Bukit Platar, Switzerlandnya Pacitan

Setelah beberapa kali menikmati keindahan alam pegunungan, untuk pertama kalinya agenda ngecamp dalam rangka ngantor di kecamatan, Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji dan rombongan mendekat pantai. Pilihan kali ini adalah bukit Platar yang berada di Desa Hadiwarno Kecamatan Ngadirojo.

Berada persis di bibir pantai, bukit landai ini menyuguhkan pesona yang memanjakan mata. Hamparan padang rumput nan hijau berpadu indah dengan birunya laut selatan. Tidak hanya siang hari, keindahan bukit Platar juga semakin memesona saat malam. Dari ketinggian bukit kita dimanjakan dengan pemandangan kerlap kerlip lampu di sepanjang pantai. Bagaikan tebaran kunang-kunang raksasa. Lampu-lampu yang berpijar tersebut adalah penerangan rumpon nelayan setempat.

Untuk mencapai titik lokasi kita akan menempuh perjalanan kurang lebih 2 km dari jalur utama Pacitan-Trenggalek. Perjalanan masih bisa menggunakan kendaraan roda empat sebelum akhirnya harus berjalan kaki menyusuri jalan setapak perbukitan. Rasa lelah dan penat tersebut akhirnya terbayar kala bukit Platar mulai terlihat. Ini bukan Switzerland, ini adalah Pacitan. Kabupaten dengan seribu keindahan, berjuluk Paradise Of Java. (prokopim pacitan / Pemkab Pacitan)

Uji Adrenalin Mas Aji Terbang Tandem Paralayang

Torehan prestasi atlet paralayang Pacitan yang sukses meraih Medali Emas pada Kejuaraan Paralayang (Paragliding Championship/TROI seri 1-2021) di Sumedang Jabar (3-5/09) lalu mengusik jiwa petualang Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji. Sebagai bupati dengan jiwa muda, Mas Aji biasa disapa, tertantang untuk mencoba olah raga dirgantara tersebut.
Senin (06/09) sore, orang nomor satu di Pacitan itu sengaja menguji adrenalinnya dengan mencoba terbang tandem menggunakan paralayang. Lepas landas dari bukit Sentono Gentong Mas Aji sukses mengudara bersama atlet senior paralayang asal Bali yang kebetulan singgah di Pacitan setelah mengikuti kejuaraan di Sumedang kemarin.
Sebelum terbang paralayang Mas Aji mengatakan, Kabupaten Pacitan sangat beruntung memiliki kawasan untuk olahraga dirgantara. Karena, tidak semua daerah memilikinya. Untuk itu Bupati berharap potensi tersebut dapat dimanfaatkan sebaik baiknya untuk berlatih dan mengukir prestasi.
“Saya berharap kedepan dari yang sudah ada ini partisipasi terus berkembang dan menjuarai lagi, dan yang kemarin sangat luar biasa karena berhasil mendapat emas,” kata Bupati.
Sebagai wujud kesungguhan, Mas Aji mewacanakan kedepan ada kerjasama dengan pangkalan TNI AU Iswahjudi untuk lebih bisa mengembangkan olahraga ini. Selain Sentono Gentong lokasi lain yang layak untuk take off olahraga paralayang adalah Buyutan di Kecamatan Donorojo serta Soge di Kecamatan Ngadirojo.
“Kalau yang sudah dibuka baru Sentono Gentong dan Buyutan sedang Soge masih dalam penjajakan namun sangat potensial,” Kata Rina Susianti Wakil Ketua Paralayang Pacitan.
Menurut Rina, selain memenuhi unsur layak, lokasi take off paralayang Pacitan juga memiliki keindahan. Bukit Sentono Gentong misalnya, merupakan obyek wisata yang menyajikan keindahan kota Pacitan dari ketinggian. Atau, Buyutan dan Soge dengan landscape pantai nan indah.
Perempuan yang juga aktif di kepanduan itu menyatakan, medio April hingga awal Oktober adalah saat yang bagus untuk olah raga paralayang karena cuaca dan angin sangat mendukung. (Humas Pacitan/ Pemkab Pacitan)

