, Mahasantri, Wali Santri dan undangan, tentu kami harus siaga penuh,” ujar Amrudin, Kepala Badan Siber Ansor Pacitan.

Bahkan pengamanan tersebut akan berlangsung hingga usai acara, komitmen besar Banser dalam berbagai momentum utamanya Milad dua abad Tremas selain sudah menjadi kewajibannya, adalah semata untuk bentuk mahabbah kepada ulama dan Agama Islam.

Suksesnya acara tersebut ada Ansor Pacitan yang turut hadir menjadi Petugas Madang Geden Kompi-I, Ketua PC GP Ansor Pacitan yang akhirnya mampu memecahkan Rekor Muri.

“Ada 60 Kader Ansor yang bertugas dalam acara Madang Geden, mereka bertugas menyajikan menu 2151 tampah sajian tiwul. Mereka juga bertugas untuk memastikan posisi sampai semua undangan mendapatkan hidangan,” pungkas Amrudin. (PemkabPacitan).

Museum Song Terus Pacitan Gelar Pameran Obyek Pemajuan Kebudayaan “Jagat Mbah Sayem”

Museum Song Terus Pacitan, bersama Komunitas Kangen Pacitan menggelar pameran obyek pemajuan kebudayaan selama 7 hari sejak tanggal 27 Desember 2023 hingga tanggal 2 Januari 2024 mendatang.

“Museum Song Terus sebagai salah satu dari 18 Museum secara nasional pada tahun ini memiliki program pendataan Obyek Pemajuan Kebudayaan, dan memamerkannya dalam Song Terus Expo dengan tajuk Jagat Mbah Sayem.” Ujar Albernus Nikko Suko Dwiyanto, selaku Kepala Unit Museum Song Terus, Pacitan.

Sementara itu, Budhi Hermanto selaku Kurator pameran menyebutkan bahwa Song Terus Expo dengan tajuk Jagat Mbah Sayem adalah peristiwa kebudayaan yang mempertemukan para pelaku kebudayaan, pekerja seni di Kabupaten Pacitan dan sekitarnya di sebuah Museum Song Terus, sebuah museuum yang menyajikan perjalanan manusia, kebudayaan, dan lingkungan di Gunung Sewu sejak jaman pra sejarah hingga kini.

“Mbah Sayem adalah julukan pada sosok rangka manusia purba yang ditemukan oleh para peneliti pada tahun 1999 di Goa Song Terus. Temuan ini sangat bersejarah dan bermanfaat, saya kira bukan hanya buat Jawa, Indonesia, tetapi juga Dunia. Temuan adanya Mbah Sayem ini membuktikan adanya sejarah manusia purba di Jawa yang diduga keras telah ada di goa-goa pada kawasan Gunung Sewu sejak ribuan tahun lalu.” Ujar Budhi Hermanto, dari Yayasan Umar Kayam.

Selanjutnya, M. Abdillah Yusuf, dari Komunitas Kangen Pacitan menjelaskan bahwa Song Terus Expo “Jagat Mbah Sayem” tidak hanya menyajikan pameran Obyek Pemajuan Kebudayaan melalui foto-foto dan sejumlah material, tetapi juga ada arak-arakan kebudayaan warga desa sebagai bentuk rasa syukur, pameran makanan khas Pacitan, dan ragam seni pertunjukan.

“Nanti sore, berawal dari Gua Tabuhan, warga desa ini akan melakukan arak-arakan sambil membawa sejumlah hasil bumi yang sudah dimasak, akan didoakan bersama di Museum Song Terus sebagai bentuk rasa syukur warga atas hadirnya Museum Song Terus di Pacitan.” Kaya M. Yusuf Abdillah.

Lebih lanjut, Nikko Suko Diyanto menjelaskan bahwa selain pameran onyek pemajuan kebudayaan, Museum Song Terus juga akan menggelar diskusi fokus terbatas dengan para pelaku kebudayaan di Kabupaten Pacitan.

“Kami akan mengaundang berbagai pelaku kebudayaan melakukan diskusi soal pemajuan kebudayaan dan pengembangannya kedepan di Pacitan, pada tanggal 28-29 Desember 2023 esok.” Jelas Nikko.

Dalam pameran Obyek Pemajuan Kebudayaan yang digelar di Museum Song Terus Pacitan ini menyajikan sejumlah obyek tentang ; tradisi lisan, manuskrip, adat istiadat, ritus, pengetahuan tradisional, teknologi tradisional, seni bahasa, permainan rakyat, dan olahraga tradisional. (Pemkabpacitan)

