Bencana kekeringan setiap tahunnya menarik perhatian
berbagai pihak, begitu juga Komunitas Driver Pemda Pacitan ini, telah mengirim
setidaknya 6 tangki air bersih ke berbagai titik desa yang terdempak
kekeringan.
Seperti kemarin (06/10), mereka yang menamai dirinya Beton
(Betah Ora Nesu) Tersebut membantu warga kekeringan yang ada di Wilayah
Tulakan. Hal tersebut merupakan wujud rasa simpati anggota Beton pada
kekeringan ini.
“Setiap arisan sengaja memang kita sisihkan sedikit yang
kita punya, untuk saudara kita yang kesulitan,” kata Agung Sedayu Driver Dinas
Lingkungan Hidup melalui sambungan telepon. Selain terlibat pada masalah
kekeringan, Beton juga melibatkan diri ke berbagai kegiatan sosial lain,
seperti menjadi Driver untuk orang sakit yang akan dirujuk dan lain sebagainya.
(suyudi/budi/dzakir/wira/DiskominfoPacitan).
Sebentar lagi keterampilan siswa dan siswi SLB di Kabupaten
Pacitan bakal bertambah, berkat digelarnya Bimtek Keterampilan membatik yang
dilaksanakan di SLB YKK Pacitan selama empat hari 02-04/10 oleh Direktorat
Pembinaan Pendidikan Khusus kepada para guru SLB di Kabupaten Pacitan.
Bekal ini dinilai tepat diberikan pada para siswa dan siswi
SLB, mereka yang mempunyai hambatan tertentu dirasa memiliki bakat lebih pada
seni warisan asli Indoneisa ini karena memiliki konsentrasi tinggi pada setiap
langkah pengerjaan.
Keterampilan menjadi bekal bagi para siswa dan siswi,
sehingga mereka dapat mandiri seperti masyarakat yang lain. “Syukur-syukur
mereka dapat membuat usaha batik sendiri,” kata Totok Handoyo Kepala SLB YKK
Pacitan. (budi/riyanto/wira/DiskominfoPacitan)
Kopi, bicara biji yang satu ini hampir semua orang
mengidolakannya. Di Kabupaten Pacitan pelaku usaha kopi yang tergabung dalam
Paguyuban Kopi Pacitan (PKP) berinisiatif membuat satu gebrakan di Hari Kopi
Sedunia 1 Oktober kemarin.
Festival Kopi Pacitan (FKP), perwujutan niat demi
menciptakan satu ruang kopi yang lebih menjanjikan dan kompetitif, mengingat
semua jenis kopi dari Pacitan mempunyai kualitas dan karakter yang cukup
memiliki tempat di kancah Nasional dan dunia. “Kami berkumpul karena mempunyai
impian yang sama,” kata Muhammad Anshari ketua PKP 05/10.
Masyarakat menemui jawaban atas apa yang dilakukan PKP
selama 2 hari itu, tampak seluruh stan begitu padat dijejali pembeli, disisi
lain stan kopi gratis yang di siapkan panitia penuh sesak, ini cukup
membuktikan dukungan masyarakat tentang inovasi mereka. “Sungguh ini diluar
ekspektasi kita,” kata Ketua Pelaksana Robby Adhitama. Monique Maureen anggota
PKP mengungakapkan hal senada tentang gambaran Festival Kopi Pacitan tahun
depan, tentu stan akan lebih kaya kreativitas
yang bertujuan memuliakan masyarakat.
Jene Fia dan Riza Mahasiswa Pasca Sarjana dari salah satu
Universitas di Malang, sepekan ini melakukan penelitian kopi di Wilayah Bandar
dan Nawangan dan berkesempatan mampir di acara itu, kepada Diskominfo Pacitan
mereka mengatakan kopi tersaji mesti didukung dengan berbagai hal, salah
satunya adalah suasana, “Orang kota tidak segan-segan datang ke Pacitan untuk
menikmati kopinya dengan suasana yang mereka inginkan,” kata mereka memberi masukan.
Merasa layout FKP cukup membuat mereka betah berlama-lama menikmati kopi
Liberika yang mereka pesan.
FKP 2019 ini dibuka oleh Wabup Pacitan Yudi Sumbogo,
ditandai dengan meracik kopi bersama-sama di atas panggung dengan didampingi
oleh Sekda Pacitan Suko Wiyono dan sejumlah pejabat pemerintahan, hal tersebt
turut menjadi saksi FKP sebagai jembatan seluruh pelaku kopi Pacitan.
Orang nomor satu di kabupaten Pacitan Indartato
berkesempatan menutup acara tersebut kemarin (06/10), menilai kegiatan ini memiliki
potensi yang mengagumkan jika ditindaklanjuti dengan baik. Dari kacamatanya,
ini bisa mengangkat ekonomi seluruh pelaku kopi di Pacitan. “Jadi saya mohon
untuk Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) mengadvokasi kegiatan
ini,” kata Bupati. Harapan kopi Pacitan menjadi satu kebanggaan, lebih dicintai
dan berada di hati penikmat kopi, bukan hanya masyarakat Pacitan melainkan
untuk masyarakat diluar Pacitan dengan konsep matang yang menarik.
Menyikapi statment Bupati, Heru Sukrisno Kepala Disperindag
telah menyiapkan beberapa formula atas arahan tersebut, melalui Paguyuban yang
telah berjalan ini pihaknya kemudian akan melakukan pemetaan secara menyeluruh
dan mendetail. Disinggung masalah kampung kopi, pihaknya mengaku hal itu
mungkin saja terjadi. “Tapi sementara kami akan lebih fokus untuk melihat
potensi-potensi mereka,” pungkas Heru.
