Berita terbaru

Rehabilitasi lintas sektor untuk pemulihan pasca bencana

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Ir. Heru Wiwoho, M.Si

Paparan rehabilitasi lintas sektor yang disampaikan Heru Wiwoho Kepala Bappeda Kabupaten Pacitan, kemudian juga menyinggung tentang penanganan bencana. Banyak hal yang menjadi pertimbangan untuk memutuskan skala prioritas dan arah gerak percepatanpemulihan pasca bencana. Dalam hal ini Heru juga menjelaskan tentang point penting dalam penanganan bekelanjutan.

Beberapa hal diantaranya, kerangka regulasi yang didalamnya berisi tentang pendanaan yang diperoleh dari APBD, PNBP, PS, Dana hibah Pusat serta bantuan. Juga tentang kelembagaan atau koordinasi lintas sektor. Point selanjutnya adalah status bencana yakni penetapan status serta kepahaman masyarakat tentang hal tersebut. Disini diharapkan masyarakat akan memahami kapan waktu yang tepat evakuasi. Kemudian memahami prioritas tanggap bencana, titik mana yang menjadi penting untuk dinomor satukan. Dan beberapa hal lainnya.

Penanganan bencana selanjutnya adalah prioritas penanganan, yang harus dilakaukan hingga tuntas. Baik dalam hal evakuasi, penyaluran bantuan, serta rescovery pasca bencana. Kesinambungan yang harmonis inilah yang kemudian memunculkan point selanjutnya yakni peningkatan partisipasi masyarakat. “Seluruh sektor dan masyarakat harus bersama-sama dalam pecepatan pembangunan dan penanganan pasca bencana” tandas Heru menerangkan.

Pendidikan sadar bencana menjadi penanganan berkelanjutan yang pasti dilakukan untuk mempersiapkan masyarakat Pacitanyang sadar keselamatan dan bencana. Sehingga dalam hal ini Heru berpendapat bahwa pendidikan sadar bencana sangat penting untuk tentap diterapkan.

Muhamad Budi/Kominfo

Pasca bencana, Pacitan siap menjadi jujugan wisata.

 

Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga: Drs. Endang Sujasri, S.Sos

Bencana banjir yg melanda kabupaten pacitan menyebabkan kerusakan yang besar dibeberapa sektor. Kabar baiknya seluruh wisata dikabupaten Pacitan luput dari kerusakan, hal ini disampaikan Endang Sujasri kepala Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga. Ada bebrapa kerusakan kecil di watukarung dan pancer tetapi sudah dilakukan perbaikan.

Sektor pariwisata sebagai jantung kota Pacitan tidak mengalami kerusakan serius. Bahkan menurut endang kerusakan tersebut sudah dapat diatasi 2 minggu setelah bencana.

Penurunan pengunjung tudak dikarenakan objek wisata yg rusak dan tidak siap dikunjungi, melaikan menurut Endang jalan menuju objek wisata banyak yang terdampak. Hingga tidak bisa dilewati atau menggunakan sistem buka tutup.

 “1-2 minggu paska bencana bisa dikatakan kunjungan wisata kita tu zonk” ungkap Endang.

Kesigapan pemda pacitan dalam me-recovery dan perbaikan jalan menjadikan sektor pariwisata menjadi hidup. Hal ini terbukti dengan kunjungan wisata terus bergerak semakin membaik.

Endang menghimbau untuk semua elemen masyarakat mempromosikan kembali pacitan melalui berbabagai media. Dan juga membuka diri untuk dikunjungi wisatawan. ” Pacitan sudah siap dikunjungi. Pariwisata adalah Pacitan dan Pacitan adalah pariwisata, Ayo bangkit bersama untuk wisata pacitan” katanya tegas.

Notz/Kominfo

Pimpin Istighosah, Kakan Kemenag: Jadikan Pengujung Tahun Saat Introspeksi

KHUSYU: Perayaan tahun baru diwarnai kegiatan istighosah di Pendopo Kabupaten. Ini merupakan bentuk permohonan kepada Allah SWT agar Pacitan terhindar dari musibah. Doa bersama diikuti puluhan peserta dan dihadiri para tokoh serta jajaran pemerintahan. (Foto: Dodik Irawan)

Pacitan – Suara kalimah tayibah berkumandang dari aula Pendopo Kabupaten Pacitan, Jl JA Suprapto, Minggu (31/12/2017) malam. Luasnya ruangan tanpa dinding membuat alunan doa terdengar lirih. Syahdu dan khidmat. Sementara puluhan orang berpakaian muslim bergeming dalam simpuh. Mereka larut dalam munajat kepada Sang Khalik.

