Siapkah Jika Megathrust di Selatan Jawa Pecah Sewaktu-waktu

Pemerintah Kabupaten Pacitan tidak menafikkan kemungkinan ancaman tsunami setinggi 20 meter di sepanjang pesisir di pulau Jawa. Hasil analisis ilmiah Institut Teknologi Bandung (ITB) yang kini viral baru-baru ini harus disikapi serius, walau siapa saja tidak menghendaki bencana ini terjadi.

Setidaknya 27 desa di 7 kecamatan masuk diantara 80 Kilometer garis pantai selatan Kabupaten Pacitan, di  zona merah itu hiduplah puluhan ribu masyarakat. Sedang potensi tidak langsung berada di wilayah kecamatan kota, khususnya sekitar bantaran sungai Grindulu.

Secara gamblang hasil riset yang dirilis Sri Widiyantoro, Guru Besar ITB tersebut berdasar terhadap kemungkinan Segmen Megathrust di selatan pulau Jawa yang berpotensi pecah. Jika terjadi secara bersamaan maka gempa besar yang disusul Tsunami setinggi 14 hingga 20 meter berpotensi terjadi.

Badan Meteorologi Klimatologi Dan Geofisika (BMKG) juga tidak memungkiri hasil penelitian ITB itu, Dwikorita Karnawati Kepala instansi tersebut kepada CNN malah mengaku penelitian pada tahun 2014 oleh BPPT dan tahun 2016 oleh Ron Harris peneliti dari Amerika menyebutkan hasil yang tak jauh berbeda. “Metode kajian berbeda, namun hasilnya ternyata hampir sama,” katanya.

Pemerintah pusat pun telah menyiapkan berbagai mekanisme dari ancaman tersebut sejak 12 tahun silam atau tahun 2008, komitmen tersebut timbul dari pengalaman tragedi tsunami Aceh. Masalahnya ancaman ini tidak bisa diprediksi, meski melalui peralatan tercanggih sekalipun. Itu berarti pemerintah pilih fokus pada pemaksimalan mitigasi bencana terhadap masyarakat.

Lalu bagaimana kesiapan pemerintah dan masyarakat Kabupaten Pacitan terhadap ancaman ini, Diannita Agustinawati Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Pacitan mengatakan pemahaman terhadap masyarakat dinilai memenuhi standar, setidaknya mereka mengerti apa yang harus dilakukan saat terjadi gempa dan kemana jika datang gelombang besar dari laut.

Namun itu semua belumlah cukup. Berbagai program seperti Desa Tangguh Bencana telah dibangun, memaksimalkan ketangguhan masyarakat melalui kemandirian diri dan desa. Belum lama juga dilaksanakan Ekspedisi Desa Tangguh Bencana, program pusat bersifat marathon di pesisir selatan Jawa, dari Banyuwangi hingga Jawa barat. “Sosialisasi akan terus kami lakukan,” ujar Dia (29/09).

Sementara Bupati Pacitan Indartato justru mengaku belum memperoleh keterangan resmi dari Pusat, hanya saja Pemda mendapat undangan dari Pemprov Jatim untuk mengikuti arahan dari Gubernur melalui Aplikasi Zoom.

Yang pasti Bupati tetap berharap masyarakat tenang meski harus tetap waspada, pemerintah melalui instansi terkait yakni BPBD akan bersiaga sembari menggelar berbagai pelatihan bencana Tsunami. “Kami juga harus memberikan informasi kepada masyarakat sedini mungkin,” ucapnya. (budi/anj/alazim/riy/dzk/rch/tk/DiskominfoPacitan).

Diam-diam Petani Dipusingkan Penyakit Puso dan Curah Hujan Rendah

Paceklik melanda ribuan petani di sejumlah wilayah di Kabupaten Pacitan, permasalahannya adalah curah hujan di penghujung 2019 dan awal tahun 2020 tidak sesuai ekspektasi mereka.

Ini lantas membuat benih padi yang disebar kekurangan suplai air. Situasi semakin genting ketika jamur menyerang benih-benih padi yang usianya masih terlalu muda, pestisida pun akhirnya bukan menjadi jawaban dari kasus tersebut.

Petani Desa Banjarejo, Kebonagung adalah salah satu dari sekian wilayah yang melaporkan kejadian gagal panen. Di desa itu tercatat 209 KK melaporkan keadaan ini di atas lahan seluas  20 hektar. Saat ini mereka terpaksa mengalihfungsikan sawah menjadi lahan pertanian sayur mayur untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Pemda pun tidak tinggal diam menyaksikan kondisi tersebut, lebih dari 3 Ton beras dibagikan Bupati Pacitan Indartato untuk meringankan beban, beras ini bersumber dari Dinas Pertanian Kabupaten Pacitan.

“Meski tidak banyak, namun kami ingin meringankan beban Jenengan,” kata Bupati saat berkesempatan menyerahkan secara simbolis bantuan beras cadangan pangan kepada petani Banjarejo, (29/09).

Sementara total bantuan cadangan pangan tersedia 47 ton, ini akan diserahkan kepada seluruh petani yang mengalami gagal panen di Kabupaten Pacitan jika benar-benar diperlukan. Data bersumber dari data kelompok tani. “Mudah-mudahan musim ini dapat terkendali, sementara pemerintah berupaya membantu sarana dan prasarananya,”  harapnya. (budi/anj/riy/dzk/rch/tika/DiskominfoPacitan).

