
Sat-Set; Tingkatkan Kinerja, Pendapatan Bertambah

Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji mengajak seluruh komponen bersatu membangunan Pacitan. Pernyataan itu ia sampaikan bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan 10 November.
Bersama Dewan Harian Cabang Badan Pembudayaan Kejuangan (DHC BPK) 45, orang nomor satu di Pemkab Pacitan itu menancapkan bambu runcing bendera merah putih kepada eksponen pejuang 45 yang tidak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Bunga Bangsa.
Penancapan bambu runcing bertanda bendera merah putih dipimpin langsung Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji di pemakaman umum Dusun Margorejo Desa Punung Kecamatan Punung, Selasa (09/10).
Disebuah makam yang terawat rapi, terbaring Soimin Sokipo salah satu putra bangsa pejuang kemerdekaan. Meninggal tahun 2018, almarhum tercatat sebagi veteran pejuang kemerdekaan dengan tanda penghargaan gelar kehormatan veteran Pejuang kemerdekaan Republik Indonesia.
Dalam sambutanya bupati Indrata Nur Bayuaji mengatakan, penancapan bambu runcing bendera merah putih ini adalah wujud penghormatan atas jasa para pejuang yang telah mengorbankan segenap jiwa raga untuk kemerdekaan Indonesia. Karena bangsa yang besar adalah bangsa yang bisa menghargai dan menghormati jasa jasa pahlawanya. Untuk itu Mas Aji minta kepada generasi penerus untuk meneguhkan niat dan tekat melanjutkan cita cita luhur para pendahulu mengisi kemerdekaan sesuai dengan bidang keahlian masing masing.
“Kita sudah merdeka bagaimana kita mengisi pembangunan, meningkatkan pembangunan, kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat khususnya di Kabupaten Pacitan”, katanya.
Seperti para pahlawan yang berjuang merebut kemerdekaan dengan semangat persatuan dan kesatuan, Mas Aji mengajak seluruh komponen menyatukan tekat, bahu membahu bangkit dari situasi dan kondisi pandemi seperti saat ini. Selain pemakaman Almarhum Soimin Sokipo, penancapan Bambu Runcing Bertanda Bendera Merah Putih juga diberikan untuk makam ekaponen Pejuang 45 atas nama Surahman di pemakaman Dusun Thekil Desa Soka Kecamatan Punung. (humas Pacitan/ Pemkab Pacitan)
Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji berharap seni budaya asli Pacitan dapat mendunia untuk bisa bersaing dengan kesenian-kesenian dari negara lain.
Keinginan orang nomor satu di Pacitan itu bukan tanpa alasan, mengingat Kabupaten berjuluk Paradise of Java ini kaya akan ragam seni budaya.
“Kita harus jadi bagian dari bangsa Indonesia untuk melestarikan budaya adiluhung ini. Kedepan yang kita punyai harus dapat bersaing dengan budaya negara lain. Kita punya banyak kesenian lokal yang juga bisa mendunia,”
Pernyataan itu disampaikan Mas Aji saat menghadiri Peringatan Hari Wayang Nasional 2021 yang diselenggarakan Persatuan Pedalangan Indonesia (PEPADI) Kabupaten Pacitan di Sanggar Seni Unggul Pawenang Desa Jatigunung Kecamatan Tulakan, Selasa (09/10).
Seperti halnya wayang kulit yang sudah mendapat pengakuan dari UNESCO sebagai karya Kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan berharga, seni budaya lokal Pacitan pun bisa mencapai level tersebut. Syaratnya, ada keterlibatan semua pihak untuk mengenalkan dan melestarikan kesenian tersebut.
Mas Aji mencontohkan seni Kethek Ogleng yang sudah banyak dikenal oleh masyarakat tidak hanya Pacitan namun juga nasional. Kesenian yang mengilhami polah tingkah kethek atau kera itu merupakan karya besar seniman asli Pacitan asal Desa Tokawi Kecamatan Nawangan yang sudah mendapatkan hak cipta dari Kementerian Hukum dan HAM.
“Saya sangat bangga meski dengan kondisi saat ini yang sulit akibat pandemi covid 19 akan tetapi dengan segala keterbatasan para seniman masih memiliki semangat melestarikan seni budaya khususnya wayang kulit”, tuturnya.
Peringatan Hari Wayang Nasional 2021 di gelar PEPADI Kabupaten Pacitan dengan menggelar wayang kulit menampilkan dalang cilik Falah Abdillah Priyono mengambil lakon Babat Alas Wonomarto.(humas Pacitan/ Pemkab Pacitan).