Kenali Gejala Chikungunya dan DBD

Menanggapi keluhan masyarakat terkait penyakit yang diduga Chikungunya akhir-akhir ini, diharapkan masyarakat tidak resah dan perlu mengenal lebih lanjut termasuk gejala Demam Berdarah Dengue (DBD) serta upaya penanganannya.

DBD dan Chikungunya sama-sama disebabkan virus akibat gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Gejalanya hampir mirip dan biasanya masyarakat lebih familiar dengan DBD.

“Virus penyebabnya berbeda, DBD dari virus Dengue, kalau Chikungunya dari virus chikungunya. Gejalanya hampir sama, pasien mengalami demam, nyeri sendi, nyeri mata, dan ruam. Gejala DBD lebih ke gejala perdarahan, sedangkan chikungunya lebih ke otot dan persendian,” jelas dr. Joko Prianto, Sp.PD., RSUD dr. Darsono, hari ini (06/12).

Sementara jumlah pasien dirawat di RSUD dr. Darsono dengan kasus DBD yaitu 45 kasus di bulan November dan 7 kasus di bulan Desember, sementara belum ada kasus untuk Chikungunya.

Tanda bahaya DBD perlu diperhatikan seperti gusi berdarah, muntah darah, sampai pasien tidak sadar. DBD bisa berkembang menjadi komplikasi yang lebih serius jika tidak segera ditangani. “Waspadai gejala-gejala yang timbul, sebagai penanganan pertama gunakan obat-obatan yang sementara bebas dijual di apotik, jika tidak membaik segera bawa ke fasilitas kesehatan terdekat, bisa ke puskesmas dan rumah sakit,” lanjut Joko.

Kewaspadaan mencegah DBD dan Chikungunya adalah dengan menjaga kondisi badan tetap fit ditunjang dengan makanan bergizi, olahraga cukup, aktif melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan 3M Plus (Menguras, Menutup, Mengubur, Plus memakai Repellent). Ia juga berpesan, Karena masih dalam situasi pandemi, perhatikan gejala yang timbul karena sering tumpang tindih dengan gejala Covid-19, maka harus waspada dengan tetap melaksanakan protokol kesehatan yang telah disepakati.

Sebagai rumah sakit rujukan masyarakat yang berorientasi pada keselamatan pasien dalam upaya penanganan pasien DBD maupun Chikungunya, RSUD dr. Darsono siap dengan layanan IGD 24 jam untuk pasien kegawatdaruratan, tiga dokter spesialis penyakit dalam, tiga dokter spesialis anak, poli penyakit dalam, poli lansia, dan poli anak untuk pasien rawat jalan, dan ruang perawatan Melati A sampai kelas VVIP untuk pasien rawat inap. (RSUDPacitan/DiskominfoPacitan).

Wajib Tau; Peluk Pohon Solusi Masalah Kejiwaan

Putus Hubungan dengan Alam? Siap-siap kena fenomena Nature Deficit Disorder (NDD).
Hari gini banyak orang mengangkat isu tentang Mental Health. Bermain di alam dan memeluk pohon dapat menjadi salah satu solusi.
Istilah NDD dipopulerkan oleh seorang penulis buku The Last Child in the woods, Richard Louv dari Amerika Serikat.
NDD merujuk pada berkurangnya interaksi atau kontak langsung manusia dengan alam yang berdampak buruk pada kesehatan fisik serta mental seperti obesitas, kurangnya daya tahan tubuh terhadap penyakit, kurang konsentrasi dan kurang kreatif.
Penyebabnya bisa dari lingkungan fisik, kepadatan dan budaya urban yang menyebabkan densitas, kebisingan dan polusi, serta derasnya perkembangan teknologi dan pendidikan.
Beberapa hipotesis penelitian membuktikan bahwa orang dengan penyakit “modern” seperti Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), kecemasan, atau depresi merasa lebih baik dengan eksposur ke alam.
Salah satunya dengan memeluk pohon. Ya, memeluk pohon! Meskipun terdengar sepele, memeluk pohon dapat memberikan efek relaksasi bagi jiwa manusia, seperti yang dibuktikan oleh peneliti Matthew Silverstone. Ini terjadi karena meningkatnya kadar hormon oxytocin, seritanin, dan dopamine. Ketiga hormon ini akan membuat kita merasa lebih bahagia.
Pohon memiliki getaran frekuensi yang akibatnya bisa mengubah secara langsung tingkatan gumpalan darah dalam tubuh. Gumpalan inilah yang selama ini menjadi penyebab pusing, migrain, sakit kepala.
Nah kalau kamu mulai merasa jenuh dan stress, kemungkinan seseorang mengalami NDD. Jadi, mulai sekarang, luangkan waktumu menikmati alam ya! (Dari berbagai sumber/DLHPacitan/DiskominfoPacitan).

