Sebanyak 175 anggota Tim Penggerak PKK dan Darma Wanita
Persatuan se Kabupaten Pacitan mendapat pencerahan berbagai macam potensi
bencana, baik ancaman banjir, kekeringan, tanah longsor, gempa bumi atau pun
tsunami.
Karena semua harus siap jika bicara masalah bencana, baik
anak-anak, lansia bahkan difabel. Mereka harus memahami mitigasi dan risiko
bencana jika Kabupaten Pacitan ingin tangguh terhadap bencana.
Luki Indartato Ketua TP PKK dan sekaligus Penasihat DWP
Kabupaten Pacitan mengatakan kegiatan ini dirasa perlu dilakukan kepada para
anggota, mengingat sosok wanita sebagai ujung tombak dalam keluarga. “Jenengan
semua berperan penting dalam mewujudkan keluarga yang sadar bencana,” ujar Luki
kemarin (07/10).
Berbagai macam potensi yang sekonyong-konyong dapat terjadi
dikenalkan secara lugas oleh Diannitta Agustinawati Kasi Pencegahan Dan
Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pacitan. Pada
kesempatan tersebut ia juga menegaskan akan pentingnya menyiapkan tas siaga.
“Meski sangat sederhana, namun tas siaga ini sangat penting
saat terjadi bencana. Masukkan ke dalam tas berbagai kebutuhan, termasuk
senter, kotak P3K, surat berharga atau makanan kering,” kata Diyannita.
Peserta juga memperoleh tambahan jurus dalam menghadapi
gempa bumi, ini sangat penting karena hingga kini tidak ada alat yang dapat
memperdiksi kedatangannya, dan disempurnakan dengan jurus menghadapi tsunami.
(budi/dzakir/wira/DiskominfoPacitan).
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pacitan terus berupaya
memenuhi kebutuhan air bersih untuk masyarakatnya. Khususnya pada
wilayah-wilayah terdampak kekeringan. Seperti dilakukan Bupati Indartato
bersama Wakil Bupati Yudi Sumbogo dan jajaran terkait di Dusun Jatisari,
Desa/Kecamatan Punung. “Semoga bantuan dan penyaluran air bersih dapat
meringankan beban masyarakat ditengah musim kemarau,” katanya, Senin
(2/9/2019).
Selain ikut memberikan bantuan Indartato juga berkesempatan
mendatangi aktifitas warga setempat yang tengah menggali sumur. Melihat hal itu
ia lantas menginstruksikan OPD terkait untuk ikut memberikan dukungan dalam
proses pendistribusiannya nanti.
Sesuai data yang disampaikan Kepala Pelaksana Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD Didik Alih Wibowo melalui Kasi Kedaruratan
dan Logistik Aswin Rikha Wijaya, kini, diseluruh wilayah Kabupaten Pacitan
terdapat 45 desa mengalami kekeringan. Puluhan desa terdampak itu secara
bergilir mendapatkan pasokan air bersih dari BPBD maupun pihak-pihak lain yang
memberikan bantuan. “Total sebanyak 355 rit bantuan air bersih disalurkan. Dari
BPBD sebanyak 231 rit. Sisanya dari pihak swasta atau kelompok masyarakat yang
peduli,” jelas dia. (arif/danang/juremi tomas/humaspacitan)
Kabupaten Pacitan dua hari terakhir mengalami mendung,
beberapa wilayah dilaporkan turun hujan
dengan intensitas rendah. Namun hujan tersebut menurut Kepala BPBD Kabupaten
Pacitan Didik Alih Wibowo bukan pertanda musim hujan telah tiba.
“Ada perubahan arah
angin,” ujar Dia di ruang Pusat Data Dan Informasi (Pusdatin) saat ikut
memantau rilis prakiraan cuaca oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
BMKG pagi tadi 26/08. Perubahan arah angin disampaikan Didik sebelumnya
berembus dari arah utara, kini bergeser dari arah tenggara membawa kelembaban
94-73 persen dengan kecepatan 8-21 Km/jam, kondisi ini diproyeksikan terjadi
sampai pada malam hari nanti.