Gambaran itu adalah sisi lain renungan menyambut Tahun Baru 2018 di Kabupaten Pacitan. Momen pergantian tahun kali ini memang jauh dari kesan glamor. Ini menyusul musibah banjir dan longsor yang melanda Kota 1001 Gua lebih dari sebulan lalu. Pemkab pun mengimbau warga menggelar doa bersama di lingkungan masing-masing.

“Semoga Pacitan ke depan pemimpin dan rakyatnya dapat bersatu padu agar kita semua segera bangkit dalam rangka mewujudkan Kabupaten Pacitan yang sejahtera,” ucap Muhammad Nurul Huda, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pacitan sebelum memimpin doa bersama.

Dijelaskan, pengujung tahun adalah saat mawas diri atas tindakan kita selama setahun terakhir. Yang terpenting, lanjut penggiat baca Al Quran itu, adalah mengedepankan rasa syukur kepada Allah SWT. Bahkan, saat bencana melanda ungkapan syukur tak boleh berhenti. Sebab pada dasarnya musibah yang terjadi adalah anugerah. Hikmahnya, masyarakat akan semakin kuat dan bersatu.

Di sisi lain, terang Nurul Huda, pengujung tahun merupakan saat muhasabah (introspeksi diri) dengan meninggalkan sikap saling menyalahkan. Sebaliknya, semua pihak harus bahu-membahu dan bekerjasama membangun Pacitan menuju kondisi lebih baik. Terlebih pascabencana masih banyak pekerjaan rumah harus diselesaikan.

“Tidak saatnya merasa paling benar. Tapi sebaliknya sekarang saatnya kita duduk bersama, bergandeng tangan membangun Pacitan menuju kondisi lebih baik lagi,” ucapnya seraya mengajak puluhan hadirin bersatu dalam doa.

Hadir dalam kegiatan tersebut Bupati dan Wakil Bupati serta pengasuh beberapa pondok pesantren. Antara lain KH Burhanuddin HP dari Ponpes Al Fattah dan pengasuh Ponpes Al Istiqomah KH Ahmad Faqih Sudja’. Hadir pula tokoh lain seperti KH Abdullah Sadjad dan H Munir yang juga berkesempatan memimpin doa. Selain melibatkan anggota ormas Islam yang ada, istighosah juga diikuti karyawan/karyawati pemkab. (RSP/PS/PS)

Peduli Korban Bencana, Pak In Ajak Sambut Malam Tahun Baru Dengan Doa

BEREMPATI: Bupati Indartato saat mendatangi korban bencana beberapa waktu lalu. (Foto: Humas Pemkab)

Pacitan – Perayaan pergantian tahun di Pacitan dipastikan jauh dari ingar bingar kemeriahan. Pemkab setempat mengimbau semua bentuk pesta pora ditiadakan. Ini menyusul musibah banjir dan longsor yang melanda kawasan tersebut lebih dari sebulan lalu.

“Mari kita semua berempati kepada saudara-saudara kita yang tertimpa musibah,” tutur Bupati Indartato berbincang Minggu (31/12).

Diakui Pak In, bencana yang melanda menyisakan dampak cukup serius. Tak terkecuali sektor wisata yang merupakan andalan Kota 1001 Gua. Di sisi lain momen tahun baru seharusnya dapat dimanfaatkan untuk menggenjot kunjungan wisatawan.

Hanya saja, lanjut Indartato, saat ini pihaknya memilih pendekatan spiritual untuk merenungkan makna kedatangan tahun baru. Di saat istimewa ini pula dirinya mengajak warga lebih mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Imbauan melakukan doa bersama tersebut bahkan dilayangkan melalui surat resmi hingga tingkat desa.

“Sudah kita kirim (surat resmi) sampai Pak Camat dan Pak Kades. Di malam tahun baru saya juga tidak kemana-mana kecuali istighosah di pendopo,” papar bupati.

Sementara itu Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Endang Surjasri menjelaskan trauma wisatawan untuk datang ke Pacitan belum sepenuhnya hilang, namun dirinya yakin hal itu tak berlangsung lama. Mantan Kabag Humas ini pun memastikan obyek wisata yang ada aman dikunjungi.

