Satu Jalan; Sepakat Bersatu

Tim Gugus Tugas Penanganan (TGTP) Covid-19 Kabupaten Pacitan hari ini menggelar rapat evaluasi perkembangan virus Corona di Kabupaten Pacitan. Tak berlebihan, jika melihat laju peningkatan kasus selama Oktober mencapai 62 kasus dengan lahirnya cluster baru Perbankan. “Usai gelar perkara kasus perbankan ditetapkan menjadi cluster baru di Pacitan,” kata Jubir TGTP Rachmad Dwiyanto (13/10).

Melihat perkembangan dari awal kehadiran covid-19 yakni bulan April tercatat 4 kasus baru,  sedang Mei 10 kasus, Juni 10 kasus, Juli 32 Kasus, Agustus 28, September 25 kasus. Jika di total keseluruhan kasus mencapai 171 kasus terkonfirmasi, 4 meninggal, 113 sembuh dan yang lain menjalani perawatan baik di Wisma Atlet dan rumah sakit Pacitan, Malang, Yogyakarta, Solo dan Dolopo.

Sedang data yang dibeberkan Jubir, tes Swab telah dilakukan kepada 3146 orang, 2401 diantaranya negatif. Sedang yang lain dinyatakan positif dan menunggu hasil laboratorium. “Semoga semua negatif,” harap Rachmad.

Meski demikian, masyarakat diharap satgas untuk tidak panik dengan ledakan tersebut, yang terpenting adalah dukungan terhadap satgas supaya pandemi segera berakhir di Kabupaten Pacitan Melalui metode 3M (Memakai masker, Mencuci tangan, Menjaga jarak).

Sedang jika melihat perkembangan cluster covid-19 di Pacitan dimulai cluster Sukolilo, 5 pasien. Kemudian lahir cluster Temboro sebanyak 10 kasus, lalu cluster PLTU dengan 35 kasusnya.

Satgas juga sempat dikagetkan dengan lahirnya cluster Nakes sebanyak 2 kasus. Setelah itu lahir cluster perjalanan yang angkanya mencapai 71 kasus. “Saat ini cluster perbankan telah terkonfirmasi positif sebanyak 40 kasus, 1 meninggal dan sisanya dirawat,” beber Rachmad.

Pada evaluasi tersebut juga disampaikan berbagai kendala yang dihadapi satgas, mulai dari kesadaran masyarakat terhadap protokol kesehatan. Perspektif tersebut membuat laju perkembangan virus Corona sukar dikendalikan.

Begitu juga dengan masyarakat yang tidak transparan terhadap petugas yang melakukan tracking, situasi ini lantas memperkeruh keadaan. Disamping itu, dibalik sikap acuh, banyak masyarakat positif Rapid mendapat diskriminasi. Sikap tersebut bukan saja merugikan pemerintah, tapi juga masyarakat sendiri.

Rachmad juga menyingung soal keberadaan Wisma Atlet yang dikawatirkan luber. Saat ini tempat karantina itu baru terisi 32 persen, begitu juga dengan rumah sakit yang juga terisi sama, 32 persen. “Justru yang kita pikirkan adalah petugas medis dan pengamanan. Terutama keamanan yang akan dibagi menjadi 2 dalam pilkada Desember nanti,” imbuh dia.

Sebelum sektor ekonomi menjadi korban, satgas mengharap masyarakat memahami kondisi ini. Bersatu dalam arahan dengan tertib menjalankan protokol kesehatan. Sementara pemerintah fokus terhadap 3T (Tracking, Testing, Treatment).

Dari kacamata Jatim, Pacitan berada di Posisi 36 dengan kasus 171 berzona kuning atau persebaran rendah. Lalu dari 171 desa dan kelurahan di Pacitan, 24 diantaranya telah terjangkit Covid-19. Kecamatan Pacitan dengan zona merah, sementara Tegalombo, Tulakan dan Ngadirojo zona kuning. (bd/anj/zaq/riy/dzk/rch/DiskominfoPacitan).

