Dua ratus tahun lalu atau 1820 Masehi/ 1235 Hijriah, seorang santri Abdul Mannan Dipomenggolo dengan ketulusan menimba ilmu Islam, menjadi santri kinasih Kyai Hasan Besari Tegalsari, Ponorogo, belajar keilmuan Islam yang kuat dengan corak budaya Jawa.

Usai rampung dengan nyantrinya Tegalsari, lantas sesuai dengan rilis dari Pondok Tremas Abdul Mannan Dipomenggolo atau akrab dipanggil Mbah Mannan juga tercatat sebagai salah satu alumni pertama di Al Azhar Mesir pada 1850.

Hal inilah yang menyebabkan khasanah keilmuan Jawa berpusat, Kyai Haji Abdul Mannan Dipomenggolo mampu mengemban lentera keilmuan yang kini diwariskan kepada keturunan Pondok Tremas kepada Pacitan dan Indonesia hingga dua abad dan melewati enam generasi.

Dalam perjalannya, tidak ada satu prestasi berupa simbol atau piala yang lebih bisa dibanggakan, kecuali lahirnya tokoh-tokoh besar penerus Tremas dan santrinya yang tak terhitung jumlahnya. Menjadi ulama-ulama di berbagai wilayah Nusantara.

Kendati demikian, memasuki abad ketiga kejayaan Attarmasie (Pondok Tremas), kesadaran akan tantangan untuk terus melahirkan tokoh-tokoh besar untuk Islam dan Indonesia harus terus dilanjutkan. Sehingga peringatan Dua Abad Pondok Tremas nampak berbagai rangkaian kegiatan yang sarat akan nilai, ilmu doa dan dzikir. Termasuk Festival Media Pondok Jatim, Halaqah Fiqih Peradaban, Memecahkan Rekor Muri Shalawat Badar, Madang Geden atau Makan Bersama.

Acara lain termasuk Haul Akbar dan Launching Kitab (Miftahul Hannan Fii Thoriqoh Wal Haqiqah), Pertemuan Forum Wali Santri, Silaturahmi Keakraban, Malam Puncak Acara (28/12/2023) dan Kuliah Umum Santri Dan Mahasantri.

  1. Salah satu pengasuh Pondok Tremas Pacitan KH. Lukman Harist Dimyathi berharap mendekati pesta demokrasi, Indonesia mendapatkan pemimpin terbaik. “Indonesia yang sebentar lagi pemilu, semoga Allah Meridhoi dan memilih calon pemimpin kita,” kata Gus Lukman, kemarin (22/12/2023) yang juga turut mendoakan yang terbaik untuk Bangsa Palestina.

Momentum peringatan tersebut lanjut Gus Lukman, juga sebagai wadah umat Islam dalam menghadapi masa depan.

Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji (Mas Aji) yang berkesempatan hadir di salah satu rangkaian mengucap rasa syukur dan terima kasihnya, karena secara langsung dan tidak langsung berkontribusi terhadap Pacitan dan dan Indonesia, baik dari segi keilmuan dan yang lain.

“Terimakasih atas segala kiprahnya, semoga di abad ketiga Tremas semakin mengakar, mekar dan menyebar,” kata Bupati.

Sedang untuk pengamanan rangkaian Milad tentu melibatkan berbagai jajaran, selain TNI/Polri, Banser tentu berada di garis depan sejumlah 180 personil dan 40 personel Banser Husada dari Ponorogo, Madiun dan Magetan.

“Ada puluhan ribu peserta acara, dari santri, Mahasantri, Wali Santri dan undangan, tentu kami harus siaga penuh,” ujar Amrudin, Kepala Badan Siber Ansor Pacitan.

Bahkan pengamanan tersebut akan berlangsung hingga usai acara, komitmen besar Banser dalam berbagai momentum utamanya Milad dua abad Tremas selain sudah menjadi kewajibannya, adalah semata untuk bentuk mahabbah kepada ulama dan Agama Islam.

Suksesnya acara tersebut ada Ansor Pacitan yang turut hadir menjadi Petugas Madang Geden Kompi-I, Ketua PC GP Ansor Pacitan yang akhirnya mampu memecahkan Rekor Muri.

“Ada 60 Kader Ansor yang bertugas dalam acara Madang Geden, mereka bertugas menyajikan menu 2151 tampah sajian tiwul. Mereka juga bertugas untuk memastikan posisi sampai semua undangan mendapatkan hidangan,” pungkas Amrudin. (PemkabPacitan).

WhatsApp chat