GeNose 19 Tremas; Tidak Hanya Untuk Santri

Bicara GeNose 19 maka Pondok Pesantren Tremas adalah yang pertama memiliki alat tersebut di Kabupaten Pacitan. Tepatnya pada (23/02), salah satu pesantren tertua di Indonesia tersebut membeli alat buatan tangan anak bangsa tersebut.

KH. Fuad Habib Dimyathi, pengasuh Tremas kepada Diskominfo Pacitan mengaku ribuan santri yang melakukan pendidikan tatap muka, secara langsung dan tak langsung pasti bersinggungan dengan orang-orang baru, baik keluarga maupun dengan masyarakat sekitar.

“Inilah yang membuat kami bersemangat untuk memiliki GeNose 19 dengan uang pribadi. Meski akhirnya mendapat dukungan dari banyak pihak,” katanya (10/03).

Penggunaannya yang mudah dan murah tersebut membuat Tremas lebih aman dari virus corona, dalam catatan Laboratorium GeNose 19 di lingkungan Tremas tercatat sebanyak 400 orang telah menjalani tes, baik santri dan masyarakat sekitar.

“Memang alat tersebut juga diperuntukkan untuk warga masyarakat, sebab santri dan pesantren adalah bagian dari masyarakat, kita jangan pernah melupakan itu,” lanjut Kyai.

Sejauh ini Pesantren Tremas memang begitu aktif terhadap program pemerintah, utamanya terhadap penanganan pandemi Covid-19 di Kabupaten Pacitan, Kyai berpandangan bahwa semua program pemerintah yang positif harus didukung sepenuhnya oleh segenap masyarakat. “Dengan kita bersinergi maka proses pembelajaran pun akan berkah,” pungkasnya. (bd/anj/frd/ss/ryt/dzk/rch/tk/DiskominfoPacitan)

Masjid Apung Berhasil Dievakuasi

Pondok Tremas bersama Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD, Satpol PP Kabupaten Pacitan, Club Off Road, TNI dan ratusan masyarakat bersama-sama mengevakuasi Masjid Apung Pancer Door yang terbawa arus hingga ke tengah teluk Pacitan.
Menurut Juri Koordinator TRC, kejadian itu terjadi pagi tadi pukul 03:00 WIB dan langsung dilaporkan warga ke BPBD Pacitan beberapa jam kemudian. Seketika itu tim bergerak cepat guna mencegah masjid tidak semakin ke lepas pantai. “Yang pertama kita selamatkan masjid ini (membawa ke tepi pantai) baru kita kembalikan,” kata Dia, (10/02).
Hingga artikel ini dirilis, kondisi Masjid Apung yang dibuat oleh Pondok Tremas 2020 tersebut telah berhasil dibawa ke tepi pantai, proses penarikan menggunakan tali sejauh 340 meter.
Sementara untuk proses pemindahan Masjid Apung tersebut ke posisi awal yakni muara Sungai Grindulu, tim harus menunggu air laut pasang untuk mempermudah evakuasi.
Menurut prakiraan Masjid Apung tersebut dapat terbawa arus dikarenakan telah terjadi abrasi selama hujan mengguyur beberapa hari terakhir, kondisi diperparah ketika arus sungai Grindulu besar sehingga tidak dapat menahan tali bangunan. Beruntung tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut dan Masjid Apung tidak mengalami kerusakan yang berarti. (DiskominfoPacitan).