Terimakasih Telah Mengharumkan Nama Pacitan

Dua atlit Asian Games berpose didepan kamera; dari kiri Veleg Dhany Ristan Krisnawan dan Novia Andriyanti usai menerima piagam dan uang pembinaan dari Bupati Indartato

Saat mengawali sambutanya Bupati Indartato memanjatkan rasa syukur dan bangga lantaran kabupaten pacitan memiliki dua talit Asian Games dan puluhan atlit juara kelas provinsi. Ia juga mengucapkan terimakasih atas segala perjuangan serta kerja keras yang dilakukan sehingga mereka mampu mengharumkan nama kabupaten pacitan dimata nasional dan dunia.

Dalam kesempatan itu bupati juga menyerahkan piagam dan uang pembinaan kepada masing-masing atlit dan para pelatih. “kami baru pada taraf memberi memotifasi belum bisa dikatakan pemberian bonus”. Kata Bupati dalam sambutanya.

Bupati juga meminta kepada seluruh atlit, pelatih dan para pengurus agar kedepan lebih fokus lagi dalam latihan, sehingga siap mengahadapi kejuaraan-kejuaran yang akan datang tujuanya dapat unggul menjadi juara akhirnya membawa nama baik keluarga dan pemerintah daerah. “Mari berbenah, jangan saling menyalahkan agar atlit pacitan lebih baik lagi”. Ucap Bupati Indartato member nasehat.

Kepala Dinas Pariwisata Kepemudaan Dan Olahraga Kabupaten Pacitan Endang Surjasri dalam kesempatan yang sama menjelaskan kepada Diskominfo bahwa pihaknya adalah wadah bagi seluruh atlit di kabupaten pacitan, Endang berharap dengan perhatian tersebut akan menjadi spirit dalam berlatih.  “Jangan pandang Mbak Novi dan Mas Veleg sekarang, namun lihatlah mereka sebelumnya, banagimana mereka berlatih begitu keras”. Tambah Endang.

Dalam kesempatan itu turut hadir Wabup Yudi Sumbogo, Kepala Dinas Pendidikan Daryono, Kepala Dinas Pariwisata Kepemudaan Dan Olahraga Endang Surjasri, Kepala Dinas Kominfo serta Ketua KONI Pacitan Sugiharyanto.

 (Budi/Anjar/Riyanto/DiskominfoPacitan).

Pacitan Usung Tiga Inovasi Layanan Inklusi ke JPIP Award

PANTAU: Peneliti Otonomi Award JPIP, M Aqib Ma’rufin melihat dari dekat kegiatan pemberdayaan mantan penyandang gangguan jiwa di Kecamatan Tulakan. (Foto: Ferdi)

Pacitan – Layanan masyarakat berbasis inklusi menjadi salah satu prioritas pembangunan di Kabupaten Pacitan. Dua jenis layanan dasar yang sudah menerapkan pola tersebut adalah bidang pendidikan dan kesehatan. Inovasi pemerintah daerah ini pun menyita perhatian Jawa Pos Intitute of Pro Otonomi (JPIP).

Di bidang pendidikan, PAUD Az-Zalfa terbukti telah melaksanakan pendidikan berbasis inklusi. Meski berstatus sekolah konvensional namun lembaga pendidikan di Jl Walanda Maramis itu juga menerima siswa berkebutuhan khusus. Mereka mendapat kesempatan belajar layaknya siswa lain.

Sedangkan di bidang kesehatan, ada dua puskesmas yang memiliki terobosan dalam melayani warga penderita gangguan jiwa. Keduanya adalah Puskesmas Donorojo dan Puskesmas Bubakan, Kecamatan Tulakan.

Di Puskesmas Donorojo, penanganan orang dengan gangguna jiwa difasilitasi melalui program Menangkap Dewa (menurunkan angka kekambuhan penderita jiwa). Program serupa di Puskesmas Bubakan dikemas dalam program Forji (forum jiwa). Adapun program inklusi di PAUD As-Zalfa populer dengan jargon ‘See a Person Not The Diffrences’.