Lahir 18 Kasus Baru

Pemerintah bersama seluruh lapisan masyarakat nampaknya harus semakin tertib menjalankan himbauan satgas covid-19, pasalnya kasus baru telah kembali terjadi dengan angka yang cukup signifikan yakni 18 pasien baru.

Jubir Tim Gugus Tugas Penanganan (TGTP) Covid-19 Kabupaten Pacitan menyampaikan 18 kasus yang rilis pada hari ini, merupakan hasil dari 50 persen total peserta swab, yang artinya penambahan dengan skala yang sama masih mungkin terjadi.

Sementara kasus baru tersebut meliputi: 1. Laki-laki (10th); 2. Laki-laki (35th); 3. Laki-laki (16th); 4. Laki-laki (33th);5. Perempuan (15th); 6. Perempuan (40th) dari Kecamatan Pacitan, tertular dari pasien sebelumnya.

Selanjutnya nomor 7. Perempuan (34th); 8. Laki-laki (72th); 9. Perempuan (26th) dari Ngadirojo yang juga terjangkit dari pasien lama.

Kasus baru juga terkonfirmasi dari Kecamatan Tegalombo , yakni; 10. Perempuan (40th) ; 11. Perempuan (28th); 12. Perempuan (27th) yang juga memiliki kontak erat dengan pasien terdahulu.

Untuk Kecamatan Pringkuku meliputi: nomor 13. Perempuan (29th). Arjosari: 14. Perempuan (2th). Kebonagung: 15. Perempuan (40th). Punung: 16. Perempuan (25th) yang memiliki riwayat dari Jakarta. Dan terakhir nomor 18. Laki-laki (57th) Domisili Tulakan, KTP Jakarta Barat.

Melihat banyaknya kasus baru yang terkonfirmasi sudah sepatutnya warga Pacitan melakukan gebrakan nyata, sehingga nantinya sektor ekonomi maupun yang lain tidak terkena imbasnya.

Sementara itu TGTP akan melakukan koordinasi dengan pemerintah terkait hingga level desa, di samping memaksimalkan 3T (Tracing, Testing, Treatment).

“Kami lagi-lagi menghimbau kepada masyarakat untuk tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan dengan 3M, mulai Memakai masker, Mencuci tangan dan Menjaga jarak,” kata Rachmad (09/10).

Akumulasi kasus dari pasien pertama hingga saat ini telah mencapai 161 pasien, sembuh 106 dan meninggal 4 kasus. (Bd/anj/zak/ryt/dzk/rch/tk/DiskominfoPacitan).

Himbauan! Evakuasi Tak Perlu Menunggu Bunyi Sirine

Masyarakat dihimbau untuk segera mengevakuasi diri ke tempat tinggi secara tertib dan berhati-hati manakala terjadi gempa bumi berskala besar. Himbauan ini disampaikan mengingat sistem peringatan dini, Early Warning System (EWS) ngadat oleh berbagai faktor, seperti gangguan kelistrikan maupun kerusakan peralatan karena efek goncangan.

Pemerintah disatu sisi tengah bekerja keras meminimalisir risiko, melalui berbagai program mitigasi, termasuk memikirkan pembangunan Shelter sebagai lokasi evakuasi bagi masyarakat yang kesulitan mencari dataran tinggi.

Meski demikian masyarakat harus tetap memprioritaskan menuju ke lokasi yang lebih aman yakni dataran tinggi, seperti yang disampaikan Diannita Agustinawati Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Pacitan.

Mengingat anggarannya yang besar, pemerintah yakni BPBD Pacitan tentu mengupayakan melalui usulan dalam program jangka panjang. Sedang fokus lokasi dipastikan berada di wilayah-wilayah padat seperti area kota dengan zona merah. “Shelter juga berfungsi sebagai pusat kegiatan lain,” kata Dian (07/10).

Lalu apa kabar hasil latihan Ocean Wave Exercise 2020 (IOwave20) yang dilaksanakan kemarin (06/10) bersama Inter-governmental Coordination Group/ Indian Ocean Tsunami Warning Mitigation System (ICG/IOTWMS)-UNESCO. Event 2 tahunan ketiga tersebut kemarin menguji sistem peringatan dini terhadap ancaman tsunami.