Upaya memulihkan citra positif kepariwisataan pascabencana, lanjut Endang, gencar dilakukan melalui berbagai media. Seperti klip video, situs internet, media sosial, maupun blog. Bahkan Bupati Indartato tak segan datang sendiri ke sejumlah obyek wisata untuk meyakinkan berwisata ke Pacitan aman.

“Jadi nggak perlu ragu. Silakan datang ke Pacitan,” katanya. (PS/PS)

Ribuan Siswa Putus Sekolah dan Kurang Mampu Dapat Bantuan Pendidikan

Sebanyak 1.024 siswa putus sekolah dan tidak mampu di Kabupaten Pacitan mendapatkan bantuan dari pemerintah kabupaten. Bantuan yang berasal dari dana bantuan sosial APBD 2017 itu diserahkan Bupati Indartato di pendopo kabupaten, Rabu (27/12/2017). “Mudah-mudahan ditahun-tahun mendatang lebih banyak lagi anak yang kembali ke sekolah. Hal ini dapat terwujud jika ada kerja sama antara semua pemangku kepentingan bidang pendidikan di Kabupaten Pacitan,” katanya.

Selain sebagai salah satu cara untuk memajukan pendidikan, hal itu juga menjadi upaya agar pendidikan dapat diakses dengan mudah oleh seluruh masyarakat. Terutama dari keluarga kurang mampu. Bantuan pendidikan siswa kurang mampu program Grindulu Mapan yang diwujudkan melalui program gertak manis ditujukan untuk mengamankan upaya jangka panjang, memutus rantai kemiskinan. Sekaligus meningkatkan sumber daya manusia di Kabupaten Pacitan terus meningkat. Sehingga mampu bersaing di tingkat propinsi maupun nasional.

Sejak tahun 2012-106 alokasi anggaran Grindulu Mapan bidang pendidikan lebih dari Rp 0,5 miliar. Nilai itu bertambah pada tahun 2017 menjadi Rp 780.880.616.

Menurut bupati, selain bantuan biaya pendidikan, mulai tahun 2017 pihaknya juga berusaha mengembalikan anak putus sekolah agar kembali bersekolah. Tahun ini sendiri terjaring 64 anak. Ia lantas berpesan agar para siswa serius dalam menuntut ilmu. “Mungkin bantuan dari pemerintah daerah ini masih belum memenuhi semua kebutuhan sekolah adik-adik. Tapi yakinlah jika anak-anak punya tekad semangat dan selalu bersungguh-sungguh dalam belajar. maka kesuksesan akan bisa diraih,” harapnya.

Kepala Dinas Pendidikan Marwan menjelaskan, tujuan dari kegiatan tersebut adalah membantu meringankan biaya pendidikan dan membantu anak putus sekolah yang ingin kembali ke sekolah. Sasaran program bantuan pendidikan Siswa miskin gertak manis adalah siswa miskin berusia 6-21 tahun yang masih berstatus sebagai siswa SD/MI, SMP/MTS, dan SMA/SMK/MA. “Juga anak putus sekolah yang ingin kembali ke sekolah, serta memenuhi sekurang-kurangnya satu dari kriteria,” jelas dia.

Kriteria yang dimaksud adalah siswa telah terdaftar dalam Basis Data Terpadu (PBD) tahun 2015 yang dikeluarkan oleh Tim Percepatan Nasional Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), diprioritaskan yang berada pada desil 1. Penerima juga telah mendapatkan surat keterangan tidak mampu dari desa sesuai dengan peraturan bupati 36/2016 Tentang Kriteria Kemiskinan Di Kabupaten pacitan.

Besaran bantuan biaya pendidikan siswa program Gertak Manis bervariasi. Untuk jenjang SD/MI sebesar Rp. 450.000 per tahun, SMP/MTS Rp. 750.000, dan Jenjang SMA/SMK/MA Rp 1 juta. “Bantuan untuk kembali ke sekolah Rp 1 juta untuk semua jenjang. Bantuan ini hanya diberikan satu kali pada saat pertama masuk kembali ke sekolah. Selanjutnya akan diberikan bantuan biaya pendidikan sesuai dengan jenjang pendidikannya,” tandas Marwan. (arif/nasrul/tarmuji taher/danang/humaspacitan).