Berita terbaru

Apresiasi Pelaksanaan TMMD

Bupati Indartato mengapresiasi pelaksanaan TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-103 di Desa Kalipelus, Kebonagung. Karena untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi masyarakat, semua komponen pemerintah harus bersatu padu. Baik sipil maupun militer. “Bahwa pemerintah itu tidak bisa kerja sendiri. Oleh karenanya semua komponen yang ada harus bersatu padu, bekerjasama untuk untuk memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat,” katanya usai mengikuti penutupan pelaksanaan TMMD di lapangan Kecamatan Kebonagung, Selasa (13/11/2018).

Dengan kerja bareng dari berbagai elemen itu diharapkan dapat mencapai cita-cita maupun tujuan bersama. Yakni mensejahterakan masyarakat. Salah satunya dengan membuka isolasi pada kawasan-kawasan destinasi wisata. Seperti akses menuju Pantai Pangasan misalnya. Jika sebelumnya, untuk mencapainya warga harus berjalan kaki, kini paska TMMD jalan dapat dilalui kendaraan roda empat.

Saat membacakan amanat Kasad Jendral TNI Mulyono, inspektur upacara Danlanud Iswahjudi Madiun Marsekal Pertama TNI Widyargo Ikoputra mengatakan selama satu bulan, para prajurit TNI/Polri, pemkab, serta segenap komponen masyarakat telah berkerja keras guna mencapai sasaran pembangunan. Baik fisik maupun non fisik yang mencakup 50 desa sasaran pada 50 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. “Setiap kegiatan ini kita dapat menyaksikan semangat kebersamaan serta gotong royong yang terpancar disetiap wajah masyarakat dan aparat yang bekerja bersama dilapangan,” ucapnya.

Hal ini menjadi refleksi kekuatan besar dari segenap komponen bangsa yang memiliki visi misi dan tujuan bersama. Guna mengatasi berbagai persoalan pembangunan serta problematika kesejahteraan masyarakat. Semangat kebersamaan seperti inilah yang sebenarnya merupakan hakikat dari kemanunggalan TNI dengan rakyat. “Akan terus kita bangun serta pelihara kemanunggalan. Ini merupakan aktualisasi peran TNI dalam mewujudkan seluruh potensi wilayah dalam masyarakat, sebagai pendorong kemajuan bangsa yang bermuara pada terbentuknya kekuatan pertahanan nasional yang kokoh,” tandas Danlanud. (Humas/DiskominfoPacitan).

Gelar Liga Pelajar Untuk Atasi Krisis Jam Dan Temukan Bibit Unggul

Sebanyak 16 Klub SMA/SMK Sederajat di Kabupaten Pacitan mengikuti Liga Pelajar Pacitan 2018 yang diselenggarakan oleh Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Kabupaten Pacitan. Merebutkan hadiah juara satu, dua, tiga dan harapan.

Tujuan utamanya sebagai langkah menyikapi permasalahan pemain yang krisis jam terbang, kondisi ini menjadi momok jika tidak segara disikapi, mengingat skill lapangan dapat maksimal jika terus diasah dengan pertandingan. “Selain itu juga menajamkan filling mereka,” ujar ketua Pelaksana Harni Koeswanto.

Selain itu PSSI terus berupaya membangun tali silaturahmi dengan semua klub sepak bola dan para pemain, targetnya adalah bibit pemain-pemain unggul yang berkualitas dan mempunyai kedisiplinan tinggi.

Walaupun selama ini PSSI mempunyai banyak pekerjaan rumah, namun pihaknya mengaku masalah utamanya adalah SDM, baik di tingkat pemain juga pelatih. Di Pacitan pelatih berlisensi masih bisa dihitung jari. Untuk itu Ia akan terus mengupayakan agar masalah SDM tidak berlarut-larut. “Harus bergerak cepat,” tambah Dia mantab.

Pada laga pembuka 11/11/18 tersebut bertanding antara SMK Negri 2 Pacitan melawan SMA Negri 2 Pacitan dengan Skor akhir 3:1. Sesuai Jadwal Liga Pelajar akan berakhir hingga 29 November mendatang. (Budi/Anj/Riyanto/DiskominfoPacitan).

Pisah Sambut Kapolres Pacitan

Kapolres Pacitan Lama AKBP Setyo K. Heriyatno dengan terharu mengaku bangga pernah tinggal dan bertugas di Pacitan walaupun cukup singkat yakni 10 bulan. Lantaran selama menjalankan tugas Ia selalu mendapat bantuan dari Bupati dan jajaran serta Muspida, sehingga terselesaikan dengan baik. “Saya seperti mempunyai keluarga baru di sini, semoga saya masih dianggap saudara hingga kapan pun,” ungkapnya saat Pisah Sambut Kapolres Pacitan kemarin 11/11/18 di Pendopo.

