Masyarakat Kabupaten Pacitan semalam (07/11) panik setelah
mendengar suara seperti ledakan yang disertai goncangan. Sebelumnya TNI AU dari
Pangkalan Lanud Iswahjudi menggelar kegiatan latihan pengeboman di Permukaan
Teluk Laut Pacitan. belakangan hal tersebut bukanlah bom yang dijatuhkan,
melainkan gempa bumi tektonik dengan maknitudo 3,1 Episenter.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten
Pacitan Didik Alih Wibowo kepada Diskominfo Pacitan mengatakan hal tersebut
merupakan kebetulan semata. Suara seperti ledakan menurutnya dikarenakan gempa
dangkal dengan kedalaman 11 Kilometer.
Tegas Didik menyampaikan kepada masyarakat bahwa itu murni
fenomena alam yang tidak ada sangkut pautnya dengan latihan pengeboman yang
dilaksanakan. “Untuk masyarakat tolong hindari isu-isu yang merampas,” tegas
Didik.
Kabupaten Pacitan yang berada dalam zona keamanan Nasional
di bawah Pangkalan Lanud Iswajudi sudah menjadi kewajiban digelar berbagai
latihan semacam itu. menyangkut bagaimana risiko yang akan ditimbulkan Kepala
UPT PPP Tamperan Ninik Yudi Sumbogo pagi ini 08/11 kepada diskoinfo mengatakan
bahwa dirinya dengan instansi terkait ke depan akan melakukan berbagai penelitian
dan kajian akan dampaknya. “Nelayan ada kekhawatiran, maka perlu kita melakukan
kajian mendalam,” pungkas Ninik. (budi/riyanto/wira/DiskominfoPacitan).
Kabupaten Pacitan dua hari terakhir mengalami mendung,
beberapa wilayah dilaporkan turun hujan
dengan intensitas rendah. Namun hujan tersebut menurut Kepala BPBD Kabupaten
Pacitan Didik Alih Wibowo bukan pertanda musim hujan telah tiba.
“Ada perubahan arah
angin,” ujar Dia di ruang Pusat Data Dan Informasi (Pusdatin) saat ikut
memantau rilis prakiraan cuaca oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
BMKG pagi tadi 26/08. Perubahan arah angin disampaikan Didik sebelumnya
berembus dari arah utara, kini bergeser dari arah tenggara membawa kelembaban
94-73 persen dengan kecepatan 8-21 Km/jam, kondisi ini diproyeksikan terjadi
sampai pada malam hari nanti.
Sejauh ini tidak ada hal yang perlu disikapi berlebih, semua
aman terkendali. Kecuali peningkatan gelombang ombak di sepanjang pesisir
selatan Pulau Jawa dengan tinggi gelombang mencapai 3-4 Meter, masyarakat yang
berada di lokasi pesisir untuk lebih meningkatkan kewaspadaannya.
Masyarakat juga dihimbau untuk melakukan penghematan air
bersih karena musim kemarau masih panjang. Berdasar rilis terakhir Diskominfo
Pacitan dari laporan BPBD Pacitan pekan kemarin, disampaikan hujan diramalkan
turun pertengahan Oktober 2019 mendatang.
(budi/anjar/riyanto/wira/DiskominfoPacitan).
Musim kemarau tahun ini akan lebih panjang, Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) meramal hujan turun pertengahan
bulan Oktober. Ini jadi masalah, karena krisis air sudah berlangsung di 45
desa, untuk kebutuhan primer masyarakatnya mengandalkan droping air bersih dari
pemerintah. Kenyataannya angka itu pasti akan terus bertambah, terlebih jika
hujan terlambat datang.
Sementara stok air
yang dipunya Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pacitan sudah berkurang
188 tangki, tersalur ke berbagai desa yang masuk pada kriteria kering kritis
dari jumlah stok 360 tangki. “Jumlah total hasil dari anggaran yang kami
alihkan untuk kemarau ditahun ini,” ujar Didik Alih Kepala pelaksana BPBD
kemarin 19/08.