“STEAM” Pendekatan Pembelajaran Abad 21

Upaya peningkatan Kompetensi Tenaga Pendidik PAUD di bidang Teknologi, Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan melaksanakan Bimbingan Teknis pembelajaran Science, Technology, Engneering, Art, dan Mathematic (STEAM) dengan Media Loosepart. Kegiatan ini dilaksanakan di Rumah Makan SEHAT JLS.
Metode STEAM dengan bahan Loose Part, yakni metode yang menggunakan bahan ajar berasal dari bahan bekas yang mudah dipindahkan, dimanipulasi dan cara penggunaannya ditentukan oleh anak. Bertindak sebagai narasumber adalah personil dari Balai Pengembangan PAUD dan Pendidikan Masyarakat Provinsi Jawa Timur dan Narasumber daerah yang kompeten.
Dalam laporannya, Kepala Dinas Pendidikan, Daryono menyampaikan bahwa tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kompetensi pendidik dalam menerapkan metode pembelajaran STEAM. Salah satunya melalui pembuatan Alat Permainan Edukatif (APE) menggunakan bahan yang ada di sekitar. “APE yang dibuat sendiri oleh guru akan menghemat biaya yang dikeluarkan satuan PAUD,” tambahnya.
Bunda PAUD Kabupaten Pacitan, Efi Suraningsih hadir secara langsung untuk membuka kegiatan tersebut menyampaikan bahwa guru adalah pilar pendidikan, sehingga kompetensi guru harus terus ditingkatkan seiring dengan perkembangan zaman, “Guru harus bisa menciptakan pembelajaran yang inovatif,” tandasnya.
Ririh Enggar Murwati, Kabid Pembinaan PAUD dan Pendidikan Non Formal (PNF) berharap, tindak lanjut dari kegiatan ini adalah peserta bisa menerapkan dan mengimbaskan di seluruh satuan PAUD di wilayahnya. Sehingga layanan PAUD yang berkualitas di Kabupaten Pacitan dapat terwujud.
Sebelum acara ditutup, dilanjutkan dengan penyerahan bantuan pojok baca pada 10 satuan PAUD berupa almari dan buku bacaan berasal dari APBN Tahun 2021. “Alhamdulillah, bisa menambah koleksi buku dan menumbuhkan minat baca pada anak dan orang tua,” ucap syukur Desi Mulanawati, salah satu peserta Bimtek sekaligus penerima bantuan. (Dindikpacitan/DiskominfoPacitan).