Sejauh ini tidak ada hal yang perlu disikapi berlebih, semua
aman terkendali. Kecuali peningkatan gelombang ombak di sepanjang pesisir
selatan Pulau Jawa dengan tinggi gelombang mencapai 3-4 Meter, masyarakat yang
berada di lokasi pesisir untuk lebih meningkatkan kewaspadaannya.
Masyarakat juga dihimbau untuk melakukan penghematan air
bersih karena musim kemarau masih panjang. Berdasar rilis terakhir Diskominfo
Pacitan dari laporan BPBD Pacitan pekan kemarin, disampaikan hujan diramalkan
turun pertengahan Oktober 2019 mendatang.
(budi/anjar/riyanto/wira/DiskominfoPacitan).
Musim kemarau tahun ini akan lebih panjang, Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) meramal hujan turun pertengahan
bulan Oktober. Ini jadi masalah, karena krisis air sudah berlangsung di 45
desa, untuk kebutuhan primer masyarakatnya mengandalkan droping air bersih dari
pemerintah. Kenyataannya angka itu pasti akan terus bertambah, terlebih jika
hujan terlambat datang.
Sementara stok air
yang dipunya Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pacitan sudah berkurang
188 tangki, tersalur ke berbagai desa yang masuk pada kriteria kering kritis
dari jumlah stok 360 tangki. “Jumlah total hasil dari anggaran yang kami
alihkan untuk kemarau ditahun ini,” ujar Didik Alih Kepala pelaksana BPBD
kemarin 19/08.
Beruntung, BPBD masih
memiliki tambahan 300 tangki, diperoleh dari hasil koordinasi dengan Gubernur
Jatim melalui BPBD Provinsi. Tugas selanjutnya adalah memanajemen angka
tersebut sehingga tersalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan sampai pada akhir
kemarau yang belum pasti kapan berakhir.
Tapi akankah musim
kemarau ditahun-tahun yang akan datang selalu terjadi krisis air, masyarakat
kebingungan air bersih, mengandalkan droping dari pemerintah yang hanya cukup
untuk kebutuhan primer?
Menjaga alam mesti
dilakukan, sarat wajib supaya sumber tetap mengalirkan air. Dengan berbagai
kearifan lokal yang dimiliki masing-masing wilayah. “Masyarakat harus sadar
akan ini (Menjaga Alam), sederhananya menjaga pohon sekitar sumber air, atau
justru menambah pohon, atau menjaga ikan yang diyakini dapat mencari sumber air
dan lain sebagainya,” papar Didik.
Semua ancaman umumnya
sudah dapat diprediksi, termasuk kekeringan. Diannitta Agustinawati, Kasi
Pencegahan Kesiapsiagaan BPBD Pacitan menyampaikan, wilayah harus membuka diri
dengan ancaman ini. “Kita menoleh ke belakang, melihat apa yang terjadi
dilingkungan kita,” ucap Diann.
Sumber air hilang
tentu mempunyai disertai banyak sebab, yang bisa dipelajari bersama, seperti
memahami jenis-jenis pohon yang dapat mengikat air atau pun sebaliknya,
masyarakat harus paham jika ingin air mengalir di seluruh sendi kehidupan
setiap musim sepanjang tahun. Terlepas dari kepentingan ekonomi yang sejatinya
bisa disesuaikan, supaya alam dan ekonomi berjalan berdampingan.
Siap tidak siap,
tahun depan kemarau akan kembali datang, durasinya tidak bisa dirumuskan dengan
pasti, pemerintah dan semua elemen harus melek, memulai sesuatu bersama-sama
dalam rangka mengembalikan fungsi alam sebagaimana mestinya, supaya Pacitan
bebas krisis air dan tidak disalahkan anak cucu kelak.
(budi/riyanto/wira/DiskominfoPacitan).
