Masih dalam semangat Hari Pendidikan Nasional yang jatuh
kemarin 02/05, hari Pemerintah Melalui Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan pagi
tadi 03/05/19 menggelar jalan sehat bersama ribuan siswa siswi di Pacitan di
Tribin Alun-alun. berbagai hadiah dibagikan untuk menyemarakan kegaiatan itu,
mulai laptop, sepeda dan perlengkapan sekolah. (DiskominfoPacitan)
Para anggota dewan kehormatan dan pengurus Palang Merah
Indonesia (PMI) Kabupaten Pacitan masa bakti 2019-2024 dikukuhkan oleh Ketua
PMI Jawa Timur, Imam Utomo di pendapa kabupaten, Kamis (2/5/2019). Sekretaris
Daerah, Suko Wiyono dipercaya kembali memimpin organisasi kemanusiaan itu lima
tahun kedepan.
Pada sambutannya Imam Utomo menekankan pentingnya koordinasi
dan kerjasama lintas sektoral bagi PMI. Salah satunya dengan Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Caranya dengan giat melaksanakan sosialisasi
terkait pencegahan dan pengurangan resiko bencana alam, khususnya di Kabupaten
Pacitan.
Tidak itu saja. Mantan Gubernur Jatim tahun 1998-2003
menegaskan peran PMI sebagai organisasi berbasis kemanusiaan. Sehingga ketika
bencana alam datang melanda, dalam waktu 1×24 jam mereka harus dapat mendirikan
posko dilokasi terdampak. “Karena pasti ada warga yang membutuhkan pertolongan.
PMI juga punya relawan untuk diperbantukan kepada masyarakat,” katanya.
Bupati Indartato yang hadir pada pelantikan itu mengaktualkan
kembali peran PMI. Khususnya saat Pacitan dilanda bencana alam hebat
dipenghujung 2017 lalu. Bersama pemkab, mereka bahu membahu berupaya
meringankan beban penderitaan masyarakat yang terdampak bencana alam tersebut.
Sementara, Ketua PMI Pacitan terpilih Suko Wiyono
mengingatkan kepada para anggotanya, bahwa tugas organisasi dalam membantu
pemerintah tidak menjadi lebih mudah ditahun-tahun mendatang. Ada banyak hal
harus dilakukan sebagai bagian tugas utama. Diantaranya penanggulangan bencana
alam, pencarian dan pertolongan, pemberian bantuan, pembinaan relawan, dan lain
sebagainya. “Kita perlu dukungan lintas sektoral. Seperti BPBD, Dinas Sosial,
maupun Dinas Kesehatan. Juga dukungan dari PMI dikecamatan-kecamatan. Agar
program kerja dapat berjalan maksimal,” tandasnya.
(humaspacitan/DiskominfoPacitan)
Sesuai pasal 13 UU 20/2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional salah satu tujuan pendidikan nasional adalah
membentuk warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Hal itu
disampaikan Bupati Pacitan Indartato saat membacakan sambutan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy pada peringatan Hari Pendidikan
Nasional di halaman pendapa, Kamis (2/5/2019). “Tujuan pendidikan nasional
adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab,” katanya.
Pembentukan sikap demokratis
tidak lepas dari berlangsungnya hajatan nasional lima tahunan, yakni pemilihan
umum. Kini prosesnya masih berlanjut menuju penentuan akhir tanggal 22 mei
2019. Dilihat dari sudut pandang pendidikan, didalamnya harus terjadi proses
pembelajaran bagi setiap warga negara.
Dalam rangka menerjemahkan
kebijakan tersebut di sektor pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud) telah memberi perhatian khusus untuk pendidikan di wilayah
terluar, terdepan, dan tertinggal. “Bahkan, Kemendikbud memberi perhatian
khusus pada pendidikan anak-anak Indonesia yang berada di luar batas negara,
seperti anak-anak keturunan Indonesia yang berada di Sabah dan Serawak, negara
bagian Malaysia,” tutur dia.
