KUNJUNGAN SMKN 1 PACITAN KE DEPO ARSIP ( BIDANG KEARSIPAN ) DINAS PERPUSTAKAAN KABUPATEN PACITAN

Kamis, 24 Oktober 2019, Depo Arsip ( Bidang Kearsipan ) Dinas Perpustakaan Kabupaten Pacitan menerima Kunjungan dari SMKN 1 Pacitan. Kunjungan tersebut merupakan kunjungan yang diadakan dalam rangka pembelajaran di luar jam kelas. Kelas X UPW ( Usaha Perjalanan Wisata ) datang berkunjung dengan didampingi oleh Guru Kelas mereka, yakni Ibu Eky Suryaningsih.

Sebanyak 32 siswa disambut dengan antusias oleh para staf karyawan Depo Arsip (Bidang Kearsipan) Dinas Perpustakaan Kabupaten Pacitan, termasuk di dalamnya Kabid Kearsipan ( Bambang Budhidarma, SE ), Kasi Pengelolaan ( Supriyono, S.Sos ), Kasi Perlindungan (Drs. Supriyanto), Arsiparis ( Slamet Riyanto A.Md.), Slamet Riyadi, serta para staf karyawan yang lainnya.

Drs. Supriyanto selaku Kasi Perlindungan Depo Arsip ( Bidang Kearsipan ) Dinas Perpustakaan Kabupaten Pacitan memberikan sambutan. Dalam sambutannya, beliau mengucapkan selamat datang serta menyampaikan terima kasih atas kedatangan siswa dan siswi dari SMKN 1 Pacitan yang telah mau berkunjung ke Depo Arsip.

Slamet Riyanto A.Md selaku Arsiparis Depo Arsip ( Bidang Kearsipan ) Dinas Perpustakaan Kabupaten Pacitan juga memberikan beberapa informasi mengenai jenis – jenis Arsip serta menjelaskan mengenai pentingnya Arsip di dalam Pemerintahan Daerah.

Terakhir, Bambang Budhidarma, SE mengucapkan banyak terima kasih atas kunjungan dari para siswa maupun siswi dari SMKN 1 Pacitan, dan semoga kedepannya sekolah-sekolah lain mempunyai langkah yang sama agar aktif mengenalkan kearsipan kepada siswa dan siswinya. (Penulis&Doc: Nisa Permana/Depo Arsip/Dinas Perpustakaan Kabupaten Pacitan/PemkabPacitan)

Gebyar Seni Kethek Ogleng; Menapaki Langkah Menuju Suguhan Internasional

Semangat masyarakat Kecamatan Nawangan utamanya Sanggar Condro Wanoro dalam membumikan tari Kethek Ogleng diapresiasi pemerintah, Sekretaris Daerah Kabupaten Pacitan Suko Wiyono yang hadir dalam Gebyar Seni Kethek Ogleng  Pacitan 2019 hari ini (27/10) mengungkapkan, evaluasi terus dilakukan demi menyuguhkan pertunjukan yang semakin menarik.

Rencananya ini akan terealisasi tahun depan sesuai dengan capaian yang diraih, Kethek Ogleng Pacitan ciptaan Sukisman ini diam-diam ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2019. Utamanya masalah waktu penyajian bagi Suko baik pagi ataupun sore pemerintah akan tetap mendukung dan menyaksikan. “Yang jelas acara ini sudah masuk pada agenda Kabupaten. Setiap tahun tentu akan kita perbaiki,” jelas Suko.

Sesuai arahan tersebut berbagai lini akan memperoleh perhatian khusus, orang nomor 1 di Kecamatan Nawangan Sukarwan membeberkan, pertunjukan ini benar-benar harus dapat menghibur seluruh penonton. Menggandeng Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan serta melibatkan pelaku seni di Desa dengan membentuk sanggar-sanggar. “Dari sisi SDM sudah sangat cukup. Tinggal koordinasi,” kata Dia.