Di dalamnya memastikan komunikasi antar pihak (stakeholder) yang juga berisiko terjadi gangguan saat terjadi bencana. Ini persis seperti kejadian banjir dan tanah longsor 3 tahun silam.

Peserta latihan meliputi negara-negara yang bersinggungan langsung dengan Samudera Hindia di dalam situasi ancaman bencana tsunami. Mengharap negara tersebut kemudian tidak panik bahkan blunder jika benar datang tsunami, sehingga jumlah korban dapat diminimalisir.

BPBD juga tengah berfokus terhadap komunikasi dengan instansi terkait, seperti TNI, Polri, Satpol PP maupun relawan. Sehingga semua arahan dapat tersampaikan dengan baik sebelum, saat terjadi maupun pasca bencana.

Demikian untuk jalur program langsung kepada masyarakat sebagai langkah pemahaman, meski Kepala BPBD Pacitan Didik Alih Wibowo belum bisa memastikan besaran anggaran, namun ia memastikan program berbasis penanganan oleh petugas akan dimaksimalkan dalam waktu dekat. “Petugas harus ikhlas, cepat saat mendapat perintah dalam kondisi apapun,” ujarnya. (bd/anj/zak/ryt/dzk/rch/tk/DiskominfoPacitan).

Rilis Covid-19, Kesembuhan 80 Persen

Kabar kesembuhan kembali terjadi selasa malam kemarin (06/10), sebanyak 6 kasus terkonfirmasi covid-19 yang berada di wisma atlet dinyatakan sembuh oleh Tim Gugus Tugas Penanganan (TGTP) Covid-19 Pacitan.

Dari sekian kesembuha tersebut diantranya adalah 1 warga Pacitan, 2 warga Tegalombo, 1 warga Donorojo, 1 warga Ngadirojo dan 1 warga Pringkuku.

Sementara masyarakat dan pemerintah optimis menuju zona hijau, dalam kesempatan itu juga terkonfirmasi 2 kasus baru. Mereka adalah laki-laki (77) beralamat Kebonagung, mempunyai riwayat perjalanan dari Surakarta. Sedang kedua adalah perempuan (56) dengan alamat Tulakan, ia diketahui memiliki riwayat dari Jakarta.

Penambahan tersebut membuat jumlah keseluruhan kasus menjadi 132 pasien, 4 pasien meninggal dunia, 106 kasus dinyatakan sembuh dan 22 pasien lain tengah menjalani karantina di wisma atlet. (DiskominfoPacitan)

