Lihat langsung kondisi jembatan dan jalan di Desa Kedungbendo

Bupati Indartato bersama Tim yakni Dinas Pekerjaan Umum (PU) Dan BPBD Pacitan melihat langsung sarana dan prasarana yang belum kembali pulih akibat bencana banjir dan tanah longsor setahun silam. Salah satunya kali ini 05/12/18 adalah meninjau empat jembatan gantung di Desa Kedungbendo Kecamatan Arjosari. “Semua kami perhatikan, agar supaya kondisi normal 100 persen,” kata Bupati.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Pacitan Budiono yang ikut mendampingi memaparkan bahwa, beberapa jembatan dan akses jalan melalui Dinas PU terus diperhatikan demi mendukung mobilitas masyarakat baik antar dusun dan antar desa sekitar.

“Jembatan Denggu Dusun Nggrombyang dan akses antar dusun di desa Kedungbendo serta diwilayah lain memperoleh perhatian yang sama,” tambah Budi.

Pada kesempatan itu Bupati juga menyempatkan diri bertemu para warga masyarakat sembari mendengar langsung saran masukan baik pembangunan dan lain-lain guna tercapainya visi misi misi yang diharapkan. (Budi/Anj/Riyanto/DiskominfoPacitan).

Satukan Persepsi Pada Situasi Emergency

BPBD memfasilitasi frekuensi khusus kepada Organisasi Radio Amatir dan para Relawan pada kondisi emergency. Yang sebelumnya berada pada frekuensi 14700 yang kini silent, diganti pada 17030 duplek – 500 pada input 16530mHz tone 1148.

Kebijakan itu diambil karena jika komunikator tetap berada pada frekuensi yang sama saat gawat darurat maka pemerintah akan kesulitan untuk menghimpunnya. Terlebih pada kondisi tersebut informasi yang disampaikan umumnya bersifat simpang-siur. “Pada kondisi normal silahkan berada pada frekuensi masing-masing, namun saat emergency diharap masuk ke ruang yang kami sediakan,” Kata PLT Kepala Pelaksana BPBD Pudjono saat menggelar pertemuan dengan para Organisasi Radio Amatir dan para Relawan dikantornya Jumat 23/11/18.

Ia mengatakan berdasar kejadian bencana akhir 2017, seluruh sinyal seluler mengalami trouble. Karena pemadaman listrik yang disebabkan kerusakan pada jaringan atau pemadaman karena tujuan keamanan.

Rohandi Koordinator Bankom RAPI Pacitan menyambut baik dan mendukung langkah BPBD itu, Pihaknya berharap frekuensi tersebut menjadi wadah warga RAPI dan yang lain. RAPI sendiri mempunyai 170 anggota dengan 60% aktif dipastikan dapat berkontribusi kepada pemerintah dalam berkomunikasi. “Terobosan bagus, karena selama ini kami kebingungan menindaklanjuti informasi yang telah terhimpun,” Ucap Dia. (Budi/Anj/Riyanto/DiskominfoPacitan).

Tanggap, Tangkas, Tangguh dan Pahami Gempa Disertai Tsunami

Waspada terhadap ancaman bencana menjadi kwajiban mutlak untuk manusia, karena kehidupan bersinggungan langsung dengan alam. Termasuk goncangan gempa dan gelombang tsunami yang bisa datang kapanpun dan selalu menyisakan ironi. Korban jiwa, kerugian materiil bahkan trauma mendalam. Tsunami atau perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan permukaan air laut secara vertikal dengan tiba-tiba, menjadi momok dibanyak negara dunia termasuk Indonesia yang berada pada zona cincin api (ring of fire).

Gelombang tsunami umumnya disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya gempa bumi yang disebabkan pergerakan lempeng dan aktifitas sesar serta terjadinya runtuhan atau letusan gunung api di dasar laut. Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat sejak 1964 telah terjadi 23 kali gempa bumi yang diikuti tsunami di Indonesia. Pada 2004 gempa  Aceh masuk dalam gempa besar jika dibandingkan hal serupa yang terjadi pada 18 tahun sebelumnya. Total 250.000 korban jiwa dan menimbulkan trauma mendalam.

Kewaspadaan terhadap ancaman gelombang tsunami diprioritaskan untuk masyarakat pesisir. Hal ini sesuai dengan kajian resiko bencana dan tsunami tahun 2011 oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Sebanyak empat kota terpilih sebagai peserta yakni Kabupaten Buleleng, kepulauan Mentawai, Provinsi Palu serta Kabupaten Pacitan. Berada diatas lempeng besar Indo Australia dan Eurosia aktif serta berhadapan langsung dengan Samudra Hindia menjadi alasan Pacitan masuk dalam daftar peserta. “Berdasarkan data sepanjang 78km garis pantai yang membentang di kabupaten Pacitan, terdapat 25 desa zona merah tersebar dalam 7 kecamatan,” jelas Diyannita Kasi Kesiapsiaagaan Bencana BPBD Kabupaten Pacitan.