“Kedatangan kami untuk melakukan verifikasi di lapangan terkait dengan program-program inovasi Pemkab Pacitan. Ini sekaligus melihat kesesuaian dengan isi proposal dan hasil presentasi,” kata peneliti JPIP M Aqib Ma’rufin saat kunjungan lapang di Tulakan, Rabu (5/9) siang.

Bupati Pacitan Indartato berharap, upaya peningkatan kualitas layanan publik di daerah yang dimpinnya terus ditingkatkan. Meksi diakui masih banyak kendala terutama keterbatasan kemampuan anggaran, namun kretivitas pemangku kepentingan di tingkat wilayah pantas diapresiasi.

“Saya kira kita semua mempunyai tujuan sama. Yaitu bagaimana mewujudkan masyarakat Pacitan yang sejahtera. Ini semua tidak mungkin terwujud tanpa kerjasama yang baik antarelemen yang ada,” tandasnya. (Ferdi/PS)

Bupati Tonton Gandhang di 72 Tahun Mengabdi

Bupati Indartato berkesempatan menyaksiakan Pagelaran Wayang Kulit dalam Rangka Puncak Kegiatan Hari Ulang Tahun SMP Negri 1 Pacitan Ke 72 Tahun. Didampingi Wabub Yudi Sumbogo dan Istri Ninik Setyorini Yudi Sumbogo yang sekaligus alumni, serta Staf Ahli Bidang Kepemerintahan Tri Mujiharto dan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan Daryono.

Diusung sebagai dalang Gandhang Gondo Waskito yang tidak lain adalah murid kelas tujuh sekolah itu membawakan judul Laire Wisang Geni (Lahirnya Wisang Geni), direncanakan berakhir sebelum pagi, atau biasa disebut wayang padet. Selain untuk mengenalkan kepada masyarakat tentang eksistensi gandang sebagai dalang kebanggan SMP 1 dan masyarakat pacitan juga sebagai langkah pemanasan gandang dalam mempersiapkan diri untuk mengikuti pemilihan dalang cilik Nasional di Jakarta mewakili Jawa Timur.

Dengan tema peringatan pendidikan karakter dalam 72 tahun mengabdi pemantapan pendidikan ramah anak sekolah tersebut berkomitmen untuk memebawa siswa didik siap menghadiapi berbagai tantangan zaman. Dan maju menjadi pelopor generasi penerus yang dapat diandalkan bagi bangsa dan agama. “Pendidikan karkter terbukti mampu menjadi penopang utama berkehidupan, komitmen kami para pendidik untuk menididik anak bangsa menjadi pemimpin bangsa yang unggul serta dapat diandalakan bagi masyarakat, nusa dan bangsa”. Ungkap Cahyo Herlambang Kepala SMP 1 Pacitan.

Rangkaian agenda dilaksanakan tiga hari berturut-turut, dari baksos berbentuk pengiriman air bersih ke desa yang terdampak kekeringan di 10 desa di kabupaten pacitan, pemabagian sembako ke keluarga sekolah yang membutuhkan, hingga lomba akademis dan non akademis. “Sekaligus sebagai sarana silaturohmi antar alumni yang tergabung dalam alumni smpzapa”. Tambah Cahyo.

Sebelum pagelaran wayang juga dilaksanakan kegiatan penyerahan Neon Box dari para Alumni 81 yang bertuliskan Alumni Smenzapa, Neon box tersebut dipasang di depan gedung utama sekolah dan penyerahan diterima langsung oleh kepala sekolah didampingi ketua komite dan seluruh guru.

