Berita terbaru

Catatan Belanda; Patjitan 2 Kali Diterjang Tsunami

Bukan untuk memupuk ketakutan sehingga timbul phobia, isu gempa dan gelombang tsunami yang dimungkinkan terjadi karena adanya pertemuan dua lempeng besar Indo-Australia dan Eurasia di pesisir selatan pulau Jawa harus disikapi positif. Masyarakat harus mengenal situasi ini, sekaligus mengembalikan mindset bahwa realitas masyarakat Kabupaten Pacitan memang berdiri di atas tanah dengan segudang potensi bencana.Oleh sebab itu Tim Liputan Diskominfo Pacitan melalui berbagai laman resminya menyambut baik timbal balik pembaca yang meminta penajaman artikel yang berjudul, “Siapkah Jika Megathrust di Selatan Jawa Pecah Sewaktu-waktu” terbit pada (29/09). Sehingga kian kaya wawasan akan kebencanaan.Merujuk sejarah, Belanda diam-diam mencatat fakta bahwa Patjitan nama ejaan Pacitan saat itu sempat dihantam 2 kali gelombang besar. Kejadian pertama terjadi pada awal tahun 1840, gelombang pasang itu juga didahului dengan gempa bumi. Selanjutnya gempa yang disusul gelombang besar terjadi saat jelang magrib, pada 20 Oktober tahun 1859.Melihat fakta ini sebanyak 27 desa menjadi perhatian pemerintah melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pacitan, desa-desa tersebut berada di dataran rendah berhadapan dengan samudera Hindia. “Yang berada di dataran tinggi tentu menjadi pengecualian,” ungkap Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Pacitan Diannita Agustinawati (02/10).Dari ujung barat Kecamatan Donorojo desa-desa tersebut meliputi Desa Sendang, Kalak, Widoro. Kecamatan Pringkuku, Dadapan, Candi, Poko, Jelubang, Dersono dan Watukarung. Kecamatan Pacitan, Desa Sirnoboyo, Kembang, Sidoharjo, Ploso.Beralih ke timur kota mulai Kecamatan Kebonagung, Desa Worawari, Sidomulyo, Klesem, Katipugal, Plumbungan, Kalipelus, Karangnongko. Kecamatan Tulakan, Desa Jetak. Kecamatan Ngadirojo, Desa Sidomulyo, Hadiwarno. Dan Kecamatan Sudimoro, Semberejo, Pagerlor, Pagerkidul dan Sukorejo.Menurut perhitungan kasar, warga pesisir yang harus melakukan evakuasi mandiri mencapai 20 persen dari total populasi penduduk Pacitan, atau kira-kira 100 ribu orang. Sementara sebagian diantaranya adalah kelompok rentan yang perlu dibantu saat proses evakuasi saat kejadian. “Masyarakat harus peka melihat kanan kiri, disitu ada lansia, balita, disabilitas menjadi prioritas untuk ditolong,” kata Dian.Selebihnya jumlah kelompok rentan tersebut belum ditemukan jumlah pastinya, BPBD dalam waktu dekat akan berkomunikasi dengan Badan Pusat Statistik (BPS) Pacitan untuk memperoleh jumlah bulatnya dan memang harus terus di update karena faktor fluktuasi data.Prakiraan Institut Teknologi bandung (ITB) memperkirakan gempa dapat mencapai 9 skala richter, kemudian disusul gelombang tsunami yang mencapai 20 meter. Ini merupakan skenario terburuk, skenario ini dapat terjadi manakala pecahan tumbukan kedua lempeng mengakibatkan pecahan dari ujung barat pulau Jawa hingga Banyuwangi. “Merujuk para ahli inikan siklus,” lanjut Dian.Lalu seperti apa situasi tersebut jika dibanding dengan banjir siklon tropis 2017 silam, Dian memperkirakan kerusakan yang ditimbulkan tidak serata bencana 3 tahun lalu. Meski sekali lagi gempa dipastikan bisa dirasakan seluruh wilayah, hanya saja ketinggian tsunami cukup mengancam wilayah pesisir dataran rendah.Profesor Ron Harris yang sempat datang langsung ke Pacitan dalam penelitiannya tahun 2016 lalu, memperkirakan gelombang tsunami yang masuk ke daratan sejauh 2 sampai dengan 3 kilometer dari bibir pantai. Jika merujuk pada prakiraan tersebut pusat kota dan pemerintahan masih berstatus aman, lantaran jaraknya 5 kilometer dari pantai.Ini juga didukung Sabuk hijau atau green belt sebagai penahan kecepatan gelombang di sepanjang teluk Pacitan, saat ini kondisi kelebatan cukup baik. Bersyukur di Indonesia pemilik sabuk hijau terbaik adalah teluk Pacitan dan Banyuwangi.Masyarakat yang tinggal di bantaran sungai menjadi perhatian selanjutnya, sebab aliran sungai ibarat jalan tol bagi gelombang tsunami, beberapa wilayah yang berada di lokasi ini harus benar-benar memahami mitigasi secara mandiri meski jaraknya diatas 3 kilometer.Berbagai kesiapan terus dilakukan pemerintah, mengingat masyarakat saja tidak cukup untuk menghadapi skenario ini, dalam waktu dekat berbagai simulasi yang berhubungan dengan gempa dan tsunami terus dilakukan, walaupun tak ada yang menghendaki tsunami terjadi. “Masyarakat jangan panik, tetap tenang dan waspada,” harap Bupati Pacitan Indartato (30/09). (bd/anj/alazhiim/ryt/dzk/rch/tk/DiskominfoPacitan).

