Setujukah Jika Waduk Tukul Menjadi Waduk Terbersih Sedunia

Beginilah penampakan Waduk Tukul, sebentar lagi lanskap pada foto akan tertutup air bervolume 8,68 Juta meter kubik yang bersumber dari Kali Telu. Tinggi permukaan air pada bendungan seluas 47,8 juta meter persegi diperkirakan mencapai 70 meter.

Tukul akan lahir dan menjadi kebanggan bagi seluruh masyarakat Pacitan yang notabene berada di pesisir selatan Pulau Jawa yang terkenal selalu kering saat kemarau, mega proyek yang menelan anggaran APBN senilai Rp. 900 Miliar tersebut dikatakan mampu memuntahkan air bersih hingga 300 liter/ detik.

Hari ini merupakan momentum penting perjalanan pembangunan Waduk Tukul, setelah melalui proses panjang dari tahun 2013, saat ini Pemda dan jajaran terkait yakni Pemprov dan Pusat menutup saluran air.

Secara teknis pengisian waduk membutuhkan waktu hingga 6 bulan lamanya yang dirangkum di dalam 2 periode penting. Pertama permukaan air dinaikan pada elevasi +164, proses ini membutuhkan waktu serta pengawasan secara intensif atas perilaku konstruksi bendungan.

Jika semua terkendali maka permukaan air akan kembali dinaikan pada elevasi +192,1. Pengisian air waduk acap kali dilakukan pada musim kemarau, ini untuk menghindari peningkatan debit air yang terlalu signifikan, karena berpotensi mengancam konstruksi bendungan.

Airlangga Mardjono, Direktur Bendungan dan Danau Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) memproyeksikan, Tukul nantinya akan mendukung saluran irigasi dan sebagai stok air baku masyarakat utamanya di 3 kecamatan. Jika tanpa kendala dipastikan dapat dimanfaatkan pada tahun 2021. “Bagaimana Pak Bupati nanti melanjutkan program ini sehingga air dapat sampai kepada masyarakat,” ujar Dia.

Berkomitmen menyematkan predikat waduk dan sungai terbersih sedunia sepertinya merupakan ide bagus dan patut untuk dipikirkan, baik pemerintah dan didukung komitmen semua elemen masyarakat.

Gagasan tersebut bisa saja tercapai, sembari melihat gunung-gunung di sekitar Tukul menjadi semakin hijau seperti halnya hutan belantara. Bupati Pacitan Indartato di kesempatan yang sama yakin dengan ide tersebut, berbagai sosialisasi bakal dilakukan sehingga semua tahu bagaimana menjaga dan merawat Waduk Tukul.

“Setidaknya saya bangga terhadap warga Karanggede dan sekitar yang senantiasa mendukung pembangunan proyek waduk. Sehingga saya benar-benar berharap Tukul segera bermanfaat untuk semua,” kata Indartato. (budi/anj/riy/dzk/rch/tk/DiskominfoPacitan).

1 Positif, 2 Sembuh

Satu penambahan kasus Covid-19 kembali terjadi di Kabupaten Pacitan hari ini (30/09). Jubir Tim Gugus Tugas Penanganan (TGTP) Covid-19 Pacitan Rachmad Dwiyanto mengatakan penambahan kali ini seorang laki-laki berusia 24 tahun dari Kecamatan Tulakan.

Yang berangkat diketahui mempunyai riwayat perjalanan atau transmisi lain-lain, secepatnya tim TGTP akan merawat pasien di Wisma Atlet.

Sementara kabar baik juga dikabarkan Jubir, 2 pasien pada (29/09) kemarin dinyatakan sembuh. Pasien tersebut pertama dari Kecamatan Pringkuku dan kedua dari Kecamatan Arjosari.

Gugus tugas tetap menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk tetap mematuhi protokol kesehatan, melalui 3M (Memakai masker, Mencuci tangan, Menjaga jarak). (DiskominfoPacitan).

