Berita terbaru

Dishub selenggarakan seleksi Pelajar Pelopor Keselamatan Lalu Lintas Tingkat Kabupaten Tahun 2017

Pacitan-Dishub Kabupaten Pacitan, Selasa 25 Juli 2017 adakan kegiatan seleksi Pelajar Pelopor Keselamatan Lalu Lintas Tingkat Kabupaten. Kegiatan yang diselenggarakan diruang pertemuan Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan tersebut merupakan agenda rutin tahunan. Selain dihadiri oleh Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Pacitan, acara tersebut turut serta dihadiri oleh Kasatlntas Polres Pacitan, AKP Hendrik Kusuma Wardana serta perwakilan dari Kepala Cabang Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur Wilayah Kabupaten Pacitan.

Sebanyak 64 siswa-siswi perwakilan sekolah menengah atas ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Adapun dari 64 siswa-siswi tersebut nantinya akan diseleksi lagi menjadi 5 besar yang nantinya akan diambil juara 1 dan 2. Dalam seleksi tersebut terdapat 2 tahapan, yaitu tes tertulis dan wawancara. Sebelum diadakan tes tertulis, peserta dibekali materi oleh bapak Wasi Prayitno tentang aturan maupun tata cara berkendara yang benar.

Dalam keterangannya, Kadishub Pacitan tersebut mengatakan bahwa kegiatan seleksi Pelajar Pelopor Keselamatan Lalu Lintas tersebut sangat penting mengingat meskipun Pacitan ini arus lalulintasnya lengang dengan jumlah kendaraan yang belum begitu banyak serta jarang terjadi kemacetan. Yapi justru lalu lintas yang lengang itu ada potensi pengendara untuk melakukan atau memacu kendaraan dengan tidak terukur. Kegiatan ini perlu dilakukan guna menjadikan lalu lintas menjadi tertib, ujar beliau.

Dari 64 peserta, peserta yang masuk 5 besar berhak mengikuti proses selanjutnya yaitu tes wawancara. Adapun hasil dari seleksi tersebut, Fathdinar Arsy Prasetya keluar sebagai juara 1 dan Evariantie K sebagai juara 2 yang keduanya merupakan siswa-siswi SMA 1 Pacitan.

CJH Pacitan Didominasi Usia Lanjut

TAMU ALLAH: Tahun ini Kabupaten Pacitan memberangkatkan 173 Calon Jamaah Haji (CJH) ke Tanah Suci. Mereka akan tergabung di kloter 22 bersama CJH asal Ngawi dan Sidoarjo. Separuh lebih CJH Pacitan adalah lanjut usia. (Foto: pacitan.kemenag.go.id)

Pacitan – Separuh lebih Calon Jamaah Haji (CJH) Kabupaten Pacitan berada dalam usia lanjut. Kondisi ini memaksa para jamaah intensif menjaga kebugaran sebelum hingga pelaksanaan haji nantinya.

Kasi Haji dan Umroh Kantor Kementerian Agama Pacitan (Kemenag) Agus Hadi Prabowo mengatakan dari jumlah CJH Pacitan sebanyak 173 jamaah separuh lebih berusia 50 hingga 60 tahun. Namun demikian kondisi kesehatan para tamu Allah itu dalam kondisi terjaga meski beberapa diantaranya harus dalam pengawasan.

Menurut Agus, hal utama yang harus diperhatikan CJH usia lanjut adalah menjaga diri. Ini penting karena nantinya para jamaah akan merasakan suhu yang berbeda antara Indonesia dengan Arab Saudi. Dengan mengetahui tingkat kesehatan dan kebugaran mereka akan lebih bisa mengatur dalam menjalani ibadah di tanah suci.

“Pemeriksaan juga terus kita lakukan baik di tingkat puskesmas maupun rumah sakit dan diharapkan jamaah mengetahui secara mandiri tentang kondisi kesehatan masing-masing. Upaya perbaikan kesehatan sudah dilakukan sejak Maret yang lalu,” kata pria yang pernah manjabat komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU), Senin (24/7/2017) pagi di Program Spirit Pagi RSP.

Selain usia lanjut beberapa jamaah juga masuk dalam pengawasan. Diantaranya jamaah dengan sakit bawaan seperti, jantung, paru hingga jamaah dengan riwayat pasca struk. Satu lagi jamaah bahkan harus ada pendamping karena harus menjalani suntik insulin rutin.

