Hari kedua pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Komputer
(UNBK) di Kabupaten Pacitan berjalan normal tanpa kendala berarti, meski saat
ini Covid-19 tengah berkembang di Indonesia. Wakil Bupati (Wabup) Pacitan Yudi
Sumbogo berkesempatan memantau pelaksanaan mengaku bersyukur tidak ada Absen
karena sakit atau faktor lain.
Bersama dengan UPT Dinas Pendidikan (Dindik) Provinsi Jawa
Timur Wilayah Pacitan Pemda Pacitan menekankan sarana kebersihan seperti cuci
tangan menjadi prioritas peserta UNBK. Disamping itu siswa dan siswi diminta
terus menjaga kesehatan dengan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ditambah pola
makan.
“Masker diperuntukkan untuk orang sakit. Sehingga mencegah
penyebaran penyakit,” kata Sumbogo soal ditanya awak media perihal peserta UNBK
yang tidak memakai masker. Disatu sisi diketahui bersama ketersediaan masker
lenyap dipasaran.
Sumbogo juga mengapresiasi berbagai kemandirian sekolah
dalam mensukseskan UNBK di tahun sulit ini, termasuk hal teknis seperti listrik
dan jaringan internet yang kerap kali mengganggu di luar seputaran kota.
“Secara umum kondusif, tidak ada kendala yang berarti,” tegas Dia.
Masih di kesempatan yang sama, Yusuf Kepala UPT Dindik
Provinsi Jawa Timur Wilayah Pacitan memastikan 3000 lebih peserta UNBK yang tersebar
di sekolah-sekolah seluruhnya siap menghadapi UNBK yang akan berakhir hingga
(19/03) mendatang. “Kita juga telah bekerjasama dengan PLN dan pihak pendukung
lain,” tambah Yusuf. (budi/mg/riyanto/wira/DiskominfoPacitan).
Covid-19 atau Coronavirus sejak awal tahun 2020 bak artis
yang menjadi perbincangan utama ribuan media, namun juga membikin was-was warga
dunia tanpa terkecuali masyarakat Indonesia termasuk Kabupaten Pacitan.
Sebenarnya jika dilihat secara geografis Kabupaten Pacitan
jauh dari Provinsi Wuhan, China tempat asal virus yang menyerang saluran
pernafasan mirip Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) yang pertama kali ditemukan
pada Juli 2003 silam.
Tetapi, tidak menutup kemungkinan sejak dilaporkannya 2 pasien
positif Covid-19 di Indonesia nantinya menjalar ke Pacitan. Skenario terburuk
itulah menjadi modal, Mengingat kota berjuluk Paradise Of Java ini adalah salah
satu gerbang wisata di Jawa Timur.
Turis asing biasa lalu lalang dan bersinggungan langsung dengan
pelaku wisata dan masyarakat, disisi lain banyak warga masyarakat Pacitan yang
merantau dikota besar atau sebaliknya.
Untuk itu sesuai perintah, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
dr. Darsono mengambil langkah cepat meski hal tersebut teramat jauh kemungkinannya,
dengan menyiapkan segala piranti manajemen perawatan dan pengobatan Covid-19
berupa ruang isolasi berstandar hingga ambilan.
Bupati Pacitan Indartato usai melihat langsung ruang isolasi
tersebut mengatakan, kesiapan rumah sakit berplat merah ini nantinya juga bakal
diperkuat kesiapan seluruh Puskesmas dan puskesmas pembantu di semua wilayah sesuai
dengan pemerintah pusat.
“Pertama kita menyiapkan rujukan di rumah sakit yang saat
ini kita tinjau bersama kapolres dan dandim. Antisipasi supaya tidak ada
coronavirus di Pacitan,” terang Bupati kemarin (04/03/2020). Tidak cukup,
selanjutnya Pemda akan menerbitkan Instruksi Bupati berkaitan pencegahan
Covid-19 yang melibatkan semua komponen termasuk kepala desa dan camat.
Sementara di kesempatan berbeda, T. Andi Faliandra Kepala
Dinas Pariwisata Pemuda Dan Olahraga (Disparpora) Pacitan menyampaikan, sesuai
mekanisme pemeriksaan terhadap wisatawan asing dapat dilakukan di titik masuk
baik di Bandara ataupun di pelabuhan. “Pemeriksaan tidak bisa dilakukan di
lokasi wisata,” kata Andi melalui sambungan telepon (05/03/2020).
