Kuatkan Pedagang dan Pemda di PTUN, Saksi Ahli Tuturkan Jejak Agraria di Pacitan

Saksi Ahli Masyhud Ashari diambil sumpahnya dihadapan Hakim Ketua Liza Valianti

Sidang ke 20 lanjutan Sengketa Kepemilikan Pasar Tulakan di PTUN pada 09/05 kemarin kembali digelar dengan agenda Saksi Ahli. Pemerintah Daerah Kabupaten Pacitan sebagai penggugat intervensi mendatangkan Masyhud Ashari, SH.MKn Dosen sekaligus Ahli Hukum Agraria dan Administrasi Negara, Fakultas Hukum UII yogyakarta. Dalam sidang tersebut saksi ahli memaparkan sejarah agraria sebelum kemerdekaan atau jaman Hindia Belanda hingga paska kemerdekaan.

Tim Kuasa Hukum Pemda yang diwakili oleh Novia Wardhani mengatakan, menurut penuturan saksi ahli seluruh tanah milik Warga Negara Asing ataupun pribumi sudah didokumentasikan dengan baik sejak jaman Hindia Belanda (penjajahan). Sertifikat tanah itu jaman dulu namanya Meet Brief. “Pernyataan saksi ahli tersebut sinkron dengan bukti yang kita ajukan. Meet Brief tanah obyek sengketa awalnya atas nama Han Tiaw Bing kemudian dibeli oleh Caesar Baroon wakil dari NV Garam atau Djawatan Pergaraman,” tuturnya.

Ia melanjutkan penuturan menurut saksi ahli, bahwa setelah kemerdekaan ada penyerahan dokumen dari Belanda ke Pemerintahan Indonesia paska kemerdekaan RI yakni pada saat Konferensi Meja Bundar (KMB) tahun 1949, tidak terkecuali dokumen agraria. Pemutakhiran dokumen dengan menasionalisasikan semua aset milik WNA, baik yang bersifat pribadi ataupun jawatan. Tanah milik Jawatan Pergaraman tentu juga mengalami hal serupa, dinasionalisasikan. Berpegang pada UUD 1945 Pasal 33, UU No. 1 tahun 1958, kemudian Pemerintah Daerah Kabupaten Pacitan menggunakan tanah tersebut untuk membangun fasilitas umum berupa pasar.

Pihaknya juga menjelaskan bahwasanya Tanah Negara sebenarnya bisa disertifikatkan, tetapi ada prosedurnya. Pengajuan permohonan tersebut disampaikan ke Menteri Agraria kemudian Kanwil dan melalui kantor BPN. Sementara itu sertifikat J. Tasman prosesnya melalui leter C, tanah hak disebelahnya atas nama Radjiogoro. Jadi jika dilihat dari proses pengurusan Tanah Negara salah secara prosedur. Kalo dilihat dari proses penerbitan sertipikat yg berasal dari tanah hak, juga batal,karena di atas tanah hak tersebut, sudah terbit sertipikat baru atas nama orang lain.

Upaya hukum melalui PTUN dengan obyek Pembatalan Sertifikat dengan tergugat Kantor BPN dan tergugat Intervensi Bambang Trisno Widarto ini akan dilanjutkan Pemeriksaan Setempat atau PS oleh Majelis Hakim. Yakni Majelis Hakim akan datang langsung ke lokasi untuk melihat lokasi sengketa. “Kemarin Hakim merespon baik dengan apa yang dipaparkan saksi ahli, harapan kami adalah kepastian hukum tentang tanah tersebut. “Detailnya sertifikat dibatalkan karena itulah yang menjadi akar permasalahannya,” tandas Novia.

Dituturkan, bahwa Paguyuban Pedagang Pasar Tulakan sudah dibuat gemas, buktinya pada 30/04 lalu mereka mendatangi DPRD setempat. Dengan tuntutan, DPRD mengambil langkah tegas agar masalah ini segera ditangani cepat. Audensi tersebut diterima Prabowo Ketua Komisi III DPRD mengatakan akan merekomendasikan Bupati agar serius dan segera menuntaskan perkara ini. Selain itu Novia juga berpesan bahwa jika ada hal-hal mengenai pasar Tulakan namun diluar konteks pokok perkara permasalahan tersebut tidak perlu dibahas, misalnya retribusi dan lainnya, karena itu berbeda ranah nya.

(Budi/Anj/Riyanto/Diskominfo)

UMY Ngangsu Kaweruh Ke Pemerintah Pacitan

Wabup Yudi Sumbogo menyerahkan kenang-kenangan cindera mata kepada Dosen Pembimbing Lapangan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Pemerintah Kabupaten Pacitan menyambut gembira dan mendukung  atas inisiatif yang dilakukan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta atas kegiatannya bersih pantai dan bakti sosial dipantai Klayar, Desa Klayar, Kecamatan Donorojo, kalimat itu disampaikan Bupati Indartato diwakili oleh Wabup Yudi Sumbogo dalam sambutanya kepada 240 Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Politik dipendopo kemarin 08/05/2018.