Calon Jamaah Haji Pacitan tergabung dalam kloter 22 tergabung bersama dengan rombongan CJH dari Kabupaten Ngawi dan Sidoharjo. Berangkat tanggal 2 Agustus menuju asrama haji Sukolilo dan berangkat ke tanah suci sehari setelahnya.(RSP/riz/ps)

Tanamkan Kesiapsiagaan, MIN Sidoharjo Ajak Siswa Baru Ikut Simulasi Bencana

MITIGASI: Petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pacitan memberikan sosialisasi pengurangan risiko bencana di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Sidoharjo. Program ini rutin dilakukan dua kali setahun sebagai upaya membangun kesiapsiagaan. Di sekolah ini tiap siswa baru juga diajak mengikuti geladi lapang evakuasi gempa dan tsunami. (Foto Istimewa)[/caption]

Pacitan – Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Sidoharjo Pacitan memiliki terobosan unik memperkenalkan pengurangan risiko bencana bagi siswa baru. Sebelum mengikuti kegiatan belajar mengajar perdana, murid baru diwajibkan mengikuti pelatihan mitigasi bencana. Bukan sebatas teori, pihak sekolah juga mengajak mereka terlibat kegiatan geladi lapang evakuasi bencana gempa dan tsunami.

“Kami mengundang BPBD untuk memberikan sosialisasi. Yang kedua praktek simulasi evakuasi ke tempat yang lebih aman yaitu Kandang Sapi,” ujar Ramelan merujuk titik pegungsian di Bukit Jaten, 500 meter dari sekolah.

Sosialisasi pengurangan risiko bencana, lanjut Ramelan merupakan agenda rutin lembaga pendidikan di bawah naungan Kementerian Agama itu. Program penguatan kapasitas tersebut dilaksanakan sedikitnya 2 kali setahun. Program yang semula dilakukan atas prakarsa pihak sekolah akhirnya menyita perhatian Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Ini diwujudkan dengan peluncuran Program Sekolah Madrasah Aman Bencana (SMAB).

Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pacitan Tri Mudjiharto menyambut baik inovasi madrasah yang terletak tidak jauh dari Pantai Teleng tersebut. Posisi geografis sekolah yang berada di antara pemukiman dan dekat dengan lempeng Indo Australia menjadikannya rawan ancaman bencana. Pengenalan dini tentang ilmu mitigasi kebencanaan menjadi kata kunci membangun kesiapsiagaan, baik bagi siswa maupun warga sekitar madrasah.

Terkait wacana memasukkan materi kebencanaan dalam muatan lokal pendidikan, Tri Mujiharto mengaku sudah membahasnya dengan perangkat daerah yang membidangi. Tentu saja langkah itu memerlukan aturan hukum mengikat sehingga wajib diterapkan di semua sekolah. Dia berharap inovasi di MIN Sidoharjo dapat diikuti pula oleh sekolah-sekolah lain di Kabupaten Pacitan.

“Inovasi dari Pak Ramelan ini menjadikan suatu embrio yang diharapkan akan dilakukan oleh sekolah-sekolah lain. Nanyti tiap sekolahan minimal ada muatan khusus tentang penanganan bencana, disesuaikan kondisi wilayah masing-masing,” terang Tri Mudjiharto berbincang dengan Radio Suara Pacitan di Program Spirit Pagi, Kamis (20/7/2017) pagi.

Seperti diketahui, sebagian besar wilayah Pacitan merupakan gunung dan perbukitan. Kondisi ini menjadikan kota bergelar 1001 Gua rawan bencana longsor dan banjir. Potensi bencana lain adalah gempa dan tsunami. Ini karena posisi Pacitan yang berada di bibir Samudera Indonesia. (RSP/ps/ps)

Serius Perhatikan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, Pemkab Pacitan Kembangkan Sekolah Inklusi

MoU: Bupati Pacitan Indartato bersama Rektor universitas Negeri Surabaya (Unesa) Profesor Warsono usai penandatanganan nota kesepahaman kerjasama penanganan anak berkebutuhan khusus. (Foto: Humas Pemkab)[/caption]

Pacitan – Pemerintah Kabupaten Pacitan serius memperhatikan layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Ini karena sebagian besar dari mereka belum berkesempatan mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah inklusi. Tidak adanya sekolah yang menampung, kata Kepala Dinas Pendidikan, Marwan merupakan imbas alih kelola Sekolah Luar Biasa (SLB) ke pemerintah provinsi.

Data Dinas Pendidikan menyebutkan, jumlah anak usia belajar berkebutuhan khusus tingkat SD sebanyak 523 orang. Dari jumlah itu 284 sudah terlayani lembaga pendidikan reguler, dan 97 orang lainnya bersekolah di SLB. Sedangkan 142 anak belum mendapat layanan pendidikan memadai. Di tingkat SMP, dari 123 anak usia sekolah berkebutuhan khusus baru 64 orang mendapat akses pendidikan.