Beruntung data menunjukan jarang ada wisatawan yang berasal
dari negeri tirai bambu dan sekitar, umumnya wisatawan datang ke Pacitan dari
Benua Eropa dan Australia yang memilih pantai Pancer Door dan Watukarung.
Disparpora jauh-jauh hari ternyata telah melakukan berbagai
himbauan kepada para pelaku wisata di Pacitan untuk siaga dan waspada berbagai
kemungkinan tanpa mengurangi pelayanan dan kenyamanan. “Kita sudah siap dari
awal, tapi kita tidak bikin heboh,” pungkas Andi.
Sejak dini, pemerintah mewanti-wanti masyarakat Kabupaten
Pacitan untuk senantiasa menjaga kebersihan dan hidup sehat untuk menghadapi
pagebluk ini. Termasuk hindari mengunggah informasi hoax di sosmed yang justru
dapat membuat salah kaprah masyarakat dalam menyikapi Covid-19.
(budi/anj/riyanto/wira/DiskominfoPacitan).
Pemerintah sangat memahami keresahan warga yang bermukim di
sepanjang bantaran sungai dan anak sungai Grindulu hingga hulu di wilayah
proyek pengerjaan Waduk Tukul Desa Karanggede, Arjosari. Curah hujan meningkat
membuat air sungai acap kali naik ke pekarangan warga.
Termasuk mengakibatkan erosi ratusan meter di Dusun Ngawen
1, Desa Semanten dan mengancam setidaknya 4 rumah warga dan membuat roboh
Jembatan Trobakal di Desa Karangrejo, Arjosari. Apalagi Badan Meteorologi
klimatologi dan Geofisika (BMKG) menunjukan adanya peningkatan curah hujan
sepekan ke depan.
Berbagai masukan yang disampaikan masyarakat begitu penting
bagi Bupati Pacitan Indartato yang melihat langsung kondisi masyarakat terdampak. Hari ini (04/02/2020) di Desa
Semanten dan Desa Tambakrejo Kecamatan Pacitan. Kemudian di belakang pasar
Arjosari, Desa Nggayuhan, Karangrejo dan Karanggede Kecamatan Arjosari.
Kepada masyarakat Pak In, sapaan Bupati mengatakan bahwa
secepatnya kondisi yang membuat warga was-was tersebut dapat segera diatasi.
Namun disisi lain masalah sungai bukanlah kewenangan Pemda tetapi kewenangan
Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo.
Beruntung BBWS telah menggelar kaji cepat kondisi erosi di
Desa Manten, dan gambar yang diambil oleh tim sudah mendapatkan verifikasi
pemerintah pusat, kemungkinan bronjong yang dibutuhkan sepanjang 400 meter akan
segera dipasang. “Dana bisa diambil dengan mekanisme, kita tunggu saja,” kata
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang (PUPR) Pacitan di kesempatan
yang sama.
Pak In dihadapan warga juga menyampaikan akan terus melakukan berbagai upaya sehingga
masalah semua bencana segera ditangani. Karena dirinya mengaku khawatir tatkala
turun hujan dengan intensitas tinggi.
Upaya pengalihan aliran sungai juga menjadi perhatian dan
harus segera dilakukan pihak terkait, ditambah mengupayakan pembangunan
jembatan Trobakal. “Daerah pomo duwe duit lan kewenangan wes tak garap dewe,”
ungkap Dia.
Hingga artikel ini ditulis, rombongan Bupati melanjutkan
kegiatan di Kecamatan Bandar, melihat langsung kondisi masyarakat yang
terdampak longsor di Desa Bangunsari, Petungsinarang, Bandar dan meninjau
jembatan ambrol di Desa Jeruk. Pada kesempatan tersebut Pak In juga
berkesempatan memberikan bantuan berupa paket sembako, makanan siap saji,
terpal dan selimut kepada para korban.
(Budi/anj/riyanto/wira/DiskominfoPacitan).
Ada sebelas dari dua belas potensi bencana berpotensi
terjadi di Wilayah berjuluk Kota 1001 Goa ini, fakta tersebut menjadi perhatian
semua pihak, pemerintah daerah, provinsi bahkan pusat yang melahirkan berbagai
kebijakan diantaranya pemahaman yang bersifat mitigasi.