Kegiatan yang digelar dihari yang sama tersebut dirangkaikan dengan kegiatan diskusi dengan Dinas Pariwisata, Lingkungan Hidup, Pendidikan dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah atau Bappeda. Eko Priyo Dosen Pembimbing Lapangan menjelaskan kunjunganya ke Kabupaten Pacitan yang utama adalah ngangsu kaweruh, mahasiswa dirasa perlu tahu secara langsung bagaimana Pemerintah bekerja. “setidaknya teman-teman mahasiswa memahami bagaimana memajukan pariwisata dan melakukan pembanguan disemua lini yang berkelanjutan”. Terang Eko.

Kabupaten Pacitan mempunyai garis pantai terbentang sepanjang 71 kilometer membentang dari ujung barat berbatasan dengan Kabupaten Wonogiri hingga Kabupaten Trenggalek diujung timur. Memerlukan banyak dukungan agar kekayaan alam berupa pantai tereksplorasi dengan baik dan maksimal dengan harapan masyarakat menjadi sejahtera. “kami mengapresiasi kegiatan mereka dalam mejaga dan melestarikan alam Pacitan, dan ini adalah media yang luar bisa bagi Pariwisata yang kita miliki”. Tambah Sumbogo menyampaikan seusai kegiatan.

(Budi/Anj/Riyanto/Diskominfo)

Jitupasna; Untuk Pacitan Dewasa Terhadap Bencana

 

Suasana kegiatan Jitupasna

Dari 166 desa dan 5 kelurahan yang berada di Kabupaten Pacitan mempunyai berbagai resiko bencana, baik banjir, tanah longsor, kebakaran hutan, tsunami, hingga kekeringan. Lebih dari 580 Ribu warga harus mendapat cukup wawasan terkait kebencanaan.

Hal itu mendorong Badan Penanggulangan Bencana Daerah atau BPBD Kabupaten Pacitan melakukan berbagai kegiatan sosialisasi, baik kepada Pemerintah terkait, relawan yang bergerak dikebencanaan maupun kepada masyarakat. Dengan tujuan agar kabupaten Pacitan lebih siap dalam menghadapi berbagai kemungkinan bencana. “karena sosialisasi merupakan salah satu  bentuk kegiatan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat dalam upaya pengurangan resiko bencana”. ungkap Windarto Kepala BPBD kepada peserta saat membuka Pelatihan Pengkajian kebutuhan Pasca bencana (Jitupasna), yang dilaksanakan di aula hotel srikandi 07/05/2018.

Menggandeng Pujiono Center, kegiatan itu dilaksanakan selama tiga hari berturut-terut, secara spesifik membahas fase-fase bencana, difase 3 dijelaskan bagaimana menyusun instrumen pasca bencana, implemntasi dilapangan, mengelola kerusakan, kerugian, ganguan akses dan fungsi. “Dipertemuan sebelumnya lebih pada aspek menejerialnya, bagaimana pemimpin memberikan komando kepada bawahan yang berada dilokasi bencana”. terang Darmo salah satu  pemateri dari Pujiono Center.

Banyak kesulitan yang dihadapi dalam menejemen kebencanaan, salah satunya yakni bagaimana memahamkan kepada masyarakat bahwa respon kebencanaan bukan semata pada saat bencana itu terjadi. Namun sebelum bencana, pada saat bencana serta pasca bencana atau rekonstruksi. “ini perlu kita garis bawahi, dan ini sesuai dengan ndang-undang No 24 Tahun 2007 Tentang penanggulangan Bencana”. tambah Darmo.

Hingga kini tidak ada yang dapat memprediksi kapan bencana terjadi, peralatan canggih pun hanya dapat memperkirakan. Windarto berharap dari kegiatan ini seluruh peserta mampu tanggap pada tupoksinya. sehingga mampu mengkaji bencana yang terjadi dan bisa melalukan perencanaan dikemudian hari. “jangan panik ketika terjadi bencana, karena panik dapat membuat otak tidak dapat berfikir logis”. Pesan Windarto.

(Anj/Budi/Riyanto/Diskominfo)

