Kopikas Jetis Lor Siap Jadi Unggulan Desa

Sebagai salah satu desa di wilayah utara Kabupaten Pacitan yang memiliki potensi sumber daya alam, Jetis Lor Kecamatan Nawangan terdapat satu produk unggulan yang telah mulai dikenal luas. Beraneka macam potensi yang saat ini, begitu dikenal tidak hanya skala lokal saja tetapi bisa sampai regional bahkan nasional. Desa yang berada pada ketinggian sekitar 500-1000 m dpl merupakan penghasil kopi yang sangat berkualitas.

Dinas Pemberdayaan Masyarakat dalam rangka menggali potensi desa mewujudkan program one village one produk, berupaya mengembangkan berbagai macam potensi lokal yang ada. Tujuannya agar potensi lokal dapat menjadi sumber daya unggulan yang dapat terus dikembangkan menjadi sebuah produk mengangkat citra daerah sebagai penghasil komoditas yang berkualitas. Melalui pendampingan dan pembinaan mendorong kepada Pemerintah Desa agar bisa melakukan intervensi program melalui APBDes untuk mengembangkan potensi tersebut.

Pola pemberdayaan ekonomi masyarakat sebagai salah satu prioritas utama untuk dapat dilaksanakan dalam rencana pembangunan desa. Harapannya setiap keterlibatan masyarakat dalam sebuah kegiatan, mampu memberikan kontribusi kepada desa serta meningkatkan kesejahteraan bagi pelaku kegiatan tersebut. Dengan lebih banyak melibatkan peran serta masyarakat diharapkan perputaran uang juga lebih banyak terjadi di desa.

Produk kopi dari desa Jetis Lor semestinya harus terus dipromosikan dalam etalase pada setiap instansi pemerintah daerah. Agar nantinya produk kopi ini bisa menghasilkan kuantitas lebih besar, masyarakat di dorong memanfaatkan lahan kosong dan kurang produktif bisa dioptimalkan ditanami kopi sehingga menjadi lebih produktif. (PemkabPacitan)

Sesuaikan Dengan Rasa Pacitan, Saran Mas Aji Kepada Petani Kopi Desa Gembuk

Berada di dataran tinggi dan bersuhu dingin, Desa Gembuk Kecamatan Kebonagung memiliki potensi menjanjikan untuk budidaya tanaman kopi. Bahkan konon kabarnya, jenis tanaman semak tersebut sudah ada sejak jaman penjajah Belanda.
Warga Desa Gembuk mengembangkan tanaman kopi ini turun temurun dan sudah dikenal di pasar lokal Pacitan. Saat ini kurang lebih 20 hektar lahan kopi berhasil dikembangkan kelompok tani Kopi setempat. Ini belum termasuk 10 hektar tanaman kopi lainya yang tumbuh subur di pekarangan warga.
“Potensi kopi di Desa Gembuk ini sangat menjanjikan. Sesuai pitutur para sesepuh kopi di Desa Gembuk ini sudah turun temurun sejak penjajahan Belanda,” Terang Suryadi, ketua kelompok tani kopi setempat.
Dengan luasan tersebut produksi kopi petani Desa Gembuk kata Suryadi bisa mencapai 1 ton. Atau, jika dalam kondisi baik satu petani mampu menghasilkan 50 Kg biji kopi. Hanya saja menurutnya, petani harus menghadapi kendala klasik yakni, tidak stabilnya harga kopi di pasaran.
Menanggapi keluhan para petani kopi tersebut Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji memberikan saran agar petani mengolah biji kopi menjadi barang jadi siap seduh. Agar lebih cepat dikenal, olahan kopi harus menyesuaikan dengan lidah masyarakat Pacitan.
“Ini adalah cara sederhana tapi patut untuk dicoba karena rata-rata warung di Pacitan menjual kopi sachet,” kata Bupati, Selasa (08/08).
Mas aji berharap petani kopi Desa Gembuk tidak turun semangat meskipun harga biji kopi saat ini sedang turun. Petani harus konsisten dan berkelanjutan dalam memproduksi kopi agar mendapat kepercayaan pasar.
Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji melakukan agenda kerja di wilayah Kecamatan Kebonagung salah satunya bertemu dan berdialog dengan petani kopi di Desa Gembuk. (Humas Pacitan/Pemkab Pacitan)

Kopi Liberica Khas Pacitan

Supomo dan anggota kelompok Guyup kopi dan kakao Pacitan berfoto di depan stan saat launching kopi liberica khas Pacitan

Kopi, manisnya meninggalkan pahit, aromanya khas dan kenikmatanya mebuat ketagihan. Inilah yang kemudian membuat kopi menjadi salah satu minuman favorit mulai dari generasi muda hingga orang tua.

Pada 17/1 bersamaan dengan agenda upacara bersama di Pendopo Kabupaten Pacitan, wujud eksistensi kopi Pacitan  diperkenalkan pada publik. Acara tersebut dihadiri juga oleh Wabub Yudi Sumbogo dan seluruh pegawai pemerintahan.

Walaupun kemasan instan kopi Pacitan baru 5 bulan dirintis akan tetapi sudah bisa mengenalkan produk ke luar daerah hingga Ibukota.

Supomo kepala Dinas Koperindag mengatakan akan meningkatan sarana penjualan kopi dan kakao, agar tidak di jual dengan keadaan mentah, Produksi kopi dan kakao ini di pantau langsung juga dari Dinas Pertanian. ” penanamanya dipantau dari dinas pertanian, pengolahan dan penjualannya dari Dinas koperindag ” tandasnya.

Kakao Pacitan memang sangat bagus kualitasnya. Perkembangan kopi Pacitan ini di dukung juga oleh kelompok “ guyub kopi dan kakao Pacitan ” kelompok pengembang kopi Pacitan ini mendukung penuh dengan adanya peningkatan produksi dan penjualan dari kepala Dinas Koperindag Kabupaten Pacitan. Kelompok paguyuban ini juga bekerjasama dengan cafe ataupun warung kopi yang ada di sekitar kota untuk sekedar memasarkan selain melalui media sosial dan promo. ” nantinya para petani akan mejual hasil kopi dan kakao pada unit-unit yang sudah ditunjuk pemerintah, untuk menyelamatkan harga ” terang Supomo lebih lanjut.

Untuk kapasitas produksi telah mencapai kurang lebih 10 ton per bulan. Hal ini disambut baik juga oleh barista Pacitan, sebagai bentuk urun pemikiran mereka mendatangkan langsung barista dari Jakarta untuk sekedar belajar bagaimana mengolah dan menyajikan kopi khas daerah dengan lehih baik.

Supomo menegaskan akan selalu meningkatkan penjualan, karena sekarang sudah bisa di konsumsi dan bisa di produkkan oleh putra daerah sendiri. ” untuk variant kopinya sangat banyak, ada juga robusta arabica lokal dan tidak terkecuali variant andalan “ kopi liberica ” kopi yang menurut para produsen ataupun para penikmat kopi adalah kopi andalannya kota Pacitan. Untuk harga dibandrol dari 5ribu rupiah hingga 150ribu rupiah untuk kopi arabica luwak “. Pungkasnya menjelaskan.

(Anjar/Budi/Riyanto/Kominfo)