Sudah menjadi tradisi turun-temurun di kalangan Pemkab Pacitan, bahwasanya setiap pejabat pindah tugas maka kegiatan pisah sambut harus dilaksanakan di Pendopo Kabupaten. Hal itu bukan tanpa alasan, melainkan sebuah penghormatan dan harapan agar di tempat baru pejabat tersebut menjadi lebih baik dan bahagia. “Itu Doa kita bersama,” kata Bupati dalam sambutannya.

AKBP Sugandi Kapolres Baru tersebut berterima kasih karena disambut baik oleh Bupati, Ia juga memohon izin agar diterima dan dapat bekerja sama sesuai tugas dan tangung jawab masing-masing, untuk memperjuangkan Pacitan agar lebih maju. Sebelumnya Ia menjabat Bidang Sumber Daya Manusia Mabes Polri, dalam sambutannya tersebut ia mengatakan bahwa tugas di Pacitan merupakan kebanggaan. “Mumpung di Pacitan, rencana kami yang kelahiran Jakarta untuk ikut belajar Bahasa Jawa,” katanya. Dia mengakui sudah banyak lupa diksi Jawa. (Budi/Anj/Riyanto/DiskominfoPacitan).

KERJASAMA BIDANG LAYANAN dan KOLEKSI DINAS PERPUSTAKAAN PACITAN DENGAN MMC (MILLENIAL MOSLEM COMMUNITY) PACITAN

  Bukan kali ini saja Bidang Layanan dan Koleksi Dinas Perpustakaan Pacitan melaksanakan kerjasama dengan berbagai pihak, baik lembaga maupun komunitas. Hal ini memang sengaja dilakukan oleh pihak Dinas Perpustakaan Pacitan untuk membuka kerjasama dengan berbagai pihak dengan tujuan untuk lebih dekat dengan masyarakat luas, sehingga masyarakat luas yang sebelumnya belum pernah datang berkunjung bahkan masih sangat awam dengan Perpustakaan Pacitan diharapkan melalui kerjasama ini bisa mengenal Perpustakaan Pacitan lebih dekat dan mengetahui fungsi Perpustakaan Pacitan sebagai salah satu wadah penyedia layanan publik yang bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Kemarin, 4 November 2018 bertempat di ruang layanan Dinas Perpustakaan Pacitan, telah diselenggarakan kerjasama dengan MMC (Millenial Moslem Community), dimana Dinas Perpustakaan Pacitan memberikan bantuan berupa peminjaman tempat penyelenggaraan dialog interaktif MMC yang berlangsung hari itu.

Antusias masyarakat umum terhadap dialog interaktif MMC yang bertajuk “Kamilah Generasi Muslim Millenial” tersebut benar-benar di luar dugaan panitia. Target pendaftaran peserta  yang semula hanya sekitar 150 orang, ternyata 2 hari sebelum hari H tiba-tiba membludak hingga mencapai 311 peserta. Akhirnya panitia membagi acara menjadi 2 gelombang, yakni gelombang pertama yang dimulai dari jam 08.30 WIB – 12.00 WIB, dan gelombang kedua dimulai dari jam 12.30-15.00 WIB.

Membludaknya peserta menjadi dampak positif tersendiri bagi Dinas Perpustakaan Pacitan, dikarenakan hal ini mampu secara tidak langsung mengenalkan kepada 311 orang dalam satu hari tentang keberadaan dan fasilitas Perpustakaan Daerah Pacitan yang memang dibangun untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat umum yang berkaitan dengan peningkatan literasi.

Dan kebetulan tema yang diambil oleh MMC juga berkaitan dengan literasi generasi muda terutama generasi muslim di jaman milenial ini, motivasi-motivasi tentang bagaimana langkah-langkah yang harus dilakukan oleh para generasi muslim milenial dalam menyikapi kemajuan jaman terutama kemajuan tekhnologi (medsos) agar terhindar dari kenakalan remaja dan efek negative yang lainnya.

Talkshow tersebut digawangi oleh Anjas Pradita sebagai Ketua Panitia Penyelenggara. Sedangkan narasumber acaranya adalah aktivis remaja Yogyakarta yakni Ustadz First Syaoqi Suhartono, SE dan Ustadz Agus Yohana, SE.

Acara tersebut berlangsung sangat meriah dan terbilang sangat sukses, terlihat dari antusias keaktifan peserta dalam mengikuti sesi tanya jawab dengan narasumber. Beberapa doorprize diberikan kepada peserta yang mampu memberikan jawaban dari pertanyaan yang diajukan narasumber, dan untuk peserta yang mengajukan pertanyaan kepada para narasumber.