Warga Tulakan dan Kota Positif

Setelah penambahan 10 kasus baru di Kabupaten Pacitan, Tim Gugus Tugas Penanganan (TGTP) Covid-19 kembali merilis 2 tambahan baru pada (04/10).

Pasien pertama adalah warga Kecamatan Tulakan, seorang perempuan berusia 33 tahun. Pasien ini kedapatan mempunyai riwayat kontak erat pasien sebelumnya sebagai pelaku perjalanan.

Sedang pasien kedua juga seorang perempuan dari kecamatan kota berusia 35 tahun. Sama sebelumnya kasus kedua ini juga masuk sebagai cluster lain-lain.

Hingga saat ini TGTP telah merilis kasus keseluruhan sebanyak 127 pasien, sedang untuk kasus sembuh mencapai 99 orang. Jubir TGTP Rachmad Dwiyanto meminta masyarakat tetap patuh terhadap protokol kesehatan dengan 3M ” Memakai Masker, Mencuci tangan dan Menjaga jarak,” himbaunya.(Budi/dzk/rch/TK/DiskominfoPacitan).

Kasus Covid-19 Meletus

Kasus Covid-19 kembali meletus setelah sekian waktu menunjukkan penurunan yang signifikan. Data terbaru malam ini Tim Gugus Tugas Penanganan (TGTP) Covid-19 di Kabupaten Pacitan bertambah 10 kasus baru.

Dari keseluruhan mayoritas warga Kecamatan kota, pertama  laki-laki berusia 30 tahun, 23 tahun, 56 tahun, 54 tahun. Sedang perempuan 23 tahun dan 31 tahun. Total 6 kasus.

TGTP juga merilis 2 kasus warga luar kota yang berdomisili di kota Pacitan, diantaranya merupakan laki-laki warga Madiun berusia 50 tahun dan warga Trenggalek berusia 48 tahun.

Warga Kecamatan Kebonagung juga disampaikan terinfeksi virus Corona, yang bersangkutan merupakan seorang perempuan berusia 62 tahun. Sedang kasus terakhir merupakan warga Banyuwangi yang tinggal di Kecamatan Ngadirojo berusia 19 tahun.

Merujuk pada hasil Tracing, Kecuali kasus terakhir kesembilan kasus baru merupakan pelaku perjalanan baik langsung maupun tertular dari keluarganya yang baru pulang merantau.

Sementara Rachmad Dwiyanto Jubir TGTP Pacitan (03/10) mengatakan, pihaknya akan melakukan edukasi dan advokasi terhadap pasien, keluarga maupun lingkungan selain memaksimalkan 3T (Tracking, Testing, Treatment).

“Kami juga akan melakukan koordinasi lebih lanjut secara intensif dengan pihak-pihak terkait disamping kami segera mengevakuasi para pasien. Kepada seluruh warga kami berharap tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan,” pungkasnya. (budi/dzk/rch/tika/DiskominfoPacitan).

Update Covid-19; Masuk 2 Keluar 3

Jelang petang di akhir pekan Tim Gugus Tugas Penanganan (TGTP) Covid-19 mengkonfirmasi 2 kasus tambahan. Kasus pertama merupakan warga Kecamatan Tegalombo, sedang kasus kedua berasal dari timur kota Ngadirojo.

Pasien pertama diketahui memiliki kontak erat dengan pasien terdahulu, sedang pasien Ngadirojo mengaku usai melakukan perjalanan atau masuk dalam cluster lain-lain.

Meski demikian 3 pengurangan karena sembuh juga terjadi di hari ini (02/10). Mereka adalah warga Kecamatan Pacitan, Bandar dan Kecamatan Pringkuku. Lagi, masyarakat diharap kesadarannya untuk setia terhadap protokol kesehatan melalui 3M (Memakai masker, Mencuci tangan dan Menjaga jarak). (DiskominfoPacitan).

Kasus Covid Tambah 4 Kasus

Tim Gugus Tugas Penanganan (TGTP) Covid-19 Kabupaten Pacitan kembali merilis penambahan kasus baru sebanyak 4 orang per tanggal (02/10). Pasien tersebut kesemua berjenis kelain laki-laki dan tinggal di Kabupaten Pacitan.

Merujuk pada hasil tracing, empat pasien tersebut terpapar lantaran memiliki riwayat perjalanan atau masuk dalam cluster lain-lain. Dalam waktu dekat seluruh pasien akan dirawat di gedung Wisma Atlet bersama pasien lain.

Seluruh masyarakat di Kabupaten Pacitan diharap untuk tetap tertib menjalankan protokol kesehatan melalui metode 3M, yakni Memakai masker, Mencuci tangan dan Menjaga jarak. Termasuk menunda perjalanan dari luar kota jika tidak benar-benar terpaksa. (DiskominfoPacitan).