Di sisi lain bentangan alam eksotis memanjakan pariwisata Pacitan dan keindahanya mampu menutupi ancaman bencana besar. Namun demikian kewaspadaan terhadap bencana giat dilakukan pihak terkait melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dengan simulasi gempa dan tsunami, pendidikan bencana, hingga pemulihan pasca bencana. Saat ini alarm atau Early Warning System (EWS) pemberi kabar gelombang tsunami dipasang dibeberapa lokasi strategis. Selain itu ditaman puluhan ribu pohon cemara udang di bibir Pantai Teluk Pacitan atau biasa disebut sabuk hijau (Green Belt). Berfungsi sebagai pemecah atau menurukan kekuatan gelombang. “Pohon Bakau juga dapat digunakan dengan fungsi yang sama. Hal ini belajar dari beberapa peristiwa yakni peralatan canggih rusak saat terjadi tsunami lantaran goncangan gempa yang terjadi sebelumnya,” tuturnya melanjutkan.

 

Diyannita menjelaskan tsunami umumnya rangkaian gelombang laut yang mampu menjalar dengan kecepatan 900km/jam atau bahkan lebih, namun saat mencapai pantai dangkal, teluk atau muara sungai, kecepatan menurun dan berubah menjadi tinggi gelombang yang bersifat merusak.  Kesiapan seseorang dalam menghadapi bencana menjadi penentu dalam upaya penyelamatan. Jargon 20-20-20 menjadi landasan dasar mitigasi bencana gempa dan tsunami, yakni lebih dari 20 detik gempa, memiliki waktu 20 menit penyelamatan, dan mencari tempat tinggi minimal 20 meter.

Menyikapi ironi bencana gempa dan tsunami yang selalu menyisakan korban, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNBP) dalam buku saku pedoman mitigasi bencana, memaparkan secara rinci mulai prabencana hingga pemulihan. Pemahaman dasar pertama adalah kesiapan keluarga, tas siaga, mengenal petunjuk jalur evakuasi, serta berkoordinasi dengan pemerintah terkait mulai tingkat RT hingga tingkat Pusat.

Kemudian mengetahui tanda alam, terutama setelah terjadi gempa seperti air laut surut, suara gemuruh di tengah laut dan banyak ikan menggelepar di Pantai. Mengenal intensitas gempa bumi, waktu berlangsung dan kekuatan gempa sehingga seseorang sulit berdiri tegak serta memantau informasi dari berbagai media resmi mengenai potensi tsunami.

Ketika gempa yang terjadi berdampak pada rumah atau banggunan tempat tinggal tidak dianjurkan membenahi, waspada terhadap gempa susulan, tujuan utamanya adalah evakuasi keluarga ke tempat yang lebih aman. Jika gempa berpotensi tsunami perhatikan alarm serta peringatan atau petunjuk dari pihak berwenang dan segeralah berlari menuju tempat yang tinggi dan berdiam diri ditempat tersebut untuk sementara waktu. Hal ini dikarenakan gelombang tsunami kedua dan seterusnya biasanya lebih besar dari gelombang sebelumnya.

Pascabencana

Tujuan selanjutnya usai bencana adalah tidak bertambahnya korban. Selain upaya dari pihak terkait dan fasilitas umum diharapkan masyarakat dapat mandiri tidak kurang dari lima hari. Kembali dari tempat evakuasi ketika keadaan telah dinyatakan aman,  tetap mengutamakan keselamatan dengan tidak terburu-buru menyelematkan barang, menjauhi tempat reruntuhan, menghindari air yang menggenang karena kemungkinan zat berbahaya dan waspada terhadap instalasi listrik.

Persiapan pasca bencana menjadi landasan pembentukan Desa Tangguh Bencana di Pacitan oleh BNPB.Pengetahuan pemulihan rekonstruksi, rehabilitasi serta regulasi menjadi program kerja yang harus bersama-sama digalakkan. “Harus saling memperioritaskan keselamatan bersama. Saling mendukung dan mematuhi petunjuk evakuasi bencana yang sudah ada,” tutur Diyannita memaparkan.

Bangunan Tahan Gempa

Dikutip dari laman Kompas, Imam Satyarno dosen Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada menjelaskan, material adalah hal yang harus diperhatikan dalam membangun rumah. Jenis pertama bangunan engineered merupakan gedung dua lantai atau lebih, dibangun dengan perhitungan khusus. Kedua non engineered adalah bangunan satu lantai dibuat dengan perhitungan ala kadarnya bahkan material yang digunakan tidak diukur.

Sementara itu melalui sambungan telepon Dewi Irawati ST. MT Konsultan Arsitek menjabarkan bahwa masyarakat Kabupaten Pacitan sudah saatnya mengutamakan berbagai aspek dalam membuat bangunan. Mengingat, berbagai potensi bencana serta kontur tanah. Ketika kemarau kering dan pecah-pecah, sebaliknya jika musim hujan tanah menjadi lembek dan berair. Dengan demikian pondasi dari bangunan harus kuat dan sesuai perhitungan.