(Budi/Anjar/Riyanto/DiskominfoPacitan)

Meski Kemampuan Terbatas, Daerah Tetap Perhatikan Korban Bencana Alam

Meski kemampuan daerah dalam menangani korban bencana alam penghujung tahun 2017 lalu terbatas, namun hal itu tidak menyurutkan perhatian kepada mereka. Sampai saat ini Pemerintah Kabupaten Pacitan secara bertahap masih terus memberikan bantuan. “Saya minta maaf kepada masyarakat. Karena sampai saat ini belum semua korban bencana alam tertangani dengan baik,” kata Bupati Indartato usai memberikan bantuan untuk korban bencana alam di Desa Sedeng, Pacitan, Kamis (6/9/2018).

Sebagai solusi dari keterbatasan itu, lanjut bupati, pihaknya telah mengusulkan bantuan serupa ke tingkat lebih atas. Yakni BPBD Jawa Timur dan BNPB di Jakarta. Selain itu pemkab juga memanfaatkan dana-dana corporate social responcibilty (CSR) untuk keperluan serupa. Saat ini masih ada sekitar 2.000 korban bencana alam yang masih membutuhkan uluran tangan dengan berbagai klasifikasi. Dimana sebanyak 400 diantaranya telah ditangani. “Saya berharap (usulan,Red) segera terealisasi. Karena kasihan, sudah hampir setahun belum tertangani,” harapnya.

Tak hanya menyerahkan bantuan, kedatangan bupati dan wakilnya ke lokasi hunian relokasi bertujuan untuk melihat secara langsung kondisi mereka. Apalagi kini cuaca juga mulai didominasi mendung dan masyarakat, khususnya yang terdampak, mengaku masih trauma.

(humaspacitan/diskominfopacitan).

Taati Aturan Bersama

Potensi terjadinya penyimpangan dalam pengelolaan bantuan keuangan di desa menjadi salah satu fokus perhatian Pemerintah Kabupaten Pacitan. Sebab bagi pengelolanya akan berdampak pada hukum. “Taati aturan bersama,” pesan Bupati Indartato dihadapan para kepala desa dan camat saat membuka Klinik Konsultasi Pengelolaan Bantuan Keuangan di Desa, Rabu (5/9/2018).

Hal itu disampaikan karena bupati menyadari bahwa potensi penyimpangan pengelolaan anggaran di desa cukup terbuka. Sehingga menajerialnya harus tepat dan taat pada aturan yang berlaku. Karenanya ia berharap agar kegiatan semacam itu tidak hanya dilakukan sekali saja dalam setahun. “Kalau bisa dua atau tiga kali setiap tahunnya. Agar para pengelola tahu dan paham. Sehingga terhindar dari konsekuensi hukum dikemudian hari. Karena kecenderungan korupsi selalu ada,” tandasnya.

Klinik Konsultasi Pengelolaan Bantuan Keuangan di Desa sendiri akan berlangsung mulai 5-7 September di enam wilayah kecamatan. Selain desa, pihak kecamatan juga terlibat. Tak hanya berkonsultasi tentang pengelolaan keuangan, para peserta juga dapat melaporkan jika muncul potensi penyimpangan.

Perwakilan Inspektorat Provinsi Jawa Timur I Nyoman Suwardika menyebut, potensi korupsi atas bantuan keuangan di desa tidak hanya melibatkan perangkat. Tetapi juga orang-orang diluar sistem pemerintahan. Salah satunya istri kepala desa, selain indikasi lainnya. Seperti penggelembungan honor perangkat, anggaran ATK, dan proyek fiktif. Dari catatannya, selama kurun 2016 sampai Agustus 2017 ratusan oknum perangkat desa terlibat korupsi di Indonesia dengan kerugian negara mencapai Rp 30 miliar. “Semua karena masyarakat tidak dilibatkan dalam proses perumusannya,” terang dia.

Dari tahun ke tahun alokasi dana desa dari pemerintah pusat terus meningkat. Jika diawal program nilainya baru diangka Rp 20 triliun, maka tahun ini menyentuh angka Rp 60 triliun. “Jika dikelola dengan baik akan berdampak positif bagi desa dan masyarakatnya,”pungkas Nyoman.

(humaspacitan/diskominfopacitan).

WhatsApp chat