Krisis air tidak berlaku di Desa Sidomulyo Kecamatan
Ngadirojo. Berkat tangan dingin pemerintah desa dan masyarakatnya yang menjaga
dan memaksimalkan sumber air dari Kali Cilik yang berada di Dusun Tempursari.
Tim Liputan
Diskominfo Pacitan bersama BPBD Pacitan berkesempatan mengunjungi Kali Cilik
yang kini menjadi pertahanan masyarakat desa saat terjadi kemarau. Tampak
sumber air mengalir, air di bendungan terlihat jernih sehingga memantulkan
warna biru, ikan-ikan berenang seakan tidak takut dengan aktivitas pengelola
Bumdes Rejo Mulyo yang sejak awal tahun lalu memproduksi air tersebut menjadi
air kemasan bermerek Anyess.
Tyas Anggoro Kepala Dusun
setempat mengatakan biasanya saat kemarau warga masyarakat Dusun Ledok Kulon
dan Ledok Wetan krisis air bersih karena kondisi geografis dua dusun tersebut
lebih tinggi ketimbang dusun lain.
Kini perusahaan air
minum tersebut setiap harinya mampu menjual 150 galon, angka yang besar dengan
usia Anyess yang masih seumur jagung, angka itulah yang membuat Dusun Ledok
Wetan dan Ledok Kulon terbantu dari hasil penjualan yang disisihkan untuk
mengirim air lewat pipa dengan kekuatan listrik. “Tidak memenuhi sepenuhnya,
tapi masyarakat di sana tidak perlu minta droping air,” kata Tyas.
Sementara, Bumdes Rejo Mulyo tidak serta merta tumbuh dan
berdiri begitu saja, banyak kekurangan yang menghadang, mulai dari alat, jumlah
karyawan hingga stok galon yang dimiliki menjadi masalah diawal-awal berdiri,
namun Arif Murdani karyawan yang kini menjadi Bendahara itu mengatakan bahwa
kekompakan yang selalu dibentuk kepala desa membuat berbagai kesulitan dapat
dilewati. “Anyess memberikan ekonomi lebih kepada kami,” ujar Arif yang
sebelumnya bekerja di salah satu pabrik triplek.
Kini produk tersebut
mulai memasuki desa lain di sekitar Desa Sidomulyo, Arif mengatakan promosi
dilakukan pada waktu yang telah dijadwalkan, karena menurutnya masyarakat akan
lebih memilih air kemasan yang bermerek nasional jika tidak telaten dijelaskan,
karena kenyataannya kandungan Total Dissolve Solid (TDS) 10 kali lebih rendah.
“Semua izin sudah lengkap, dan kualitas produk kami lebih baik,” ungkap Dia.
Melalui inovasi yang
dimaksimalkan, desa bukan saja berdaya, namun kemungkinan terbaiknya desa tidak
lagi bergantung dengan pemerintah di atasnya, Tyas mengatakan bahwa pemerintah
Sidomulyo bersemangat dalam berinovasi dengan berbagai potensi yang dimiliki
desa. “Kami harus bekerja keras, sebelum dana desa yang berlimpah disetop satu
saat nanti,” terang Tyas.
Ini diapresiasi Didik Alih Wibowo Kepala BPBD Pacitan yang
berkesempatan mendampingi Tim Diskominfo Pacitan, berbagai strategi mesti
dilakukan demi memaksimalkan desa, termasuk di dalamnya penguatan terhadap
berbagai kemungkinan bencana.
Kemandirian perlu
dilakukan masyarakat Pacitan, mengingat Bumdes yang baru berdiri 8 bulan dapat
tangguh dari kemarau panjang ditahun ini. “Kami berharap dengan adanya sampel
ini, desa lain tumbuh daya kreatif walaupun tidak menyangkut tentang air. Tapi
dengan inovasi yang meningkat kemudian akan berdampak pada kemampuan
mempertahankan diri dari ancaman bencana khususnya kekeringan,” harap Didik.
/tim liputan Diskominfo (budi/riyanto/wira/Diskominfopacitan).