Agoes Hendriyanto ketua panita dan ketua komunitas pengembangan sosial budaya mengatakan proses panjang ini akan dimaksimalkan demi cita-cita menyuguhkan satu pertunjukan yang diinginkan. Ia juga mengintip berbagai pertunjukan di kota-kota lain seperti event di Candi Prambanan. Pihaknya juga akan berusaha mandiri bekerjasama dengan pihak swasta sehingga tidak bergantung pada dana pemerintah. “Wisatawan luar kota dan Internasional menjadi sasaran kita,” kata Dia.

Sementara Daryono Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pacitan menegaskan Gebyar Seni Kethek Ogleng kali ke-3 ini bukan sekedar ada Kethek Ogleng, namun ia melihat sisi pertunjukan yang lebih variatif. “Pengunjung harus seneng. Karena akan kita garap dengan lebih baik lagi,” tambah Dia.

Monumen Jendral Sudirman yang terus dipromosikan Dinas Pariwisata Pemuda Dan Olahraga Pacitan dan didukung jalan penghubung Purwantoro-Arjosari merupakan satu instrumen yang berkaitan untuk mewujudkan mimpi bersama tersebut. Andi Faliandra Kepada Dinas Pariwisata mengaku melalui Pacitan Journey yang belum lama dilakukan secara otmatis akan mendukung mimpi bersama tersebut. “Kita ingin seperti Ramayana, di Prambanan,” kata Andi.

Tinggal menunggu waktu, event yang telah dikemas dalam Calendar Of Even Kabupaten Pacitan lambat laun satu persatu akan menjadi daya Tarik wisatawan, dengan kerjasama dan profesionalitas seluruh pelaku, sehingga semua agenda akan berbuah manis untuk masyarakat Pacitan. (budi/notz/riyanto/wira/DiskominfoPacitan)

BPBD Pacitan Bangun Sekolah Tangguh Bencana Di SLB YKK Pacitan

Ema Dian Pratiwi dan teman di sekolahnya Geoval Fikri Premadana kini semakin paham apa yang harus dilakukan jika sekonyong-konyong terjadi bencana. Termasuk gempa bumi, mereka hafal pertama harus melindungi kepala dengan sesuatu disekitarnya, masuk ke kolong meja sampai dengan berlari keluar dari ruangan.

Salah satu program Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang difasilitasi BPBD Provinsi Jawa Timur kini direalisasikan BPBD Kabupaten Pacitan di SLB YKK Pacitan. “Karena anak-anak berkebutuhan khusus mendapatkan hak sama terhadap materi kebencanaan,” kata Diannitta Agustinawati Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Pacitan hari ini (25/10).

Dian mengaku pemahaman terhadap bencana baru pertama kali masuk ke ranah ini, dengan berbagai tantangan mulai dari penyampaian materi yang harus dibantu penerjemah dan lain sebagainaya membuat waktu pelaksanaan hingga tiga hari lamanya.

Karena BPBD sangat paham untuk menciptakan sekolah yang aman dan tangguh terhadap bencana harus di dukung dengan lingkungan, manajemen dan infrastruktur yang mendukung. “Manajemen kebencanaan sangat perlu diperhatikan dan dilaksanakan, mengingat pada jam sekolah, anak-anak adalah tanggungjawab sekolah,” tambah dia.

Hingga hari akhir pelaksanaan Dian mengaku materi dapat diserap murid hingga 85 persen. Namun ia gundah, pasalnya sebagian sarana dan prasarana belum mendukung sepenuhnya, baik dari pintu yang sempit dan belum maksimalnya jalan khusus untuk korsi roda.

Kalimat senada juga disampaikan Totok Handoyo sebagai Kepala Sekolah SLB YKK Pacitan, 87 peserta didiknya memang harus mendapat perhatian terhadap kebencanaan, apalagi ia sadar sekali kondisi geografis Kabupaten Pacitan. “Sekiranya pemda maupun pusat memperhatikan fasilitas-fasilitas kami demi keselamatan, karena bencana dapat terjadi kapan saja,” harap Totok.

