Mampukah Pacitan memberi kado spesial di 100 tahun kemerdekaannya nanti di tahun 2045. Awalan kalimat ini menjadi tantangan nyata pemerintah dalam menghadapi momentum bonus demografi Indonesia Emas tersebut.

Meski pada realitanya, kebiasaan yang dilandasi ketidaktahuan bakal melahirkan budaya, akhirnya berkembang di sebagian wilayah. Menunjukkan berbagai kondisi yang tidak mendukung pertumbuhan generasi yang unggul sebagai kado spesial untuk Negara Indonesia.

Pacitan, yang syarat dengan ketokohannya sejak Indonesia belum berdiri, menyambut baik mimpi untuk memberi hadiah spesial berupa manusia unggul yang mencakup seluruh aspek kehidupan.

Pemerintah dalam rule yang diamanatkan pusat perlahan tapi pasti menyediakan seluruh akses utamanya informasi berkualitas yang berkaitan dengan pemahaman 1000 hari pertama kehidupan.

Bersama dengan Dinas Kesehatan (Dinkes), Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak (DPPKBPPPA) maupun Dinas Pendidikan (Dindik) dan yang lain, Efi Suryaningsih Sebagai Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Pacitan mesti menjamin akses informasi yang ada sehingga keluarga dan utamanya generasi muda mendapat pengetahuan akan krusialnya program tersebut.

Perlu diketahui, meski bersinggungan dengan tantangan lain, tetapi menjadi perhatian pemerintah di Kabupaten Pacitan adalah risiko Stunting. Meski pada laporan Dinkes, disebut angka tahun 2022 Pacitan mengalami penurunan menjadi 13, 6 persen dari 22 persen di tahun 2020.

Secara umum presentasi menurut data yang dibeberkan menunjukkan keberhasilan Pemda dalam menangkap situasi Stunting di Pacitan. Meski Efi menangkap hal lain untuk jangka panjang. Yakni penyikapan pola yang lebih komprehensif, merubah mindset dari budaya yang mengakar di sebagian masyarakat menjadi kunci penting.

“Sejauh ini kita terkendala Medan,” ujar Efi (26/11) kepada @pemkabpacitan. Penyebaran masyarakat di seluruh wilayah Pacitan tersebut harus diimbangi dengan gerakan masif dari para kader dan para petugas secara berkelanjutan.

Lebih jauh, sarjana seni lukis tersebut menilai budaya yang berkembang di sebagian masyarakat umumnya menjadi mindset, dan mesti disikapi bersama-sama.

Beruntung dr. Hendra Purwaka Kepala Dinkes memahami karakteristik masyarakat Pacitan, sejatinya menurut Hendra orang Pacitan cenderung penurut, asal ada tokoh yang dilibatkan. Efi pun tak cemas jikalau mesti melibatkan leader formal maupun informal dalam merubah paradigma masyarakat demi mencetak generasi unggul.

Dinas DPPKBPPPA pun mempunyai ranah khusus yang harus menangkap agenda penting 27 tahun mendatang itu. Secara teknis bersama dinas terkait, mereka melakukan pendampingan bagi keluarga yang berisiko melahirkan generasi Stunting, berbagai bentuk dukungan mengalir yang diimbangi dengan pemahaman yang baik.

“Berkat dukungan bapak Bupati kita juga membuat program Dahsyat (Dapur Sehat Atasi Stunting),” kata Jayuk Susilaningtyas Kepala DPPKBPPPA, kemarin (28/11).

Selain memberikan pemahaman terhadap risiko masalah Stunting, dirinya mengajak untuk memaksimalkan potensi alam yang ada. Salah satunya yang telah diakui nasional adalah pemanfaatan daun kelor yang bisa diolah berbagai masakan.

Sementara untuk langkah nyata pendekatan terhadap generasi muda adalah bekerjasama dengan pihak Dindik, menggelar pertemuan bahkan mencetuskan SSK atau Sekolah Siaga Kependudukan. Dalam mata pelajaran, para guru menyisipkan berbagai pemahaman terhadap kesehatan dan kependudukan sampai Sex Education.

Wujud peran instansi lain dalam mendukung lahirnya generasi berkualitas tanpa Stunting di Pacitan adalah dengan menciptakan infrastruktur lingkungan keluarga berkualitas. Efi menyebut, kecukupan gizi, kualitas air hingga sanitasi harus dibangun di seluruh paradigma masyarakat. “Saya tahu dasarnya SDM masyarakat Pacitan tetap bagus,” tambah dia.

Biarpun demikian, masyarakat mesti paham konsep 1000 hari pertama kehidupan, dr. Hendra menambahi bahwa pra pernikahan, kehamilan hingga bayi dibawah 2 tahun harus mendapat perhatian baik asupan gizi dan lingkungan yang baik, pun tidak hanya perempuan sebagai pabrik generasi. laki-laki sebagai penyumbang utama harus dipahamkan akan konsep itu. (PemkabPacitan).

WhatsApp chat