Catatan Belanda; Patjitan 2 Kali Diterjang Tsunami

Bukan untuk memupuk ketakutan sehingga timbul phobia, isu gempa dan gelombang tsunami yang dimungkinkan terjadi karena adanya pertemuan dua lempeng besar Indo-Australia dan Eurasia di pesisir selatan pulau Jawa harus disikapi positif. Masyarakat harus mengenal situasi ini, sekaligus mengembalikan mindset bahwa realitas masyarakat Kabupaten Pacitan memang berdiri di atas tanah dengan segudang potensi bencana.Oleh sebab itu Tim Liputan Diskominfo Pacitan melalui berbagai laman resminya menyambut baik timbal balik pembaca yang meminta penajaman artikel yang berjudul, “Siapkah Jika Megathrust di Selatan Jawa Pecah Sewaktu-waktu” terbit pada (29/09). Sehingga kian kaya wawasan akan kebencanaan.Merujuk sejarah, Belanda diam-diam mencatat fakta bahwa Patjitan nama ejaan Pacitan saat itu sempat dihantam 2 kali gelombang besar. Kejadian pertama terjadi pada awal tahun 1840, gelombang pasang itu juga didahului dengan gempa bumi. Selanjutnya gempa yang disusul gelombang besar terjadi saat jelang magrib, pada 20 Oktober tahun 1859.Melihat fakta ini sebanyak 27 desa menjadi perhatian pemerintah melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pacitan, desa-desa tersebut berada di dataran rendah berhadapan dengan samudera Hindia. “Yang berada di dataran tinggi tentu menjadi pengecualian,” ungkap Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Pacitan Diannita Agustinawati (02/10).Dari ujung barat Kecamatan Donorojo desa-desa tersebut meliputi Desa Sendang, Kalak, Widoro. Kecamatan Pringkuku, Dadapan, Candi, Poko, Jelubang, Dersono dan Watukarung. Kecamatan Pacitan, Desa Sirnoboyo, Kembang, Sidoharjo, Ploso.Beralih ke timur kota mulai Kecamatan Kebonagung, Desa Worawari, Sidomulyo, Klesem, Katipugal, Plumbungan, Kalipelus, Karangnongko. Kecamatan Tulakan, Desa Jetak. Kecamatan Ngadirojo, Desa Sidomulyo, Hadiwarno. Dan Kecamatan Sudimoro, Semberejo, Pagerlor, Pagerkidul dan Sukorejo.Menurut perhitungan kasar, warga pesisir yang harus melakukan evakuasi mandiri mencapai 20 persen dari total populasi penduduk Pacitan, atau kira-kira 100 ribu orang. Sementara sebagian diantaranya adalah kelompok rentan yang perlu dibantu saat proses evakuasi saat kejadian. “Masyarakat harus peka melihat kanan kiri, disitu ada lansia, balita, disabilitas menjadi prioritas untuk ditolong,” kata Dian.Selebihnya jumlah kelompok rentan tersebut belum ditemukan jumlah pastinya, BPBD dalam waktu dekat akan berkomunikasi dengan Badan Pusat Statistik (BPS) Pacitan untuk memperoleh jumlah bulatnya dan memang harus terus di update karena faktor fluktuasi data.Prakiraan Institut Teknologi bandung (ITB) memperkirakan gempa dapat mencapai 9 skala richter, kemudian disusul gelombang tsunami yang mencapai 20 meter. Ini merupakan skenario terburuk, skenario ini dapat terjadi manakala pecahan tumbukan kedua lempeng mengakibatkan pecahan dari ujung barat pulau Jawa hingga Banyuwangi. “Merujuk para ahli inikan siklus,” lanjut Dian.Lalu seperti apa situasi tersebut jika dibanding dengan banjir siklon tropis 2017 silam, Dian memperkirakan kerusakan yang ditimbulkan tidak serata bencana 3 tahun lalu. Meski sekali lagi gempa dipastikan bisa dirasakan seluruh wilayah, hanya saja ketinggian tsunami cukup mengancam wilayah pesisir dataran rendah.Profesor Ron Harris yang sempat datang langsung ke Pacitan dalam penelitiannya tahun 2016 lalu, memperkirakan gelombang tsunami yang masuk ke daratan sejauh 2 sampai dengan 3 kilometer dari bibir pantai. Jika merujuk pada prakiraan tersebut pusat kota dan pemerintahan masih berstatus aman, lantaran jaraknya 5 kilometer dari pantai.Ini juga didukung Sabuk hijau atau green belt sebagai penahan kecepatan gelombang di sepanjang teluk Pacitan, saat ini kondisi kelebatan cukup baik. Bersyukur di Indonesia pemilik sabuk hijau terbaik adalah teluk Pacitan dan Banyuwangi.Masyarakat yang tinggal di bantaran sungai menjadi perhatian selanjutnya, sebab aliran sungai ibarat jalan tol bagi gelombang tsunami, beberapa wilayah yang berada di lokasi ini harus benar-benar memahami mitigasi secara mandiri meski jaraknya diatas 3 kilometer.Berbagai kesiapan terus dilakukan pemerintah, mengingat masyarakat saja tidak cukup untuk menghadapi skenario ini, dalam waktu dekat berbagai simulasi yang berhubungan dengan gempa dan tsunami terus dilakukan, walaupun tak ada yang menghendaki tsunami terjadi. “Masyarakat jangan panik, tetap tenang dan waspada,” harap Bupati Pacitan Indartato (30/09). (bd/anj/alazhiim/ryt/dzk/rch/tk/DiskominfoPacitan).