Refocusing Anggaran Diutamakan Bagi Masyarakat

Pemkab Pacitan menyambut baik perspektif media soal kurang tepatnya penanganan pandemi Covid-19 di Kabupaten Pacitan di tengah angka penularan yang semakin menurun menuju zona hijau.

Mulai masalah keterbukaan anggaran, yang sejatinya sudah disampaikan pada baliho di Alun-alun kota untuk memudahkan masyarakat agar bisa melihat langsung. “Jika kurang puas silahkan datang langsung kepada yang menangani,” kata Bupati Pacitan Indartato (28/09).

Lebih lanjut, sesuai dengan instruksi Komisi Informasi (KI) keterbukaan anggaran khusus covid-19 juga di-update melalui portal resmi pacitankab.go.id pada menu transparasi anggaran yang dapat diakses siapapun.

Begitu juga dengan keterbukaan informasi penanganan covid-19, pemerintah memang tidak bisa asal share kepada khalayak sebelum data tersebut benar-benar matang dan valid, ini supaya data tidak tumpang tindih di kemudian hari yang justru memperkeruh suasana.

Jikalau harus kembali pada konsep awal, rilis harus disampaikan langsung oleh Bupati sebagai ketua satgas, menurut Jubir Satgas Rachmad Dwiyanto hal ini bukan satu masalah. “Karena itu awalnya adalah keputusan satgas,” katanya di kesempatan yang sama.

Bupati juga menekankan bahwa anggaran dari refocusing melalui masing-masing instansi selama ini diutamakan kepada kepentingan masyarakat. Bahkan Indartato blak-blakan, jajaran satgas dalam menjalankan tugasnya selama ini tidak menerima honor. “Kami semua kerja bakti,” ungkap Bupati.

Sangat sesuai jika berpondasi pada statement Bupati pada setiap kesempatan yang mengatakan “jangan sampai ada bencana kedua”. Terlebih Kepala Kejari Pacitan pada satu kesempatan pernah menyampaikan, penyelewengan Rp. 1 pun akan ditindak tegas.

Agar benar-benar clear, pihak pemda tidak keberatan membeberkan seluruh program penanganan covid-19 oleh masing-masing instansi kepada seluruh media. Kesanggupan ini merupakan satu cerminan komitmen pemerintah dalam melayani masyarakat. (budi/anj/rch/tika/DiskominfoPacitan).

Tembus Angka 100, Kecamatan Bandar Pecah Telur

Pacitan yang nol kasus covid-19 sepertinya sementara masih harus di angan-angan, lantaran 3 kasus baru kembali terkonfirmasi.

Disampaikan oleh Juru Bicara Tim Gugus Tugas Penanganan (TGTP) Covid-19 Pacitan Rachmad Dwiyanto (22/09), penambahan tersebut secara otomatis menambah penghuni Wisma Atlet menjadi 6 pasien.

Pasien pertama kali ini adalah seorang laki-laki warga Kecamatan Pringkuku berusia 70 tahun, kedua adalah perempuan warga Banjarsari berusia 36 tahun yang ternyata mempunyai riwayat pelaku perjalanan.

“Dan ketiga pecah telur, 1 warga Desa Bangunsari, Kecamatan Bandar berusia 22 tahun. Yang bersangkutan ternyata mempunyai riwayat perjalanan dari Jakarta,” terang Rachmad.

Dari penambahan baru ini sekaligus membuat angka kumulatif menjadi diatas 100 kasus, lebih tepatnya 102 kasus, membuat Jubir kembali menghimbau kepada masyarakat untuk benar-benar menjalankan protokol kesehatan dengan 3M (Memakai masker, Mencuci tangan dan Menjaga jarak).

“Virus covid sampai sekarang belum ada obatnya, satu-satunya yang bisa membunuh adalah antibody kita sendiri, tetap menjaga pola hidup bersih dan sehat ditambah protokol kesehatan. Sehingga pertumbuhan covid-19 dapat kita kendalikan demi seluruh masyarakat Kabupaten Pacitan,” tambahnya. (budi/anj/riy/dzk/rch/tika/DiskominfoPacitan).

Update Covid-19; 2 Kasus Sembuh

Mengawali pekan ke 3 bulan September, 2 kesembuhan kembali terjadi di Kabupaten Pacitan. Kabar baik ini diungkapkan Jubir Satgas Tim Gugus Tugas Penanganan (TGTP) Covid-19 Pacitan Rachmad Dwiyanto, siang ini (21/09).

Pasien pertama berasal dari Kecamatan Kota yang masuk pada cluster lain-lain, yang bersangkutan konon usai melakukan perjalanan dari Jawa Barat. Sedang pasien kedua adalah perempuan dari Kecamatan Ngadirojo, tertular dari suami dari cluster lokal.

Kabar ini kembali menambah persentase kesembuhan dari 91,9 persen menjadi 93,9 persen. Kini Satgas (TGTP) Pacitan tingga merawat 3 pasien yang keseluruhan berada di Wisma Atlet.

Satgas tetap mengharap partisipasi masyarakat dalam memerangi pandemi ini, melalui protokol kesehatan dengan metode 3M (Memakai masker, Mencuci tangan, Menjaga jarak). “Kini kita berada pada aangka yang bagus, jangan sampai lengah,” kata Rachmad.

Jika penyebaran covid-19 terus dapat ditekan, maka berbagai langkah dapat dilakukan pemerintah Kabupaten Pacitan, zona hijau menjadi prasyarat penting untuk lini ekonomi, pendidikan dan yang lain. “Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) benar-benar harus kita jalankan,” tambah Dia. (budi/anj/zak/riy/dzk/rch/tika/DiskominfoPacitan).