Perlu diketahui MMC merupakan komunitas remaja muslim Pacitan yang baru berdiri tanggal 22 Oktober 2018. Hal ini sesuai dengan pengakukan Alfha, seorang muslimah remaja dan salah satu panitia penyelenggara acara sekaligus sebagai anggota MMC. Dia mengatakan bahwa acara ini adalah acara kali pertama yang diselenggarakan oleh pihak MMC. Dan untuk kelanjutan agenda program acara ke depannya masih belum ada rencana lagi dikarenakan belum ada rapat kembali untuk membicarakan hal tersebut.

Dalam selipan sambutan oleh ketua penyelenggara acara (Anjas Pradita), telah disampaikan ucapan terimakasih kepada pihak Dinas Perpustakaan Pacitan yang telah memfasilitasi tempat penyelenggaraan acara tanpa biaya sepeser pun.

(Penulis : Ryn Surya/ Pict by : Nisha Permana/ Dinas Perpustakaan Pacitan/Diskominfopacitan)

Desa SiApps Solusi Zona Rawan Longsor

 

Staff Pusat Studi Bencana (PSBA) Universitas Gadjah Mada, Guruh Samudra menerangkan secara gamblang tentang potensi bencana longsor serta Hardwere dan Aplikasi pengukur curah hujan, sebelum kemudian menerangkan cara pakai dan cara baca peta merah dalam aplikasi tersebut. “Membangun harmoni dengan longsor, caranya mengetahui ambang batas curah hujan. Sehingga warga dapat bersiap sebelum longsor terjadi,” paparnya dalam Sosialisasi Pemantauan dan Informasi Penyebarluasan Potensi Bencana Alam BPBD Pacitan 09/11/18 di Aula Hotel Srikandi.

Menurutnya garis besar dalam bahasan ini adalah penerjemah edukatif yaitu masyarakat, karena data dari Hardware yang terpasang dikoneksikan pada aplikasi android sehingga menerjemahkan simbol warna yang mudah dipahami, kemudian masyarakat mengetahui kondisi tanah tempat tinggal mereka. Guruh mengatakan aplikasi ini sebagai pengembangan Early Warning System yang dinilai jauh lebih efektif. Jika masyarakat terbiasa melihat dan mempelajari curah hujan tentunya akan terbiasa merespon ambang batas amannya, sehingga meskipun longsor terjadi warga akan selamat. “Early Warningnya bukan pada alatnya melainkan pada manusianya,” tandas Guruh.

Kepala PSBA Dr. Djati Mardianto membenarkan hal tersebut, tujuan aplikasi ini adalah mengedukasi masyarakat. Menurut bacaannya Pacitan yang secara morfologi berbukit dan gunung menjadi penyebab tingginya daerah rawan longsor. Selain itu sebagai daerah tropis, hujan adalah salah satu penyebabnya. “Harus disadari bahwa Pacitan terbentuk dari material gunung api tua dan gamping yang mudah larut, sehingga tidak stabil. Alat serta aplikasi ini tugasnya menginformasikan serta menyistematikkan, jadi dapat dipertanggungjawabkan,” terangnya.

Sebanyak 190 titik longsor menjadi catatan BPBD, bahkan Diannitta Agustinawati, Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Pacitan mengatakan jumlah tersebut dapat saja bertambah. Untuk itu konsep Desa SiApps yang disosialisasikan bersama ini menjadi titik terang sehingga baik masyarakat ataupun pemangkau kebijakan mempunyai gambaran untuk mengambil tindakan.

Peserta yang mengikuti sosialisasi adalah seluruh Desa dan Kelurahan di empat Kecamatan yaitu Kecamatan Pacitan, Kebonagung, Arjosari dan Pringkuku, sedangkan alat dan sistem aplikasi yang diuji cobakan berada di Desa Kedungbendo Arjosari, “bagi desa lain yang mempunyai potensi rawan longsor akan mempunyai inisiatif yang sama dari desa, karena alat serta aplikasi ini penting dalam upaya mitigasi untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam mengurangi risiko bencana longsor,” tambahnya.

Sosialisasi ini juga menyampaikan materi tentang pembentukan Desa Tangguh Bencana (Destana) oleh Diana Rendrarini sebagai fasilitator, kemudian Wira Swastika dari Diskominfo yang memberikan materi SID (Sistem Informasi Desa), Hamdani Perangkat Desa Ngumbul, Best Practice dengan memanfaatkan SID untuk analisis data kebencanaan serta tim Pusat Data Dan Informasi Kebencanaan (Pusdatin) BPBD, dengan harapan semua informasi yang ada mampu memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk lebih siap siaga dalam menghadapi dampak yang terjadi di zona rawan longsor.(Budi/Anj/Riyanto/DiskominfoPacitan).