“Mengacu Barrataga (Bangunan Rumah Rakyat Tahan Gempa). Hasil penelitian dari Ir. Sarwadi, Msce,Ph.D, Ip U, dosen Magister Rekayasa Kegempaan UII Yogyakarta mengatakan, bangunan tahan gempa itu mempunyai struktur bawah, tengah dan atas harus terkait melalui ikatan tulangan yang sesuai dengaan aturan Barrataga,” lanjut Megister Rekayasa Kegempaan menjelaskan gamblang. Pihaknya juga berpesan bahwa intinya desain bisa ditawar namun struktur tidak bisa ditawar, baik diameter tulangan, jarak kaitan (sengkang) dan cara mengaitkan. Dalam dunia arsitek memang struktur menjadi barang mahal karena sudah mahal juga tak terlihat karena terselubung dengan finishing bangunan yang indah. Dewi menyimpulkan indah tak mesti kuat tapi kuat bisa jadi indah.

(Budi/Anj/Riyanto/DiskominfoPacitan).

Bentuk Empat Desa Tangguh Bencana

Berbagai potensi bencana mengancam setiap Daerah di Kabupaten Pacitan, baik banjir, tanah longsor, gempa bumi hingga tsunami. Kondisi ini tentu tidak hanya dimiliki oleh Pacitan saja, dimanapun potensi bencana selalu menjadi momok dan harus di hadapi dengan berbagai kesiapan.

Pemerintah melalui Badan Penangulangan Bencana Daerah atau BPBD Kabupaten Pacitan menggelar kegiatan pembentukan Desa Tangguh Bencana kepada empat Desa terpilih. Antaranya Desa Mangunharjo dan Kedung Bendo di Kecamatan Arjosari serta Desa Klesem dan Desa Karanganyar di Kecamatan Kebonagung. Kegiatan dilaksanakan di Ruang Pertemuan UPT Pelabuhan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Tamperan (P2SKP) hari ini 26/09/2018.

BPBD Kabupaten Pacitan tahun 2018 mendapat Program Penguatan Kelembagaan dengan Kegiatan Pembentukan Desa Tangguh Bencana. Bertujuan sebagai upaya memberdayakan masyarakat dalam hal penangulangan bencana. Agar masyarakat selalu siaga pada bencana yang sewaktu-waktu datang. “Materi meliputi pra bencana, saat terjadi bencana hingga pada tahap rehabilitasi dan rekonstruksi,” ujar Diyannita Agustinawati selaku Kasi. Pencegahan dan Kesiapsiagaan kepada Diskominfo disela kegiatan.

Beberapa poin yang harus diaplikasikan oleh Desa tangguh bencana adalah Desa harus membuat peta resiko bencana di wilayahnya dan setelah itu menciptakan peringatan dini potensi bencana yang mengkin terjadi. “Minimal masyarakat di Desa tersebut tidak menggantungkan diri ke Pemerintah sekurang-kurangnya 1 atau 2X 24 jam”. jelas Dian.

Pihaknya berharap untuk empat Desa yang terpilih segera membentuk forum pengurangan resiko bencana yang bertujuan memeberdayakan kemandirian dalam hal penangulangan bencana. Dalam kesempatan itu juga disosialisasikan mengenai Permendes Nomor 19 tahun 2017, bahwa dana Desa dapat digunakan untuk kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana.

(Budi/Anjar/Riyanto/Diskominfo)

Kemarau Panjang; Gunakan Air Sehemat Mungkin Dan Jangan Bakar Semak

Sebanyak 30 Desa dari 11 Kecamatan mengalami krisis air bersih, dan dari pantauan Badan Metrologi klimatologi dan geofisika atau BMKG bulan ini kemarau sampai pada puncaknya serta diperkirakan hujan akan turun di pertengahan bulan Oktober mendatang dengan curah hujan level sedang serta level menengah di bulan November.

Ketika ditemui dikantornya 13/09/2018 Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah atau BPBD Kabupaten Pacitan Windarto menuturkan, sejak pertengahan bulan Juli pihaknya telah malakukan drooping air bersih ke daerah terdampak kekeringan yang mengajukan permintaan. Namun ada permasalahan yang di hadapi yakni masih banyaknya daerah yang tidak mempunyai tandon air untuk menyimpan cadangan air yang dikirim. “Selanjutnya kami melakukan langkah bekerjasama dengan BPBD Provinsi lalu kami mendapat bantuan tandon air yang kini telah siap untuk didistribusikan”. Tuturnya kepada diskominfo.

Melihat prakiraan hujan yang akan turun sebulan kedepan Warga masyarakat kabupaten pacitan tidak perlu cemas, Ia mengatakan bahwa persediaan air bersih di kabupaten pacitan masih banyak hingga beberapa bulan kedepan serta dipastikan tidak akan mengalami kekurangan stock air bersih. Namun Ia meminta kepada seluruh masyarakat untuk melakukan penghematan air bersih khususnya selama musim kemarau ini. “Selain kita berhemat juga saya berharap untuk tidak membakar semak dan lain-lain agar tidak terjadi kebakaran lahan”. Himbaunya mengakhiri.

(Budi/Anjar/Riyanto/Diskominfopacitan)