Tugu Parasamnya; Simbol Keberhasilan Peningkatan Kesejahteraan Rakyat.

Tugu Parasamya Purnakarya Nugraha akhirnya selesai dibangun, prasasti tepat berdiri di tengah Perempatan Penceng, salah satu pusat lalu lintas kota Pacitan. Banyak masyarakat banyak yang belum tahu apa itu Parasamya.

Kasi Tata Bangunan Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang Tonny Setyo Nugroho kepada Diskominfo Pacitan mengatakan, Tugu Parasamya merupakan satu simbol kerja pemerintah bersama masyarakat Kabupaten Pacitan yang telah berhasil menyelesaikan pekerjaan untuk kepentingan bersama. Diserahkan Presiden kepada Gubernur, Walikota ataupun Bupati.

Meski proses perencanaan pembangunan sempat mengalami berbagai pro dan kontra, namun bersama dengan berbagai tokoh termasuk budayawan akhirnya pembangunan tugu tersebut akhirnya disepakati.

Untuk proses pengerjaan lanjut Tonny menghabiskan waktu selama 3 bulan, dengan anggaran sebesar 478 juta Rupiah. Hal tersebut lantaran seluruh kualitas material menggunakan bahan terbaik. “Kita menggunakan pondasi dalam, kemudian ada beton. Serta kita finishing dengan marmer,” paparnya hari ini (18/12/19).

Secara umum pembangunan sudah selesai dikerjakan, namun tugu itu belum sepenuhnya dapat dinikmati khususnya di malam hari, lantaran lighting yang dipasang ternyata belum sesuai dengan konsep awal, “Terpaksa kita kembalikan. Karena Lighting kita khusus, jadi harus kita instal dengan baik untuk memberikan keindahan yang sempurna,” pungkas Tonny. (budi/anj/riyanto/wira/DiskominfoPacitan).

140 Milyar Proyek 2019; PUPR Pacitan Pastikan Rampung Akhir Desember.

Mendekati penghujung tahun 2019 Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Pacitan merilis proyek pembangunan fisik telah menyentuh angka 85 persen dari jumlah total 645 proyek yang dikerjakan.

Sekretaris PUPR Kabupaten Pacitan, Suparlan Kepada Diskominfo Pacitan di kantornya (19/11) mengatakan 15 persen yang tersisa dipastikan bakal rampung di akhir Desember mendatang. “Masih ada waktu untuk tepat waktu” ujar Dia yang mengaku tidak ada kendala berarti.

Proyek pada tahun ini lanjut Suparlan lebih diutamakan untuk peningkatan infrastruktur demi mendukung pariwisata di Kabupaten Pacitan. Misalnya pembangunan jalan menuju wisata Pantai Watukarung di Kecamatan Pringkuku yang masuk dalam jenis proyek lanjutan, dan proyek peningkatan infrastruktur untuk mendukung mobilitas para nelayan. “Banyak kegiatan kita yang bersifat lanjutan,” katanya.

Sementara untuk pembangunan Tugu Parasamya di perempatan Penceng yang kini terus di garap masuk dalam kategori proyek baru berskala kecil, dipastikan rampung bersama proyek lain.

Suparlan menegaskan bahwa semua proyek yang menghabiskan dana 140 Miliar tersebut adalah hadiah untuk seluruh masyarakat Kabupaten Pacitan. “Semoga Menjadi Kado Tahun Baru nanti,” tambah Suparlan.

Sedang demi mendukung seluruh pekerjaan besar tersebut PUPR tengah fokus untuk administrasi yang ternyata baru 65 persen, rampungnya pekerjaan yang dilakukan para penyedia jasa yang kesemua adalah putra daerah mesti dibarengi dengan rampungnya seluruh administrasi. (budi/anjar/riyanto/wira/DiskominfoPacitan).

Pastikan Bangun Tugu Parasamya di Perempatan Penceng

Tarik ulur pembangunan Monumen di Perempatan Penceng Pacitan bergejolak sejak 2012 silam, timbul dua persepsi di dalamnya, pertama usulan membangun ikonis khas Pacitan, dan kedua monumen prestasi seperti Adipura. “Dipastikan tugu Parasamya yang akan di bangun,” papar Kasi Tata bangunan Dinas PUPR Pacitan Toni Setyonugroho saat berbincang dengan Diskominfo Pacitan kemarin 04/04/19.

Pada kesempatan yang sama Suparlan, Sekretaris Dinas PUPR menerangkan pembangunan tersebut merupakan hasil diskusi yang telah dilaksanakan semua pihak. Rencananya tugu tersebut memiliki lebar 4 Meter dan tinggi 12 Meter. “Mungkin Bulan Agustus mulai pengerjaan dengan anggaran mencapai 500 Juta Rupiah,” tambah Dia.

