MITIGASI: Petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pacitan memberikan sosialisasi pengurangan risiko bencana di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Sidoharjo. Program ini rutin dilakukan dua kali setahun sebagai upaya membangun kesiapsiagaan. Di sekolah ini tiap siswa baru juga diajak mengikuti geladi lapang evakuasi gempa dan tsunami. (Foto Istimewa)[/caption]

Pacitan – Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Sidoharjo Pacitan memiliki terobosan unik memperkenalkan pengurangan risiko bencana bagi siswa baru. Sebelum mengikuti kegiatan belajar mengajar perdana, murid baru diwajibkan mengikuti pelatihan mitigasi bencana. Bukan sebatas teori, pihak sekolah juga mengajak mereka terlibat kegiatan geladi lapang evakuasi bencana gempa dan tsunami.

“Kami mengundang BPBD untuk memberikan sosialisasi. Yang kedua praktek simulasi evakuasi ke tempat yang lebih aman yaitu Kandang Sapi,” ujar Ramelan merujuk titik pegungsian di Bukit Jaten, 500 meter dari sekolah.

Sosialisasi pengurangan risiko bencana, lanjut Ramelan merupakan agenda rutin lembaga pendidikan di bawah naungan Kementerian Agama itu. Program penguatan kapasitas tersebut dilaksanakan sedikitnya 2 kali setahun. Program yang semula dilakukan atas prakarsa pihak sekolah akhirnya menyita perhatian Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Ini diwujudkan dengan peluncuran Program Sekolah Madrasah Aman Bencana (SMAB).

Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pacitan Tri Mudjiharto menyambut baik inovasi madrasah yang terletak tidak jauh dari Pantai Teleng tersebut. Posisi geografis sekolah yang berada di antara pemukiman dan dekat dengan lempeng Indo Australia menjadikannya rawan ancaman bencana. Pengenalan dini tentang ilmu mitigasi kebencanaan menjadi kata kunci membangun kesiapsiagaan, baik bagi siswa maupun warga sekitar madrasah.

Terkait wacana memasukkan materi kebencanaan dalam muatan lokal pendidikan, Tri Mujiharto mengaku sudah membahasnya dengan perangkat daerah yang membidangi. Tentu saja langkah itu memerlukan aturan hukum mengikat sehingga wajib diterapkan di semua sekolah. Dia berharap inovasi di MIN Sidoharjo dapat diikuti pula oleh sekolah-sekolah lain di Kabupaten Pacitan.

“Inovasi dari Pak Ramelan ini menjadikan suatu embrio yang diharapkan akan dilakukan oleh sekolah-sekolah lain. Nanyti tiap sekolahan minimal ada muatan khusus tentang penanganan bencana, disesuaikan kondisi wilayah masing-masing,” terang Tri Mudjiharto berbincang dengan Radio Suara Pacitan di Program Spirit Pagi, Kamis (20/7/2017) pagi.

Seperti diketahui, sebagian besar wilayah Pacitan merupakan gunung dan perbukitan. Kondisi ini menjadikan kota bergelar 1001 Gua rawan bencana longsor dan banjir. Potensi bencana lain adalah gempa dan tsunami. Ini karena posisi Pacitan yang berada di bibir Samudera Indonesia. (RSP/ps/ps)

WhatsApp chat