Beruntung, BPBD masih
memiliki tambahan 300 tangki, diperoleh dari hasil koordinasi dengan Gubernur
Jatim melalui BPBD Provinsi. Tugas selanjutnya adalah memanajemen angka
tersebut sehingga tersalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan sampai pada akhir
kemarau yang belum pasti kapan berakhir.
Tapi akankah musim
kemarau ditahun-tahun yang akan datang selalu terjadi krisis air, masyarakat
kebingungan air bersih, mengandalkan droping dari pemerintah yang hanya cukup
untuk kebutuhan primer?
Menjaga alam mesti
dilakukan, sarat wajib supaya sumber tetap mengalirkan air. Dengan berbagai
kearifan lokal yang dimiliki masing-masing wilayah. “Masyarakat harus sadar
akan ini (Menjaga Alam), sederhananya menjaga pohon sekitar sumber air, atau
justru menambah pohon, atau menjaga ikan yang diyakini dapat mencari sumber air
dan lain sebagainya,” papar Didik.
Semua ancaman umumnya
sudah dapat diprediksi, termasuk kekeringan. Diannitta Agustinawati, Kasi
Pencegahan Kesiapsiagaan BPBD Pacitan menyampaikan, wilayah harus membuka diri
dengan ancaman ini. “Kita menoleh ke belakang, melihat apa yang terjadi
dilingkungan kita,” ucap Diann.
Sumber air hilang
tentu mempunyai disertai banyak sebab, yang bisa dipelajari bersama, seperti
memahami jenis-jenis pohon yang dapat mengikat air atau pun sebaliknya,
masyarakat harus paham jika ingin air mengalir di seluruh sendi kehidupan
setiap musim sepanjang tahun. Terlepas dari kepentingan ekonomi yang sejatinya
bisa disesuaikan, supaya alam dan ekonomi berjalan berdampingan.
Siap tidak siap,
tahun depan kemarau akan kembali datang, durasinya tidak bisa dirumuskan dengan
pasti, pemerintah dan semua elemen harus melek, memulai sesuatu bersama-sama
dalam rangka mengembalikan fungsi alam sebagaimana mestinya, supaya Pacitan
bebas krisis air dan tidak disalahkan anak cucu kelak.
(budi/riyanto/wira/DiskominfoPacitan).
Krisis air tidak berlaku di Desa Sidomulyo Kecamatan
Ngadirojo. Berkat tangan dingin pemerintah desa dan masyarakatnya yang menjaga
dan memaksimalkan sumber air dari Kali Cilik yang berada di Dusun Tempursari.
Tim Liputan
Diskominfo Pacitan bersama BPBD Pacitan berkesempatan mengunjungi Kali Cilik
yang kini menjadi pertahanan masyarakat desa saat terjadi kemarau. Tampak
sumber air mengalir, air di bendungan terlihat jernih sehingga memantulkan
warna biru, ikan-ikan berenang seakan tidak takut dengan aktivitas pengelola
Bumdes Rejo Mulyo yang sejak awal tahun lalu memproduksi air tersebut menjadi
air kemasan bermerek Anyess.
Tyas Anggoro Kepala Dusun
setempat mengatakan biasanya saat kemarau warga masyarakat Dusun Ledok Kulon
dan Ledok Wetan krisis air bersih karena kondisi geografis dua dusun tersebut
lebih tinggi ketimbang dusun lain.
Kini perusahaan air
minum tersebut setiap harinya mampu menjual 150 galon, angka yang besar dengan
usia Anyess yang masih seumur jagung, angka itulah yang membuat Dusun Ledok
Wetan dan Ledok Kulon terbantu dari hasil penjualan yang disisihkan untuk
mengirim air lewat pipa dengan kekuatan listrik. “Tidak memenuhi sepenuhnya,
tapi masyarakat di sana tidak perlu minta droping air,” kata Tyas.