Bagaimana Air Harus Tetap Mengalir di Musim Kemarau

Kecamatan Donorojo, hingga kini dikelilingi hamparan bukit-bukit sisa pelarutan karena wilayahnya berada dalam Kawasan Karst Gunung Sewu yang mempunyai tipe perkembangan sempurna (Holokarst).

Warisan ini merupakan berkah tersendiri bagi masyarakat, meski harus diakui pada musim kemarau wilayah tersebut dari zaman dahulu kala hampir pasti terjadi kekeringan, bahkan tingkat kritis. Tak pelak para petani saat ini harus menanggung rugi karena tanaman mereka diserang Puso.

Sementara pemerintah mengucurkan bantuan beras ketahanan pangan demi mendukung kebutuhan sehari-hari petani, jumlah yang dikucurkan di Desa Gedompol sebanyak 1 Ton berkualitas super, ini bersumber dari Dinas Pangan Pacitan.

Disamping itu pemerintah juga berupaya menguatkan masyarakat melalui pembangunan sumur bor, sumber baru ini berada di Desa Belah. Beruntung 20 meter bumi di bor, air sudah mengalir deras.

Bupati Pacitan Indartato berharap mata air baru ini menjadi solusi tidak hanya untuk kebutuhan sehari-hari, namun juga sebagai pendukung pertanian warga sekitar. “Saya berharap masyarakat benar-benar merawat sumber baru ini,” kata Dia saat Kunker di Wilayah Donorojo (30/09).

Kembali ke Desa Gedompol, sembari mencari solusi kemandirian untuk kebutuhan air, Bupati pada kesempatan yang sama menyalurkan 19 Ribu Liter air bersih kepada masyarakat Dusun Pudak. 300 KK warga di dusun tersebut menyambutnya dengan suka cita yang tampak pada sorot mata mereka.

Diantara kawasan Karst yang eksotis di Donorojo, Bumi Wayang Beber juga lestari bersama warga masyarakatnya yang santun. Upaya perhatian pun diberikan. Seperti pada tahun 2018, pemda mendukung warisan tersebut dengan menggelontorkan dana sebesar Rp. 50 Juta.

Dirasa belum cukup, kembali pemda menyerahkan anggaran pada tahun 2019 sebesar Rp. 100 Juta melalui Dinas Pendidikan Pacitan. Sehingga anggaran total mencapai Rp. 150 Juta, nanti menjadi wadah diskusi berupa gedung pertemuan dan arsip wayang beber.

Sementara jalan masih berlubang-lubang, Bupati memahami betul kondisi yang demikian. Di hadapan warga ia bertekad di sisa tugasnya hingga Maret mendatang meski bertahap, jalan di Desa Gedompol akan menjadi prioritasnya melalui dukungan realisasi Dinas PUPR Pacitan. (budi/anj/tiy/dzk/rch/tk/DiskominfoPacitan).

Siapkah Jika Megathrust di Selatan Jawa Pecah Sewaktu-waktu

Pemerintah Kabupaten Pacitan tidak menafikkan kemungkinan ancaman tsunami setinggi 20 meter di sepanjang pesisir di pulau Jawa. Hasil analisis ilmiah Institut Teknologi Bandung (ITB) yang kini viral baru-baru ini harus disikapi serius, walau siapa saja tidak menghendaki bencana ini terjadi.

Setidaknya 27 desa di 7 kecamatan masuk diantara 80 Kilometer garis pantai selatan Kabupaten Pacitan, di  zona merah itu hiduplah puluhan ribu masyarakat. Sedang potensi tidak langsung berada di wilayah kecamatan kota, khususnya sekitar bantaran sungai Grindulu.

Secara gamblang hasil riset yang dirilis Sri Widiyantoro, Guru Besar ITB tersebut berdasar terhadap kemungkinan Segmen Megathrust di selatan pulau Jawa yang berpotensi pecah. Jika terjadi secara bersamaan maka gempa besar yang disusul Tsunami setinggi 14 hingga 20 meter berpotensi terjadi.