Malam Anugerah Pacitan Innovation Award (PIA) 2023 Ajang Mencari Inovasi Baru

Pemerintah Kabupaten Pacitan melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian dan Pengembangan (Bappedalitbang) menggelar Malam Anugerah Pacitan Innovation Award (PIA) 2023 di Pendopo Kabupaten, Selasa (19/12). Penganugerahan lomba inovasi daerah tersebut dimaksudkan untuk mencari inovasi baru dari OPD, masyarakat serta organisasi lain dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji yang hadir menyaksikan malam Anugerah PIA 2023 sangat apresiatif dengan kegiatan tersebut. Bahkan menurutnya, program ini sendiri sudah sangat inovatif. Terkait dengan produk inovasi Mas Aji memberi 3 pesan. Inovasi harus berdampak bagi masyarakat, murah dan mudah direplikasi banyak pihak serta memberi rasa nyaman bagi yang melakukan.
“Tiga hal yakni memberi dampak bagi masyarakat, murah dan mudah direplikasi serta kenyamanan perlu dipertajam dalam sebuah inovasi,” katanya.
Diakui Mas Aji kegiatan tersebut sangat bagus dan diharapkan kedepan lebih ditingkatkan lagi.
Sementara menurut Kepala Bappedalitbang Kabupaten Pacitan Heru Sukresno PIA 2023 ini selain ajang mencari inovasi baru juga dalam rangka meningkatkan indeks inovasi Kabupaten Pacitan yang saat ini baru 46 persen. Dimulai sejak bulan September lomba inovasi daerah ini diikuti 146 peserta yang terbagi dalam 3 kategori. Yakni kategori OPD, kategori lembaga/unit serta kategori masyarakat.
“Kegiatan ini juga sebagai persiapan untuk 2008 di ajang yang sama tingkat provinsi dan nasional,” ujar Heru.
Hasil kejuaraan Anugerah Pacitan Innovation Award (PIA) 2023 kategori OPD juara 1 diraih Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil diikuti secara berurutan Dinas Sosial, RSUD dr. Darsono, Kecamatan Donorojo dan Dinas Perikanan
Kategori lembaga/ unit, peringkat 1 diraih SD Alam Pacitan diikuti Puskesmas Ngadirojo, Kelurahan Ploso, SDN Pacitan dan SMPN 1 Donorojo.
Sedangkan juara kategori masyarakat urutan pertama diraih Dimy Mullyana diikuti Gusti Ayu Ngurah Megawati, Muhammad Rofiqin, Haryono Hadiwinoto dan Sinta Dewi Artika.
Selengkapnnya, berikut hasil Kejuaraan Anugerah Pacitan Innovation Award (PIA) 2023

Juara Kategori I OPD:
1. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
2. Dinas Sosial
3. RSUD dr. Darsono
4. Kec. Donorojo
5. Dinas Perikanan

Juara Kategori II Lembaga/ Unit:
1. SD Alam Pacitan
2. Puskesmas Ngadirojo
3. Kelurahan Ploso
4. SDN Pacitan
5. SMPN 1 Donorojo

Juara Kategori III Masyarakat:
1. Dimy Mullyana
2. Gusti Ayu Ngurah Megawati
3. Muhammad Rofiqin
4. Haryono Hadiwinoto
5. Sinta Dewi Artika

Juara organisasi perangkat daerah terinofatif
1. Dinas kependudukan dan pencatatan sipil

Kelurahan/desa terinovatif
1. Kelurahan ploso

3 unit penyelenggaraan pemerintahan pelayanan publik terbaik
1.kec ngadirojo
2.kec tulakan
3.kec donorojo

(Pemkabpacitan)

Desa Cangkring dan Sedayu Raih Desa Terbaik Anti Korupsi; Gubernur dan KPK RI Rencanakan Rayakan Hakordia di Ngadirojo

Dua desa di Pacitan yakni Desa Cangkring Kecamatan Ngadirojo dan Desa Sedayu Kecamatan Arjosari meraih Desa Terbaik Anti Korupsi Tahun 2023 – 2024.

Desa Cangkring menjadi Lokasi Puncak peringatan Hakordia Provinsi Jawa Timur.

Perihal tersebut sesuai isi surat Inspektorat Provinsi Jawa Timur NO. 005/2783/060/2023 sebagai tindak lanjut surat KPK RI NO. B/3891/DKM/.01.02/80-84/07/2023 Tentang Replikasi Desa Percontohan Desa Anti Korupsi. Sehingga apresiasi dari perolehan dua desa tersebut maka perayaan hari korupsi sedunia (HAKORDIA) bakal dilaksanakan di Desa Cangkring, Kamis besok (21/12/2023).

Mahmud, Inspektorat Kabupaten Pacitan kepada Pacitankab.go.id mengatakan pada kegiatan besok akan dihadiri langsung oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, KPK RI, Forkopimda, dan seluruh Kepala Daerah Regional Jatim.

Tetapi melihat jumlah undangan yang hadir dan letak geografis desa Cangkring, maka Mahmud mengatakan acara akan dipindahkan ke Lapangan Kecamatan Ngadirojo.

Lantas apakah berlebihan jika Desa Cangkring menjadi terbaik pertama, dan Sedayu menjadi terbaik ketiga. Mahmud menegaskan dari hasil pemeriksaan tahunan yang dilakukan, pihaknya selalu tidak menemukan temuan yang berarti. “Segala proses akuntansi dua desa ini selalu dilaksanakan sesuai dengan peraturan,” ungkap Inspektur.

Walhasil tidak berlebihan jika Pemda Berharap HAKORDIA 2023 di Pacitan berjalan dengan lancar. Pihaknya kemudia mendorong kepada semua desa di Kabupaten Pacitan untuk segera melaksanakan study banding di dua desa tersebut. “Silahkan study banding, sekarang gak perlu jauh-jauh ada replika desa anti korupsi yang siap membagikan pengalamannya,” lanjutnya.

Lantas kenapa harus Cangkring dan Sedayu yang diusulkan oleh Inspektorat Pacitan dan Pemkab. Profesionalitas dua desa ini telah terbukti dari berbagai pemeriksaan yang dilakukan. Sehingga role model sebenarnya telah terbentuk, sehingga itikad gubernur dan KPK RI untuk menobatkan dua desa tersebut menjadi desa replika tidak berlebihan dan memang sudah seharusnya di apresiasi. (PemkabPacitan).

WhatsApp chat