Termasuk memanfaatkan media film untuk memberikan edukasi
berupa mitigasi bencana, utamanya bencana gempa bumi yang disertai tsunami.
Jenis bencana ini dipilih lantaran besarnya risiko karena keberadaan Kabupaten
Pacitan yang berhadapan dengan samudera hindia dan berdiri di atas patahan
Sesar Grindulu yang sewaktu-waktu menunjukan aktivitasnya.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pacitan
sebagai leading sektor bersama Bidang Informasi, Diskominfo Kabupaten Pacitan
menciptakan film berdurasi pendek yang memberikan pemahaman saat terjadi gempa
bumi baik di dalam gedung atau di luar ruang yang dilakukan oleh staf dan
karyawan Pemda Pacitan.
“Video yang kita hasilkan nantinya dapat kita putar disela
berbagai kegiatan,” kata Agus Anshori Mudzakir, Kepala Bidang Informasi
Diskominfo Pacitan disela pembuatan film hari ini, (28/01/2020) dihalaman
Pendopo Kabupaten.
Semua media digunakan oleh pemangku kebijakan demi
menumbuhkan pemahaman kepada seluruh masyarakat akan pentingnya memahami
sebelas potensi bencana tersebut. Sehingga meski tidak diharap, semua
masyarakat dapat siap dan tangguh jika sekonyong-konyong bencana itu datang,
begitu juga peran pemerintah bersama sektor terkait dalam rangka manajemen
kebencanaan. (timDiskominfoPacitan).
Skenario terburuk dipilih dalam menghadapi segala
kemungkinan yang ditimbulkan bencana hidrometeorologi yang mungkin terjadi di
Kabupaten Pacitan di musim ini. Bersama TNI, Polri, Satpol-PP, BPBD dan yang
lain apel serta gelar pasukan dilaksanakan di Lapangan Peta (09/01/2020).
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten
Pacitan, Didik Alih Wibowo mengatakan berbagai kemungkinan bisa saja terjadi,
kewaspadaan harus terus ditingkatkan meskipun rilis resmi menunjukkan gambar
positif, tapi alam bisa saja berubah sewaktu-waktu.
“Kita tidak berharap kejadian, tetapi yang kita siapkan
kesiapsiagaannya seperti yang kita lakukan. Bukan bencananya tapi sekali lagi
kesiapsiagaannya,” kata Didik yang paham betul bencana tidak dapat diprediksi
meski dengan alat secanggih apapun.
Pemangku kebijakan kini mengetahui seberapa jauh kondisi
seluruh personil baik pasukan hingga seluruh peralatan yang dimiliki. Apalagi
Wakil Bupati Pacitan Yudi Sumbogo yang hadir pada apel tersebut mengatakan,
upaya mendasar meningkatkan kewaspadaan dan budaya siaga adalah melalui latihan
kesiapsiagaan. “Bersama seluruh aparatur pemerintah daerah dan sebagai langkah
koordinasi semua unsur baik relawan dan dunia usaha,” kata Yudi.
Itu berlebihan jika menoleh kebelakang akan kondisi banjir
dan tanah longsor yang terjadi 28 November 2016 silam karena sapuan ekor siklon
tropis. Sempat beberapa waktu lalu BMKG secara resmi merilis adanya badai di
timur Indonesia, meski akhirnya berjalan menjauh dari Indonesia namun hal
tersebut membuat pemerintah pusat bersikap.
Mulai melakukan pemantauan rilis resmi baik dari BMKG, BNPB
dan PVMBG yang diteruskan dengan pembentukan posko, menyiagakan seluruh aparat
pemerintah daerah dan mengkoordinasikan dengan instansi terkait, menyiapkan
sarana dan prasarana hingga menyiapkan alokasi anggaran dan menginformasikan
potensi bencana kepada masyarakat.
Karena bencana semua dapat hilang dalam sekejap, baik hasil
pembangunan yang telah dilaksanakan selama puluhan tahun hingga kondisi
psikologi masyarakat yang terdampak. “Semoga dengan apel ini, koordinasi antar
pemangku kepentingan di Kabupaten Pacitan semakin kuat dan menjadi tangguh
dalam menghadapi ancaman bencana khususnya ancaman hidrometeorologi,” pungkas
Yudi. (budi/anj/riyanto/wira/DiskominfoPacitan)