Bentang Alam Pacitan Masih Banyak Yang Belum Tereksplorasi

Inilah panorama bentang alam yang indah dimaksud, terhampar lanskap Kabupaten Ponorogo menjadi satu keindahan tersendiri, apa lagi menurut Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji di sela kankernya di Kecamatan Bandar (24/05), sunrise adalah waktu terbaik untuk menikmati karya Tuhan yang dimiliki Kabupaten Pacitan ini. Watu Dukun, Desa Tumpuk, Bandar. (DiskominfoPacitan).

Yang Penting Pertahankan Roda Perekonomian

Cuti bersama Natal dan Tahun Baru akhirnya berlalu sekaligus tidak mampu menutup target Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pariwisata 2020. Kepala Disparpora Pacitan, T. Andi Faliandra mengaku target Rp. 7,4 Miliar yang diharapkan harus puas di Rp. 5,2 Miliar.

Meski sebenarnya PAD tersebut telah disesuaikan dengan keadaan pandemi, karena ternyata sebelumnya RPJMD Kabupaten Pacitan pada tahun 2020 mengharap kepariwisataan mengantongi Rp. 21 Miliar.

“Semua memahami kondisi ini, baik Dewan maupun Bapak Bupati. Karena mereka beberapa kali melihat langsung kondisi di lapangan,” kata dia kepada Diskominfo Pacitan (06/01).

Jika ditelaah lebih dalam masalahnya berada pada Bus Pariwisata yang memang tidak diperkenankan masuk, mengingat armada dengan penumpang puluhan orang tersebut memicu kerumunan. “Kalau mobil kan paling 2 sampai 4 orang saja,” ungkapannya.

Sementara komitmen Disparpora terhadap protokol kesesatan memang berdiri kokoh setegak-tegaknya, mengingat trust yang disematkan terhadapnya hancur begitu saja. Apalagi beberapa kabupaten dan kota pernah lahir cluster baru yang justru menimbulkan masalah yang lebih runyam.

Lebih terperinci, konsep yang ditawarkan Disparpora Pacitan adalah bagaimana roda perekonomian di obyek pariwisata tetap berjalan. Masyarakat dan pengusaha tetap mempertahankan usahanya sehingga lini pariwisata tetap bertahan meski masih berada pada masa sulit. (budi/ryt/dzk/rch/tk/DiskominfoPacitan).

Tahun Baru; Disparpora Pacitan Siap Terima Wisatawan

Destinasi wisata di Kabupaten Pacitan dipastikan tetap buka di momentum tahun libur baru 2021.Dengan berbagai standar protokol kesehatan yang ketat, sejumlah destinasi diharap tetap menjadi pilihan, apalagi target PAD 7,4 Miliar saat ini baru dikantongi 5,2 Miliar.”Kami mengutamakan keselamatan, lalu kesehatan. Seluruh tim, kami terjunkan selama momentum libur. Jadi kita sendiri yang tidak libur,” kata T. Andi Faliandra, kepala Disparpora (31/12).Tetapi dengan terbukanya Disparpora Pacitan terhadap kepariwisataan di Kabupaten Pacitan lantas tidak membuat mereka lengah, disiplin terus ditingkatkan supaya benar-benar tidak lahir klaster baru yang justru merugikan pemerintah dan masyarakat, termasuk semakin mendisiplinkan mereka para pelaku homestay, restoran maupun hotel.Pelaku wisata harus tetap santun terhadap tamu yang hadir sebagai cerminan tuan rumah yang baik, namun syarat surat negatif rapid yang menjadi standar wisatawan yang akan menginap cukup membuat mereka menunda berpariwisata ke Pacitan. (DiskominfoPacitan).