Bagaimana Jika Ada Satu Hari Berbahasa Jawa di Sekolah?

Alunan Panembromo berjudul Gugur Gunung dan Suwe Ora Jamu menghias prolog Lomba Geguritan sebagai semangat untuk para pengajar, khususnya guru Paud untuk terus mendidik generasi Pacitan di gerbang awal pendidikan mereka.
Dalam bentuk serupa dukungan semangat, undangan kembali disajikan Tari Mlilir oleh sekelompok guru lain, dalam gerakan itu tampak bagaimana penari mengajak para guru untuk semangat dalam mengajar putra-putri generasi Pacitan, meski banyak tantangan yang dihadapi, mulai cuaca, jarak dan lainya.
Geguritan senantiasa menghiasi Hajatan tiap tahunnya. Mereka merasa penting untuk beradu kemampuannya dalam berkisah dengan bahasa Jawa yang baik dan benar.
Diikuti oleh 12 kecamatan terpilih, menjadikan lomba ini memiliki gengsi yang tinggi di kalangannya, untuk sekedar menunjukkan diri bahwa mereka mempunyai kemampuan untuk membangun generasi Pacitan.
Situasi yang baik ini memaksa Indrata Nur Bayuaji (Mas Aji) Bupati Pacitan menggunakan bahasa Jawa dalam sambutanya. Ia menilai perlu rasanya instansi terkait yakni Dinas Pendidikan untuk menerapkan bahasa Jawa dalam beberapa momentum khusus.
“Anak-anak harus kita pahamkan bahasa Jawa, supaya jiwanya sebagai orang Jawa tidak hilang,” ujarnya, hari ini (21/02), yang mengaku masih mending jika melihat kota-kota besar yang mempunyai arus budaya yang lebih kuat dan masif merusak mental generasi muda.
Tetap membawa Budaya dalam jati diri dalam arus peradaban yang cepat dan dinamis memang tidaklah mudah, peran guru saja diakui masih kurang. Oleh sebabnya dirinya hingga kini kepada keluarganya Mas Aji terus menggunakan bahasa Jawa untuk berkomunikasi.
Kalimat senada disampaikan Bunda Paud Kabupaten Pacitan Efi Suraningsih, masih dalam kesempatan yang sama selanjutnya akan mencoba berbagai langkah komunikasi andaikan penerapan bahasa Jawa digunakan di sekolah pada hari khusus.
“Kita akan coba bicara dengan berbagai pihak untuk memasukkan kurikulum penggunaan bahasa Jawa sehari dalam seminggu,” ungkapnya yang mengaku ikut mempelajari berbagai tantangan dan kemungkinan yang akan muncul.
Pemberdayaan muatan lokal di sekolah memang menarik untuk menjadi pemikiran mendalam Dinas Pendidikan (Dindik) Pacitan, inovasi untuk menciptakan kurikulum yang berpihak pada Nguri Uri Budoyo Jowo tetap harus terus dicari masukan. “Secepatnya akan kita kaji, apakah perlu ada momen tertentu di sekolah seperti Hari Santun di sekolah. Tapi sebelumnya akan kita coba konsep dahulu,” ungkap Budiyanto, Kadindik Pacitan. (PemkabPacitan).