PENYERAHAN PENGHARGAAN LOMBA PERPUSTAKAAN TINGKAT DESA/KELURAHAN SE-KABUPATEN PACITAN

Hari ini (Rabu, 9 Mei 2018) bertempat di halaman Dinas Perpustakaan Daerah Kab. Pacitan telah diselenggarakan penyerahan lomba perpustakaan tingkat desa/kelurahan se-Kab. Pacitan. Penghargaan tersebut berupa tropi piala, piagam penghargaan dan sejumlah dana pembinaan perpustakaan. Lomba tersebut diselenggarakan pada awal bulan Mei 2018, yang telah diikuti oleh 166 Desa dan 5 Kelurahan (171 peserta) sesuai yang disampaikan oleh Bapak Tardi selaku Ketua Penyelenggara.
Warito, SH selaku Kepala Dinas Perpustakaan Daerah Kabupaten Pacitan dan Tardi, S. Sos, MM selaku Sekretaris Dinas Perpustakaan Daerah Kabupaten Pacitan menyampaikan bahwa lomba ini diadakan sebagai agenda tahunan yang bertujuan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan serta menumbuhkan budaya gemar membaca yang harus dimulai sejak dini, dan kita sebagai masyarakat juga mempunyai tanggung jawab dalam meningkatkan budaya membaca, serta berharap kepada Pemerintah agar anggaran untuk perpustakaan lebih dioptimalkan dalam hal pembinaan dan pengelolaan terhadap perpustakaan, seperti halnya dalam kelengkapan sarana dan prasarana misalnya arena permainan anak, taman baca, dan lain-lain.
Ada 3 komponen yang dinilai dalam lomba perpustakaan tingkat desa/kelurahan se-Kab. Pacitan, yakni :
1. Sarana dan Prasarana Perpustakaan
2. Administrasi Perpustakaan
3. Inovasi dan Kreativitas Perpustakaan
Berdasarkan dari penilaian di atas, Team Penilai Dinas Perpustakaan Kabupaten Pacitan telah memberikan keputusan Desa/Kelurahan mana saja yang berhak menyandang predikat Juara I, Juara II, dan Juara III.
Adapun susunan kejuaraan lomba Perpustakaan tingkat Desa/Kelurahan se-Kabupaten Pacitan adalah sebagai berikut :
1. Juara I diperoleh Desa Nanggungan Kecamatan Pacitan (Pustaka “ Karya Cendekia”), diwakili oleh Kades Mulyanto.
2. Juara II diperoleh Desa Bandar Kecamatan Bandar (Pustaka “Maju Lancar”), diwakili oleh Kades Syarifuddin.
3. Juara III diperoleh Desa Pagutan Kecamatan Arjosari (Pustaka “Asri”), diwakili oleh Kades Supriyono.
Dalam kesempatan ini, para pemenang juga menyampaikan harapannya masing-masing tentang perpustakaan di masa yang akan datang. Mulyanto selaku Kades dari Desa Nanggungan Kecamatan Pacitan berharap agar ke depannya perpustakaan di Desa Nanggungan lebih maju dengan lebih mengoptimalkan pengalokasian anggaran untuk perpustakaan terutama terkait tentang sarana dan prasarana. Syarifuddin selaku Kades dari Desa Bandar Kecamatan Bandar berharap agar perpustakaan nantinya lebih maju dan mampu untuk menarik masyarakat dalam menumbuhkan minat membaca dengan memperbanyak buku bacaan yang berkaitan dengan pertanian dan peternakan, mengingat Desa Bandar mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Dan terakhir, Supriyono selaku Kades dari Desa Pagutan Kecamatan Arjosari berharap agar perpustakaan ke depannya dalam menyediakan fasilitas anak semakin diperluas untuk memenuhi kebutuhan anak sehingga mampu meningkatkan daya tarik masyarakat terhadap perpustakaan.
Desa Nanggungan sebagai peraih Juara I tingkat Kabupaten Pacitan tahun 2018, mewakili Kabupaten Pacitan untuk mengikuti lomba perpustakaan ke tingkat Propinsi. Pada tanggal 7 Mei 2018 di Kantor Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Jawa Timur (Gedung Graha Pustaka Surabaya), pustaka “Karya Cendekia” melakukan presentasi sebagai salah satu kegiatan lomba perpustakaan tingkat Propinsi. Dalam perlombaan tersebut, Kabupaten Pacitan berhasil meraih nominasi 10 besar dari 38 Kabupaten/Kota se-Propinsi Jawa Timur.
Pada tanggal 12 Mei 2018 pekan ini, Dinas Perpustakaan Daerah dan Kearsipan Propinsi Jawa Timur akan melaksanakan kegiatan Visitasi ke pustaka “Karya Cendekia” Desa Nanggungan Kecamatan Pacitan.

(ryn/aap/iy/ Dinas Perpustakaan Daerah Kab. Pacitan)

Menuju Pendidikan Maju dan Berualitas

Kebudayaan yang maju adalah sarat pendidikan yang berkualitas. Selain itu Pendidikan harus menyiapkan tenaga teknokrat untuk mengikuti tantangan dunia global. Tetapi kini Pendidikan memiliki dua tantangan. Pertama tantangan internal, yakni tergerusnya akal budi dan mentalitas para peserta didik. Dan kedua tantangan eksternal, perubahan dunia yang serba cepat memaksa dunia Pendidikan harus selalu menyusuaikan diri. Disampaikan Bupati Indartato membacakan sambutan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan RI Prof. Muhadjir Effendy. Saat Upacara Dalam Rangka Memperingati Hari Pendidikan Nasional yang jatuh pada tanggal 02 Mei 2018. Dengan tema “Menguatkan Pendidikan dan Memajukan Kebudayaan”. Dilaksanakan dihalaman Pendopo Kab. Pacitan. Dihadiri seluruh Pejabat lingkup Kab. Pacitan, Guru, Sisiwa dan Siswi perwakilan kecamatan Pacitan. Pemerintah berharap semua ikut serta dalam menciptakan Pendidikan yang berkualitas.

Tim Diskominfo

WhatsApp chat