Update Covid-19; Masuk 2 Keluar 3

Jelang petang di akhir pekan Tim Gugus Tugas Penanganan (TGTP) Covid-19 mengkonfirmasi 2 kasus tambahan. Kasus pertama merupakan warga Kecamatan Tegalombo, sedang kasus kedua berasal dari timur kota Ngadirojo.

Pasien pertama diketahui memiliki kontak erat dengan pasien terdahulu, sedang pasien Ngadirojo mengaku usai melakukan perjalanan atau masuk dalam cluster lain-lain.

Meski demikian 3 pengurangan karena sembuh juga terjadi di hari ini (02/10). Mereka adalah warga Kecamatan Pacitan, Bandar dan Kecamatan Pringkuku. Lagi, masyarakat diharap kesadarannya untuk setia terhadap protokol kesehatan melalui 3M (Memakai masker, Mencuci tangan dan Menjaga jarak). (DiskominfoPacitan).

Kasus Covid Tambah 4 Kasus

Tim Gugus Tugas Penanganan (TGTP) Covid-19 Kabupaten Pacitan kembali merilis penambahan kasus baru sebanyak 4 orang per tanggal (02/10). Pasien tersebut kesemua berjenis kelain laki-laki dan tinggal di Kabupaten Pacitan.

Merujuk pada hasil tracing, empat pasien tersebut terpapar lantaran memiliki riwayat perjalanan atau masuk dalam cluster lain-lain. Dalam waktu dekat seluruh pasien akan dirawat di gedung Wisma Atlet bersama pasien lain.

Seluruh masyarakat di Kabupaten Pacitan diharap untuk tetap tertib menjalankan protokol kesehatan melalui metode 3M, yakni Memakai masker, Mencuci tangan dan Menjaga jarak. Termasuk menunda perjalanan dari luar kota jika tidak benar-benar terpaksa. (DiskominfoPacitan).

Melihat Pacitan Lebih Dekat Saat Kemarau

Menyambut awal oktober wajah Kabupaten Pacitan kian kering, seirama dengan kemarau yang telah memasuki pertengahan. Masyarakat di beberapa wilayah khususnya barat kota yang berada di kawasan Karst pun mulai kesulitan memperoleh air bersih, ditandai dengan datangnya surat permohonan droping air ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pacitan.

Merujuk data kemarau panjang tahun 2019, sebanyak 174 wilayah di 54 desa mengalami kering kritis, langka dan langka terbatas. Suka tidak suka warga terpaksa menggantungkan diri terhadap droping air dari BPBD maupun relawan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Kepala BPBD Pacitan Didik Alih Wibowo mengatakan, pihaknya pada tahun tersebut bahkan telah mengirim 7000 tangki bervolume 4000 dan 5000 liter air. “5 armada kami bergerak siang malam,” katanya mengingat, saat berkesempatan meninjau bantuan Penampungan Air Hujan (PAH) atau Absah di Dusun Jaten, Pelem, Pringkuku. Tandon raksasa dari bantuan fisik Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo kemarin (14/09).

Bantuan setahun lalu tersebut bersifat menampung air pada saat musim hujan yang diambil dari talang-talang rumah. Setelah melalui berbagai proses, PAH tersebut dapat menampung hingga 800.000 liter air. “Pembangunan tampungan raksasa ini kira-kira menghabiskan dana Rp. 300 juta,” lanjutnya menaksir.

Sementara merujuk pantauan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) kemarau di tengah pandemi covid-19 ini berstatus kering basah, meski demikian volume air hujan ataupun gerimis tidak cukup menghidupkan sumber air, kondisi ini dimungkinkan berakhir hingga Desember mendatang.

Lalu bagaimana jika bantuan PAH di Desa Pelem tersebut dilipatgandakan di 174 wilayah melalui kemandirian pemda, asumsi kasar beton penampung tersebut akan menghabiskan dana Rp 52,2 Miliar.

Bergeser pada realisasi program yang telah dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Permukiman Rakyat (PUPR) Pacitan, sepanjang tahun ini PUPR merevitalisasi 60 titik sumur bor yang kondisinya mangkrak. Alternatifnya adalah memanfaatkan pompa air bertenaga surya supaya air benar-benar mengalir di samping biaya operasionalnya terjangkau.

Pada pemetaan zona rawan kekeringan PUPR akan membangun koordinasi dengan BPBD. untuk uji coba 10 titik menjadi awal yang akan direalisasikan sebagai prioritas sembari wadah evaluasi sumur bor. “Pelaksanaan harus tertunda sebab refocusing anggaran karena pandemi covid-19,” kata Yudi Tri Kuncoro Kabid Sumber Daya Air, PUPR (16/09).