Setelah upacara, Bupati Pacitan
menyempatkan diri berkunjung ke SDN Sumberharjo dan SLB YKK Pacitan.
(Humas/DiskominfoPacitan).
Selain terkenal dengan wisata
pantai, alam dan sungai, Kabupaten Pacitan juga terkenal akan berbagai jenis
Goa yang akhirnya menjadi ikon “Kota 1001 Goa”, termasuk Goa Tabuhan. Destinasi
ini berupa Goa horizontal yang memiliki keunikan pada batu yang dapat berbunyi
seperti gamelan saat dipukul dengan tabuh. Goa tersebut berada di Desa Wareng,
Kecamatan Punung 30 kilometer dari pusat kota.
Konon Goa ini tempat pertapa
Pangeran Diponegoro atau bernama kecil Sentot Alibasya Prawiradirejo sehingga
dulu masyarakat sekitar menyebutnya Gua Tapan. Dan ternyata Gua Tabuhan sudah
menjadi rujukan wisata sejak tahun 1928. “kemunculan Gua Tabuhan secara
langsung meningkatkan ekonomi masyarakat,” ungkap Purwo Widodo Kades setempat
dirumahnya kemarin 01/05/19.
Banyak cara dilakukan pemerintah
dan warga setempat untuk mendongkrak wisatawan supaya berkunjung, salah satunya
adalah dibukannya Museum Geopark Song Terus yang tidak jauh dari goa. Termasuk
membangun akses menuju lokasi sehingga perjalanan terasa nyaman.
Wisatawan yang datang tidak hanya
wisatawan lokal saja, pada waktu tertentu banyak dijumpai wisatawan mancanegara
yang ingin melihat langsung keindahan goa dan mendengarkan langsung
tabuhan-tabuhan yang menjadi gending yang merdu didengar. “Kami akan memberikan
pelayanan terbaik kepada siapapun yang berwisata kesini,” tambah Purwo.
(aditya/pkl/DiskominfoPacitan)
Bertepatan dengan Kegiatan 3rd ASIA INTERNATIONAL MULTIDISCIPLINARY CONFERENCE (AIMC 2019) pada Rabu dan Kamis (1-2/5) di UTM Johor Bahru Malaysia dimanfaatkan dengan baik oleh dua warga Pacitan, yakni Bakti dan Agoes yang juga pengajar di STKIP PGRI Pacitan untuk ikut berperan serta memperkenalkan sisi positif yang dimiliki oleh Kabupaten Pacitan. Dua orang tersebut memperkenalkan berbagai objek wisata kabupaten Pacitan yang meliputi wisata pantai, goa, dan wisata alam lainnya.
Selain itu, juga dikenalkan seni Kethek Ogleng yang merupakan seni asli Pacitan karya Mbah Sutiman warga desa Tokawi Kec. Nawangan. “Pertama-tama saya ucapkan terima kasih pada Pemkab Pacitan, Kemendikbud, Kemenristek, dan juga STKIP PGRI Pacitan sehingga kita dapat menghadiri forum ini. Kita memperkenalkan berbagai objek wisata Pacitan di forum ini agar masyarakat internasional mengenal kita.
Selain itu, untuk Kethek Ogleng juga agar bisa lestari serta semakin dikenal dimanapun sehingga Pacitan punya citra yang bagus sebagai kota tujuan wisata”, ujar Agoes.
Forum AIMC 2019 diikuti oleh seribu lebih peserta dari berbagai negara yang meliputi Pakistan, Nigeria, Australia, Singapura, Thailand, Philipina, Indonesia, Zanzibar, China, Taiwan, Malaysia, Irak, dan lain-lain. Oleh karena itu forum tersebut sangat strategis untuk memperkenalkan dimensi sosial-budaya yang dimiliki oleh Kabupaten Pacitan.
(Jw/yanto)