Badan Meteorologi Klimatologi Dan Geofisika (BMKG) juga tidak memungkiri hasil penelitian ITB itu, Dwikorita Karnawati Kepala instansi tersebut kepada CNN malah mengaku penelitian pada tahun 2014 oleh BPPT dan tahun 2016 oleh Ron Harris peneliti dari Amerika menyebutkan hasil yang tak jauh berbeda. “Metode kajian berbeda, namun hasilnya ternyata hampir sama,” katanya.

Pemerintah pusat pun telah menyiapkan berbagai mekanisme dari ancaman tersebut sejak 12 tahun silam atau tahun 2008, komitmen tersebut timbul dari pengalaman tragedi tsunami Aceh. Masalahnya ancaman ini tidak bisa diprediksi, meski melalui peralatan tercanggih sekalipun. Itu berarti pemerintah pilih fokus pada pemaksimalan mitigasi bencana terhadap masyarakat.

Lalu bagaimana kesiapan pemerintah dan masyarakat Kabupaten Pacitan terhadap ancaman ini, Diannita Agustinawati Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Pacitan mengatakan pemahaman terhadap masyarakat dinilai memenuhi standar, setidaknya mereka mengerti apa yang harus dilakukan saat terjadi gempa dan kemana jika datang gelombang besar dari laut.

Namun itu semua belumlah cukup. Berbagai program seperti Desa Tangguh Bencana telah dibangun, memaksimalkan ketangguhan masyarakat melalui kemandirian diri dan desa. Belum lama juga dilaksanakan Ekspedisi Desa Tangguh Bencana, program pusat bersifat marathon di pesisir selatan Jawa, dari Banyuwangi hingga Jawa barat. “Sosialisasi akan terus kami lakukan,” ujar Dia (29/09).

Sementara Bupati Pacitan Indartato justru mengaku belum memperoleh keterangan resmi dari Pusat, hanya saja Pemda mendapat undangan dari Pemprov Jatim untuk mengikuti arahan dari Gubernur melalui Aplikasi Zoom.

Yang pasti Bupati tetap berharap masyarakat tenang meski harus tetap waspada, pemerintah melalui instansi terkait yakni BPBD akan bersiaga sembari menggelar berbagai pelatihan bencana Tsunami. “Kami juga harus memberikan informasi kepada masyarakat sedini mungkin,” ucapnya. (budi/anj/alazim/riy/dzk/rch/tk/DiskominfoPacitan).

Diam-diam Petani Dipusingkan Penyakit Puso dan Curah Hujan Rendah

Paceklik melanda ribuan petani di sejumlah wilayah di Kabupaten Pacitan, permasalahannya adalah curah hujan di penghujung 2019 dan awal tahun 2020 tidak sesuai ekspektasi mereka.

Ini lantas membuat benih padi yang disebar kekurangan suplai air. Situasi semakin genting ketika jamur menyerang benih-benih padi yang usianya masih terlalu muda, pestisida pun akhirnya bukan menjadi jawaban dari kasus tersebut.

Petani Desa Banjarejo, Kebonagung adalah salah satu dari sekian wilayah yang melaporkan kejadian gagal panen. Di desa itu tercatat 209 KK melaporkan keadaan ini di atas lahan seluas  20 hektar. Saat ini mereka terpaksa mengalihfungsikan sawah menjadi lahan pertanian sayur mayur untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Pemda pun tidak tinggal diam menyaksikan kondisi tersebut, lebih dari 3 Ton beras dibagikan Bupati Pacitan Indartato untuk meringankan beban, beras ini bersumber dari Dinas Pertanian Kabupaten Pacitan.

“Meski tidak banyak, namun kami ingin meringankan beban Jenengan,” kata Bupati saat berkesempatan menyerahkan secara simbolis bantuan beras cadangan pangan kepada petani Banjarejo, (29/09).

Sementara total bantuan cadangan pangan tersedia 47 ton, ini akan diserahkan kepada seluruh petani yang mengalami gagal panen di Kabupaten Pacitan jika benar-benar diperlukan. Data bersumber dari data kelompok tani. “Mudah-mudahan musim ini dapat terkendali, sementara pemerintah berupaya membantu sarana dan prasarananya,”  harapnya. (budi/anj/riy/dzk/rch/tika/DiskominfoPacitan).