Bicara ABSAH/DAS bantuan BBWS, Yudo mengaku hal tersebut sebenarnya jauh hari telah dikenalkan langsung oleh pihak terkait, belum lagi jika mengkaji sumur bor, letak seringkali tidak berada di titik kekeringan. “Kita sebenarnya sudah mempersiapkan PAH, bahkan mau kita launching pada hari air (22 Maret). Namun lagi-lagi tertunda akibat pandemi,” lanjutnya.

PAH atau tandon raksasa tetap menjadi ide bagus untuk menyelesaikan masalah kekeringan di Kabupaten Pacitan, Yudo merencanakan bakal melakukan berbagai koordinasi dengan pihak terkait seperti BPBD dan yang lain. Meski jika ini semua disetujui pelaksanaan dipastikan secara bertahap.

Sementara penanaman pohon untuk menghidupkan kembali sumber air harus sejalan dengan tumbuhnya kearifan lokal, menurut Joni Maryono Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Pacitan gerakan penanaman pohon menjadi sesuatu yang sia-sia jika kearifan lokal dan perdes tidak berdiri tegak.

“Jangan tebang pohon itu, di sana ada hantu. Justru menjadi satu benteng kuat menjaga kelestarian,” kata Joni. Sementara Perdes dapat menjadi pelindung kuat dengan berbagai macam bentuk sanksi tegas.

Setidaknya ada 10 mata air yang kembali mengalir, berkat penanaman pohon disekitar sumber baik pohon Beringin, Trembesi, Jambu Kelapok, Aren maupun yang lain. “Ada 3 jenis mata air, pertama sumber yang mati total, kedua sumber yang pernah ada namun hanya saat musim hujan dan yang terakhir sumber yang debit airnya kecil. Proses penghidupan sumber membutuhkan waktu bertahun-tahun lamanya,” ungkap Dia.

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Pacitan adalah salah satu pendukung BPBD pada tiap momentum kemarau, tahun kemarin PDAM ternyata mendistribusikan air sebanyak 146 tangki yang tersebar di semua wilayah, dropping tersebut bersumber dari para donatur yang prihatin terhadap kekeringan di Pacitan.

Tentu semua menginginkan setiap rumah-rumah warga teraliri air baku dari perusahaan plat merah tersebut, naum berapa anggaran yang mesti diserap di samping kondisi demografi Pacitan yang berbukit-bukit. “Semntara kita fokus terhadap wilayah yang benar-benar kekurangan air baku,” ujar Direktur PDAM Agus Suseno.

Hutan rakyat juga harus hijau, karena faktanya luas hutan rakyat mencapai 76 ribu hektar, dan menjadi hutan rakyat terbesar di Jawa Timur. Jika petani tidak mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang cukup maka lahan seluas itu tidak akan berarti bagi keberlangsungan kehidupan.

Lalu apakah tanaman berjenis sengon laut merusak tanah dan sumber air, ternyata menurut Wardoyo Kepala Dinas Kehutanan wilayah Pacitan tidak seperti itu, masih lebih baik ada tanaman sengon daripada hutan rakyat gundul.

Di atas tanah yang berbukit bergunung dan berbatu, ada 19 ribu wilayah yang menjadi prioritas penghijauan termasuk lokasi berbatu. Meski tidak 100 persen tumbuh namun minimal mampu menutup bebatuan sekaligus menjaga sumber air. “Kami menyediakan berbagai bibit dan kesemuanya gratis,” ucap Wardoyo di Kantornya.

Hutan negara yang dikelola Perum Perhutani KPH Lawu Ds. BKPH Pacitan seluas 2036 hektar, itu terbagi di 10 kecamatan dan berada di 27 titik, angka yang cukup kecil di bandung hutan rakyat atau hanya 2 persen, namun ini adalah rumah bagi satwa, flora maupun fauna. Selebihnya hutan dimanfaatkan sebagai resapan sumber air yang dapat dimanfaatkan.

Namun sayangnya bukannya fokus terhadap menjaga dan menghijaukan hutan, Perhutani justru dibuat repot dengan ulah orang yang tidak bertanggung jawab sehingga terjadi kebakaran hutan saat kemarau. Meski di beberapa kasus kebakaran yang terjadi lantaran faktor kelalaian. “Musim kemarau yang benar-benar kering kami biasa standby 24 penuh,” ungkap Tedi Havian Asper Perhutani Pacitan.