35 Persen Desa Belum Kooperatif Terhadap LABKD online

Layanan Adminduk Berbasis Kewenangan Desa (LABKD) online merupakan solusi untuk mengatasi masyarakat dalam mengakses pelayanan Administrasi Kependudukan (Adminduk).
Dulu, untuk mendapatkan pelayanan adminduk, Pemohon harus membawa persyaratan ke Kantor Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil (Dukcapil) Pacitan. Ini masalah, jika masyarakat berasal dari wilayah yang jauh dari pusat kota.
“Jarak yang jauh dan transportasi umum yang jumlahnya terbatas menjadi kendala tersendiri dalam mengurus adminduk, sehingga bisa jadi mereka bisa berangkat tetapi tidak bisa pulang,” kata Sutarman, Kasubid Pembangunan Manusia dan Masyarakat (PMM), Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Pacitan.
Oleh sebab itu pemerintah Kabupaten Pacitan yang dikoordinir oleh Bappeda membangun aplikasi dan telah di-Launching oleh Bupati Pacitan berupa Sistem Informasi Kabupaten Data Nyawiji Untuk Pelayanan Terintegrasi Masyarakat Pacitan( SIKAB TAJI PRIMA), didalamnya termuat LABKD online. Kemarin (04/11).
Kedepan melalui SIKAB TAJI PRIMA masyarakat yang notabene berada di wilayah yang jauh dari kota dapat mengakses layanan Adminduk, cukup dari kantor desa mereka masing-masing.
Tetapi sayang, bahwa aplikasi tersebut belum benar-benar dimanfaatkan dengan maksimal oleh beberapa desa. Sehingga hal ini tidak menguntungkan bagi masyarakat. “Dari 171 desa dan kelurahan, 65 persen sudah kooperatif memanfaatkan LABKD online,” lanjut Sutarman, (06/12).
Lebih lanjut, Sekretaris Daerah (Sekda) telah menghimbau pihak desa melalui Surat Edaran untuk memanfaatkan pelayanan Adminduk melalui LABKD online, untuk mewujudkan masyarakat sejahtera dan bahagia.
“Bupati juga telah memanggil para Camat supaya menyikapi hal itu,” pungkasnya. (BappedaPacitan/ kominfopacitan).

Soal Chikungunya dan DBD; Tunggu Hasil Lab

Keluh kesah warga langsung mendapat perhatian serius Dinas Kesehatan (Dinkes) Pacitan menyoal ramainya rumor tentang Chikungunya dan Demam Berdarah Dengue (DBD) di sejumlah wilayah Pacitan.

dr. TH Hendra Purwaka, Plt. Kepala Dinas Kesehatan, pihaknya mengaku tidak tinggal diam dengan informasi yang ada, bahkan upaya seperti Pemantauan Jentik (Jumantik), Penyelidikan Epidemiologi (PE), dan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) telah dilakukan serta monitoring tempat – tempat rawan nyamuk Aedes.

“Tenaga kesehatan kami selalu bersiaga 24 jam apabila ada gejala penyakit akan segera ditangani,” terangnya.

Selain menggalakan kampanye dirinya mengakui bahwa dasar dilakukan pengendalian, utamanya DBD dan Chikungunya adalah berdasarkan laporan kasus dari fasilitas pelayanan kesehatan yang kemudian ditindaklanjuti PE oleh Bidan dan Kader Desa. “Awal November lalu kami sudah melatih 18 angkatan Kader Jumantik dan sampai saat ini (05/11) pemantauan masih berjalan,” tambahnya.

Fogging tidak bisa dilakukan secara sembarangan dan hanya membunuh nyamuk dewasa. Sementara dengan PSN dan 3M Plus (Menguras, Menutup, Mengubur, Plus memakai Repellent) harus tetap dilakukan masyarakat agar mata rantai penularan kasus benar-benar terputus.

Selama ini kasus DBD aktif terlaporkan oleh fasilitas pelayanan kesehatan sejumlah 57 kasus di sepanjang tahun 2021. Sedangkan kasus Chikungunya memang jarang dilaporkan karena  biasanya masyarakat jarang berobat di fasilitas pelayanan kesehatan.

Dari hasil lapangan gejala Chikungunya memang banyak dirasakan oleh warga Sirnoboyo dan Arjowinangun dengan jumlah 51 dan 6 orang warga merasakan gejala tersebut. Tetapi belum ada hasil klinis yang menyatakan akibat gigitan nyamuk Aedes.

Bahkan hari Minggu (05/11) TNI dan POLRI bersama masyarakat telah menggalakan PSN serentak yang kemudian dilanjutkan fogging dari tim Dinkes. (DinkesPacitan/Diskominfo Pacitan).