Sementara, Bumdes Rejo Mulyo tidak serta merta tumbuh dan
berdiri begitu saja, banyak kekurangan yang menghadang, mulai dari alat, jumlah
karyawan hingga stok galon yang dimiliki menjadi masalah diawal-awal berdiri,
namun Arif Murdani karyawan yang kini menjadi Bendahara itu mengatakan bahwa
kekompakan yang selalu dibentuk kepala desa membuat berbagai kesulitan dapat
dilewati. “Anyess memberikan ekonomi lebih kepada kami,” ujar Arif yang
sebelumnya bekerja di salah satu pabrik triplek.
Kini produk tersebut
mulai memasuki desa lain di sekitar Desa Sidomulyo, Arif mengatakan promosi
dilakukan pada waktu yang telah dijadwalkan, karena menurutnya masyarakat akan
lebih memilih air kemasan yang bermerek nasional jika tidak telaten dijelaskan,
karena kenyataannya kandungan Total Dissolve Solid (TDS) 10 kali lebih rendah.
“Semua izin sudah lengkap, dan kualitas produk kami lebih baik,” ungkap Dia.
Melalui inovasi yang
dimaksimalkan, desa bukan saja berdaya, namun kemungkinan terbaiknya desa tidak
lagi bergantung dengan pemerintah di atasnya, Tyas mengatakan bahwa pemerintah
Sidomulyo bersemangat dalam berinovasi dengan berbagai potensi yang dimiliki
desa. “Kami harus bekerja keras, sebelum dana desa yang berlimpah disetop satu
saat nanti,” terang Tyas.
Ini diapresiasi Didik Alih Wibowo Kepala BPBD Pacitan yang
berkesempatan mendampingi Tim Diskominfo Pacitan, berbagai strategi mesti
dilakukan demi memaksimalkan desa, termasuk di dalamnya penguatan terhadap
berbagai kemungkinan bencana.
Kemandirian perlu
dilakukan masyarakat Pacitan, mengingat Bumdes yang baru berdiri 8 bulan dapat
tangguh dari kemarau panjang ditahun ini. “Kami berharap dengan adanya sampel
ini, desa lain tumbuh daya kreatif walaupun tidak menyangkut tentang air. Tapi
dengan inovasi yang meningkat kemudian akan berdampak pada kemampuan
mempertahankan diri dari ancaman bencana khususnya kekeringan,” harap Didik.
/tim liputan Diskominfo (budi/riyanto/wira/Diskominfopacitan).
Usai penetapan
Kejadian Luar Biasa (KLB) Bupati Pacitan Indartato akan segera melakukan
langkah-langkah untuk menyikapi Virus Hepatitis A yang menyerang 8 Puskesmas di
4 Kecamatan yang ditengarai terjadi sejak pertengahan bulan Ramadhan lalu.
“Supaya tidak semakin
menyebar di wilayah lain. Termasuk diantaranya kita melakukan droping air
bersih ke daerah tersebut,” ujarnya disela menjenguk pasien di RSUD dr. Darsono
Pacitan pagi ini 26/06.
Bupati juga
mengatakan bahwa sejak awal kasus tersebut menyebar pihaknya telah melaporkan
pagebluk ini ke Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur yang langsung merespons
kasus ini dengan terjun memantau langsung perkembangannya. “Seluruh petugas
kesehatan diterjunkan sejak minggu kemarin. Gerak cepat mereka dapat menahan
penyebaran,” papar Indartato.
Selanjutnya
pemerintah akan berupaya meringankan biaya pengobatan pasien yang dirawat di
puskesmas ataupun di rumah sakit. “Semoga saja kita bisa membantu mereka,
dengan bantuan provinsi,” tandas Dia. (budi/anjar/riyanto/wira/DiskominfoPacitan).