Sampai kapan masyarakat dibuat repot oleh krisis air bersih, sementara data menunjukkan data kekeringan tiap tahun kian merata, berbagai program yang dilakukan pemerintah sudah saatnya didukung dan dijalankan, sehingga dikemudian hari generasi penerus tidak menunggu droping air saat hendak berwudhu, mandi ataupun yang lain. (bd/anj/alzim/riy/dzk/rch/tk/DsikominfoPacitan).

Setujukah Jika Waduk Tukul Menjadi Waduk Terbersih Sedunia

Beginilah penampakan Waduk Tukul, sebentar lagi lanskap pada foto akan tertutup air bervolume 8,68 Juta meter kubik yang bersumber dari Kali Telu. Tinggi permukaan air pada bendungan seluas 47,8 juta meter persegi diperkirakan mencapai 70 meter.

Tukul akan lahir dan menjadi kebanggan bagi seluruh masyarakat Pacitan yang notabene berada di pesisir selatan Pulau Jawa yang terkenal selalu kering saat kemarau, mega proyek yang menelan anggaran APBN senilai Rp. 900 Miliar tersebut dikatakan mampu memuntahkan air bersih hingga 300 liter/ detik.

Hari ini merupakan momentum penting perjalanan pembangunan Waduk Tukul, setelah melalui proses panjang dari tahun 2013, saat ini Pemda dan jajaran terkait yakni Pemprov dan Pusat menutup saluran air.

Secara teknis pengisian waduk membutuhkan waktu hingga 6 bulan lamanya yang dirangkum di dalam 2 periode penting. Pertama permukaan air dinaikan pada elevasi +164, proses ini membutuhkan waktu serta pengawasan secara intensif atas perilaku konstruksi bendungan.

Jika semua terkendali maka permukaan air akan kembali dinaikan pada elevasi +192,1. Pengisian air waduk acap kali dilakukan pada musim kemarau, ini untuk menghindari peningkatan debit air yang terlalu signifikan, karena berpotensi mengancam konstruksi bendungan.

Airlangga Mardjono, Direktur Bendungan dan Danau Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) memproyeksikan, Tukul nantinya akan mendukung saluran irigasi dan sebagai stok air baku masyarakat utamanya di 3 kecamatan. Jika tanpa kendala dipastikan dapat dimanfaatkan pada tahun 2021. “Bagaimana Pak Bupati nanti melanjutkan program ini sehingga air dapat sampai kepada masyarakat,” ujar Dia.

Berkomitmen menyematkan predikat waduk dan sungai terbersih sedunia sepertinya merupakan ide bagus dan patut untuk dipikirkan, baik pemerintah dan didukung komitmen semua elemen masyarakat.

Gagasan tersebut bisa saja tercapai, sembari melihat gunung-gunung di sekitar Tukul menjadi semakin hijau seperti halnya hutan belantara. Bupati Pacitan Indartato di kesempatan yang sama yakin dengan ide tersebut, berbagai sosialisasi bakal dilakukan sehingga semua tahu bagaimana menjaga dan merawat Waduk Tukul.

“Setidaknya saya bangga terhadap warga Karanggede dan sekitar yang senantiasa mendukung pembangunan proyek waduk. Sehingga saya benar-benar berharap Tukul segera bermanfaat untuk semua,” kata Indartato. (budi/anj/riy/dzk/rch/tk/DiskominfoPacitan).

1 Positif, 2 Sembuh

Satu penambahan kasus Covid-19 kembali terjadi di Kabupaten Pacitan hari ini (30/09). Jubir Tim Gugus Tugas Penanganan (TGTP) Covid-19 Pacitan Rachmad Dwiyanto mengatakan penambahan kali ini seorang laki-laki berusia 24 tahun dari Kecamatan Tulakan.

Yang berangkat diketahui mempunyai riwayat perjalanan atau transmisi lain-lain, secepatnya tim TGTP akan merawat pasien di Wisma Atlet.

Sementara kabar baik juga dikabarkan Jubir, 2 pasien pada (29/09) kemarin dinyatakan sembuh. Pasien tersebut pertama dari Kecamatan Pringkuku dan kedua dari Kecamatan Arjosari.

Gugus tugas tetap menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk tetap mematuhi protokol kesehatan, melalui 3M (Memakai masker, Mencuci tangan, Menjaga jarak). (DiskominfoPacitan).