“Yang SD ini memang kita masih ada 142 anak yang belum terlayani. Makanya Pak Bupati begitu mendapat informasi ini langsung bergerak kaitannya untuk anak-anak berkebutuhan khusus untuk yang akan datang,” papar Marwan, Kepala Dinas Pendidikan saat menjadi nara sumber dialog Spirit Pagi RSP, Rabu (19/7/2017) pagi.

Guna mengentaskan persoalan tersebut, Pemerintah Kabupaten Pacitan baru saja menandatangani nota kesepahaman dengan Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Perguruan Tinggi di Kota Pahlawan itu akan memfasilitasi pendidikan dan pelatihan khusus bagi para guru dari Pacitan. Para pendidik tersebut nantinya diharapkan lebih siap memerankan diri sebagai guru inklusi.

“Itu nanti dalam waktu ke depan dari Unesa akan mendatangkan guru dari fakultasnya untuk mendidik guru-guru yang ada di Pacitan yang khusus untuk menangani inklusi. Sehingga ke depan mereka mendapatkan guru yang tepat,” tambah Marwan.

Seperti diketahui, penandatanganan Kerjasama Pemerintah Kabupaten Pacitan dengan Unesa dilaksanakan di Surabaya, Senin (17/7/2017) siang. Bupati Indartato hadir atas nama Pemerintah Kabupaten Pacitan. Sedangkan dari pihak Unesa diwakili langsung rektor, Profesor Warsono. (rsp/ps/ps)

Jelang Pilkades Serentak 2017, Dua Desa Terganjal Jumlah Calon

Putatmo Sukandar, Kepala Bagian Pemerintahan dan Perbatasan Pemerintah Kabupaten Pacitan. (Foto: Griya Aspirasi)

Pacitan – Jelang pelaksanaan pemilihan kepala desa (Pilkades) serentak Agustus mendatang kesiapan semakin dimantapkan. Hanya saja dari 18 desa yang akan menggelar hajatan demokrasi tersebut, masih ada dua desa yang calonnya masih belum terpenuhi.

“Kita masih menunggu hasil pengumuman tahap kedua untuk menjaring bakal calon yang akan mendaftar,” Ujar Putatmo Sukandar Kepala Bagian (Kabag) Pemerintahan dan Perbatasan Kabupaten Pacitan saat berbincang di Program Spirit Pagi RSP, Selasa (18/7/2017) pagi.

Menurut Iput, dua desa yang saat ini masih melakukan penjaringan bakal calon adalah Desa Piton Kecamatan Punung Serta Desa Poko Kecamatan Pringkuku. Khusus Desa Piton pada pembukaan pendaftaran tahap pertama belum ada bakal calon yang mendaftar. Sedangkan Desa Poko baru satu pendaftar.

Sesuai regulasi pemilihan kepala desa harus diikuti minimal 2 calon atau maksimal 5 calon. Seandainya hanya ada satu bakal calon maka pelaksanaan pilkades tidak dapat dilakukan. Jika hal itu terjadi maka panitia melaporkan kepada bupati dan menunggu hingga ada ketentuan lebih lanjut.

“Bagaimanapun kita berharap pelaksanaan pilkades serentak ini berjalan sesuai jadwal pentahapan tanpa ada kendala”, tandas mantan Kabag Humas dan Protokol ini.

Saat ini, terang Putatmo Sukandar, desa yang menggelar Pilkades sudah dapat mengajukan permohonan bantuan dana Pilkades. Penyerapan anggaran dapat dilakukan dengan mengajukan surat permohonan kepada bupati dan akan diteruskan melalui Badan Pengelolaaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD). Total alokasi bantuan anggaran pilkades untuk 18 desa sebanyak 376 juta rupiah.

Pilkades Serentak yang akan dilaksanakan tanggal 28 Agustus mendatang dikuti 18 desa. Antara lain: Desa Sukoharjo dan Desa Arjowinangun di Kecamatan Pacitan, Desa Bomo, Desa Mendolo Lor, Desa Kebonsari dan Desa Piton di Kecamatan Punung.

Selanjutnya Desa Dadapan, Desa Poko, Desa Pelem dan Desa Tamanasri kecamatan Pringkuku. Desa Sendang dan Desa Donorojo Kecamatan Donorojo. Desa Tumpuk kecamatan Bandar, Desa Tegalombo kecamatan Tegalombo, Desa Nogosari dan Desa Hadiwarno di kecamatan Ngadirojo, serta Desa Gasang kecamatan Tulakan dan Desa Kedungbendo kecamatan Arjosari. (riz/ps)

BESbswy