Rencana tersebut menurut Joko Prasetyo yang setiap hari melewati Perempatan Penceng merasa lebih baik jika dibangun monumen ikon Pacitan yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat atau seni budaya yang dimiliki. Sedangkan untuk monumen Parasamya agar di bangun di tempat lain atau di pinggir perempatan tersebut. “Seperti Boyolali yang merubah Tugu Jam menjadi Monumen Susu Tumpah atau Ponorogo ada Patung Reog,” ungkapnya memberi masukan.

Sebelumnya anugerah Parasamya Purnakarya Nugraha merupakan apresiasi yang diberikan Pemerintah Pusat kepada Kabupaten, Kota atau Provinsi yang berhasil menyelesaikan pembangunan dengan baik dan sempurna untuk meningkatkan kesejahteraan selama 5 tahun terakhir.

Sementara itu Bupati Pacitan Indartato di tempat terpisah angkat bicara menyampaikan bahwa keputusan pembangunan Parasamya merupakan wujud apresiasi atas kerja keras seluruh komponen dan masyarakat.

Sedangkan ke depan Pemda Pacitan tidak hanya membangun tugu di Penceng saja, direncanakan usai tahun ini beberapa tugu juga akan dibangun di lokasi strategis lain. Hal tersebut mengingat ikon dan prestasi yang dimiliki Pacitan sangat banyak. “berbagai masukan tentu bagus, dan kami mengucapkan terima kasih telah turut serta terlibat dalam pembangunan Pacitan kita tercinta ini,” tutur Bupati. (budi/anjar/riyanto/wira/DiskominfoPacitan).

2019 Jalan Kondisi Mantap Menjadi Prioritas

Masyarakat dan wisatawan dipastikan akan menikmati jalan yang semakin baik, karena pada tahun ini, pemerintah melalui Dinas Pekerjaan Umum Dan Tata Ruang (PUPR) mematok anggaran hingga 51% atau sekitar 81 milyar untuk mewujudkan Jalan Kondisi Mantap.

Utamanya jalan penghubung destinasi wisata yang berada diwilayah kecamatan Donorojo dan Pringkuku, berupa peningkatan kapasitas dan struktur jalan sehingga seluruh tempat wisata ada interkoneksi dan menjadi paket wisata, “fokus kami juga pada rehabilitasi jalan dan jembatan kabupaten dan poros desa di wilayah lain,” papar Budiyanto Kepala PUPR 23/01/19.

Total anggaran yang diterima dari Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Alokasi Umum (DAU) dengan total 137 milyar tersebut juga dipusatkan untuk rehabilitasi pasca bencana tahun 2017 yakni pembangunan, pengelolaan dan konservasi sungai dan sumber daya air. “Berpusat pada rehabilitasi dan pemeliharaan bantalan dan tanggul sungai serta mengendalikan banjir pada daerah tangkapan air dan badan-badan sungai,” kata Dia.

Menanggapi keresahan masyarakat mengenai kondisi tanggul dan tebing sungai yang memang bukan kewenangan pemerintah daerah, maka pihaknya senantiasa membentuk koordinasi dan mendorong instansi terkait yakni Balai Besar Bengawan Solo untuk segera melakukan upaya supaya ditahun ini kondisi tersebut segera terurai, “untuk Dusun Wonoasri Desa Karangrejo akan dibangun pengendali sedimen. Juga dilaksanakan secara rutin penanganan tebing kritis yang berjumlah 22 titik untuk segera selesai tahun ini,” tambah Budi.

Sedangkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian bidang tata ruang pada tahun ini juga memperoleh perhatian, didalamnya mulai dengan melaksanakan sosialisasi Perundung Undangan dan penyusunan tentang tata ruang, hingga kegiatan pengawasan, pemanfaatan dan koordinasi tata ruang.

Budi menjelaskan rencana pembangunan yang terakhir di 2019 ini adalah program pelayanan administrasi perkantoran, program peningkatan sarana dan prasarana aparatur dan peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan. “Untuk Sekretariat tahun ini memperoleh anggaran yang kecil,” ungkap Budi.

Karena masih berada pada awal tahun pihaknya mengatakan bahwa masih berada pada proses persiapan, namun untuk proyek-proyek yang telah On Going terus didukung dan dipantau. “kami tetap berharap agar segala perencanaan ini dapat seluruhnya terealisasi, perencanaan tersebut sesuai RPJMD dan akan diupayakan selesai dengan jadwal yang ditentukan,” harap Dia. (budi/anjar/riyanto/DiskominfoPacitan).