Heni Purwati juga merasa senang dengan pelatihan ini, wali murid salah satu siswa tersebut mengaku baru pertama memperoleh materi kebencanaan, sebelumnya yang ia hanya menarika anaknya saat terjadi gempa kini lebih tahu apa yang harus dilakukan. “Kalau bisa kegiatan ini juga dilaksanakan di tempat dan kesempatan lain,” harap Dia. (budi/rozak/riyanto/wira/DiskominfoPacitan).

Mutasi Bukan Kepentingan Pribadi Bupati

Demi menyukseskan cita-cita bersama, mutasi 85 Pejabat Fungsional dan 37 Struktural di Lingkup Pemerintah Kabupaten Pacitan kembali digelar pagi (24/10) ini di Pendapa Kabupaten oleh Bupati Pacitan Indartato. Mengingat Aparatur Sipil Negara (ASN) memiliki peran penting sebagaimana tertuang pada Peraturan Daerah (Perda) Nomor 5 Tahun 2016.

Menurut Bupati ASN harus melaksanakan tiga tugas pokok, pertama menjadi pelayan publik utamanya pada perizinan serta barang dan jasa, melaksanakan ketertiban maupun kelembagaan serta pembangunan aspek mental ataupun sosial ekonomi.

Namun pada sisi lain kebijakan tersebut kadang tidak sesuai dengan hati, hal tersebut supaya disadari dan dengan iklas, karena setidaknya pemerintah telah berupaya maksimal agar tidak menyulitkan ASN. “Mutasi ini bukan kepentingan saya pribadi,” kata Bupati Pacitan 2 periode tersebut. (budi/riyanto/wira/DiskominfoPacitan).

UU Pesantren Kado Istimewa Hari Santri 2019

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pun mengakui keberadaan santri sebagai agen perdamaian dunia, disampaikan Muhammad Nurul Huda sebagai kepala Kementerian Agama (Kemenag) Pacitan dan ketua panitia peringatan Hari Santri Nasional (HSN) 2019 yang jatuh pada hari ini (22/10).

Pengakuan tersebut melahirkan tema pada peringatan ini, yakni Santri Indonesia Untuk Perdamaian, tidak cukup di Indonesia tapi Dunia. Melalui peningkatan kualitas santri menuju Indonesia yang makmur. “Bagaiamana santri harus berbuat yang terbaik sesuai dengan profesi masing-masing di setiap kesempatan,” ujar Huda.

KH. Lukman Haris Dimyati Ketua Gerakan Ayo Mondok hadir pada kesempatan itu, merasa bangga dengan Pemda dan Kemenag Pacitan yang mendukung setiap Kegiatan HSN sehingga selalu sukses dilaksanakan setiap tahunnya.

Lebih jauh Pengasuh Ponpes. Tremas Arjosari Pacitan tersebut menyampaikan konteks santri dimasa yang akan datang disamping harus beragama, bermasyarakat juga harus bisa bernegara dengan baik, hal itu penting adanya mengingat berbagai probelamtika Negara acap kali muncul mengancam keutuhan. “Santri Pacitan Gedruk bumi merajut NKRI,” katanya menerangkan konsep santri Pacitan.

Kalimat senada juga disampaikan Mahmud, Ketua Pengurus Cabang Nahdatul Ulama (PCNU) Kabupaten Pacitan itu menerangkan melalui Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2019 Tentang Pesantren yang baru disahkan, nantinya santri hasil didikan pondok pesantren akan mendapat porsi sama dengan lembaga pendidikan formal lain.

Dari awal Bupati Pacitan Indartato kagum akan kemandirian dan kesopanan seorang santri, menumbuhkan sejuta asa menuju Kabupaten Pacitan yang akan semakin baik melalui keilmuan dan sikap-siakpnya. “Dengan lahirnya UU Pesantren kami akan mengikuti sesuai aturan yang berlaku,” terang Bupati. (budi/rozak/riyanto/wira/DiskominfoPacitan).