(budi/rozak/riyanto/wira/DiskominfoPacitan).
Seperti organisasi lain, Persaudaraan Muslimah (Salimah)
Kabupaten Pacitan juga merasa ingin berkontribusi dalam membangun Kota 1001 Goa
ini melalui berbagai hal, salah satunya adalah menggelar pelatihan
kepemimpinan, digelar kemarin di gedung Badan Kesejahteraan Masjid (BKM).
Bertema Satukan Langkah Kokoh kan Barisan Tebarkan Manfaat.
Dipercaya sebagai
Narasumber Yanti Robiyana Ketua Salimah Jawa Timur membagikan ilmunya tentang
ke Salimahan dan Pembuatan Proker yang bisa diaplikasikan di Kabupaten Pacitan.
Menurut Dian Anggarimurni Ketua Salimah Kabupaten Pacitan hal itu penting
adanya. “Supaya kita Profesional dalam berorganisasi,” kata Dia 05/10.
Akhirnya diharapkan
Salimah menjadi Agile Organization. Satu organisasi yang terhadap segala
situasi, memiliki strategi dan tata kelola Best Practise dalam rangka menuju
Next Practise. Melalui tiga tahapan, mulai literasi, inovasi dan disrupsi.
Sehingga Salimah lebih bermanfaat untuk masyarakat khususnya di Kabupaten
Pacitan. (istimewa/DiskominfoPacitan).
AJANG PROMOSI: Wakil Bupati Pacitan Yudi Sumbogo (tengah) menyimak penjelasan dari Wira Swastika (kiri) petugas Diskominfo terkait produk unggulan yang ditampilkan di stan pameran. Rachmad Soepriyono (kanan) pimpinan delegasi Pacitan pada JKF 2019. (Foto: R. Soepriyono/Diskominfo)
Pacitan – Ajang Jatim Kominfo Festival (JKF) 2019 berakhir Jumat (5/10/2019) di Magetan. Ajang kompetisi insan Komunikasi dan Informatika tersebut berlangsung selama empat hari. Bagi Kabupaten Pacitan kegiatan itu menjadi wahana promosi potensi unggulan daerah. Lebih dari itu, Kota 1001 Gua kembali menunjukkan prestasi dengan memboyong kejuaraan pada sejumlah kategori.
“Untuk Pertura (pertunjukan rakyat) kita menampilkan Wayang Combo dengan dalam Ki Fajar Arianto. Alhamdulillah mendapatkan predikat aktor terbaik,” terang Rachmad Soepriyono, Ketua Delegasi Diskominfo Pacitan, Sabtu (5/10/2019).
Melalui pementasan wayang kontemporer Ki Dalang Fajar menyampaikan pesan pentingnya menyaring informasi. Terlebih dengan maraknya penggunaan media sosial dewasa ini. Adegan awal menggambarkan seorang kepala desa menyampaikan slogan baru. Si kades merincinya dengan empat unsur. Yakni sehat, aman, pintar, dan iman. Kades yang beru terpilih itu lantas menyingkatnya dengan akronim SAPI.
Rupanya, informasi terkait slogan baru tersebut menyebar cepat. Hanya saja, masyarakat memaknainya dengan pemahaman beragam. Ini seperti dialami dua orang warga bernama Bokir dan Tamto. Mereka menganggap slogan tersebut merupakan program pembagian ternak sapi.
Berawal dari obrolan, lalu adu mulut, kedua orang itu akhirnya nyaris bertikai. Beruntung seorang pegiat KIM (Kelompok Informasi Masyarakat) Pena datang dan memberi penjelasan. Pementasan berakhir disambut gemuruh tepuk tangan penonton.
“Kami sengaja mengangkat pesan tentang waspada hoaks. Supaya kita semua lebih waspada dan tidak mudah percaya begitu saja terhadap kabar yang belum tentu kebenarannya,” kata Ki Dalang Fajar.
Dalam Lomba Cerdas Cermat Komunikatif (LCCK), Kabupaten Pacitan juga menunjukkan eksistensinya. KIM Pena, Desa Ngumbul, Kecamatan Tulakan tampil cukup memukau. Setelah melewati seleksi yang cukup ketat, KIM Pena berhasil meraih juara harapan I.
Rahmad Dwiyanto, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Pacitan menambahkan selama festival berlangsung delegasi Kabupaten Pacitan mengikuti seluruh kegiatan. Tak hanya perlombaan, tim juga aktif mengikuti beragam kegiatan peningkatan sumberdaya manusia. Mulai dari sarasehan, sosialisasi, blogging, hingga pameran produk unggulan.
“Ke depan tugas kita tidak ringan. Apalagi memasuki era revolusi industri 4.0. Keikutsertaan teman-teman di ajang JKF tentu sangat bermanfaat. Selain sebagai ajang mempromosikan potensi Pacitan, juga sekaligus ajang membekali diri dengan wawasan baru,” ucap Rahmad usai menghadiri penutupan JKF 2019 oleh Sekjen Kemenkominfo R. Niken Widyastuti.
JKF merupakan salah satu ajang kompetisi antarinsan kominfo se-Jatim sekaligus wahana peningkatan sumberdaya manusia menuju terwujudnya komunikasi yang bijak dan benar. Hal tersebut merupakan kunci utama kedamaian dan kerukunan masyarakat. Ini seperti tecermin dalam thema JKF 2019 “Komunikasi untuk Toleransi”. (PS/PS/Radio Suara Pacitan/Diskominfo)