Berita terbaru

Sambutan Hari Jadi ke-272 Pacitan, Bupati Ajak Bersyukur dan Introspeksi

Pacitan – Momem peringatan Hari Jadi ke-272 Kabupaten Pacitan memiliki dua makna penting. Pertama, rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas karunia berupa kesehatan dan kelancaran proses pembangunan. Kedua, Hari Ulang Tahun harus menjadi sarana berkaca terhadap kekurangan yang ada. Termasuk di antaranya pekerjaan rumah yang masih belum selesai.

Hal itu disampaikan Bupati Pacitan Indartato saat tanggap wacana (sambutan) prosesi Hari Jadi Kabupaten Pacitan di Pendopo Kabupaten, Minggu (19/2/2017) pagi. Dalam kesempatan itu Pak In juga menyampaikan selamat kepada seluruh masyarakat Pacitan seraya berdoa untuk keselamatan dan kesejahteraan warga. Tak lupa bupati menyampaikan terimakasih atas peranserta dan dukungan masyarakat sehingga banyak penghargaan dapat diraih.
“Perlu saya sampaikan bahwa atas dukungan Anda sekalian Kabupaten Pacitan mendapatkan banyak penghargaan di tingkat pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan lembaga-lembaga lain,“ tuturnya dengan Bahasa Jawa Krama Inggil di depan ratusan hadirin.
Di antara penghargaan tersebut, Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI sebanyak 4 kali, Piala Adipura 9 kali berturut-turut, juga 27 penghargaan lain bertarap nasional. Selain itu masih ada 91 penghargaan lagi di tingkat provinsi yang berhasil disabet Pemkab Pacitan.
Tak lupa Pak In juga minta maaf jika belum dapat melayani dengan baik masyarakat di semua tingkatan termasuk di antaranya jika ada program yang belum terwujud. Ke depan, lanjut bupati yang tampil mengenakan kostum Jawa lengkap, dirinya bertekad terus bekerja bersama rakyat guna mewujudkan Pacitan lebih baik.
Pak In kembali mengingatkan hingga saat ini daerah yang dipimpinnya masih dihadapkan banyak tantangan. Salah satunya adalah masih tingginya angka kemiskinan yang masih lebih tinggi dibanding Provinsi Jawa Timur dan nasional. Oleha karena itu, dia mengajak masyarakat bahu-membahu berjuang mewujudkan masyarakat Pacitan maju dan sejahtera.
“Saya tetap bertekad serta berharap di masa-masa mendatang Kabupaten Pacitan harus lebih maju , warganya sehat sejahtera, hidupnya ayem tentrem, diberkahi Allah Yang Maha Kuasa,“ harapnya disambut riuh tepu tangan hadirin.
Mengakhiri sambutan, Bupati Indartato mengajak hadirin memohon ke hadirat Tuhan agar segenap masyarakat Pacitan senantiasa mendapat hidayah dan kekuatan guna melanjutkan roda pembangunan di daerah tercinta. Sebelum prosesi di pendopo, bupati memimpin kirab dengan berjalan kaki dari Perempatan Penceng. Perjalanan kirab disambut antusias ribuan warga. (ps/ps)

Kirab Hari Jadi ke-272 Pacitan, Bupati Jalan Kaki ke Pendopo

Pacitan – Kesahajaan mewarnai peringatan Hari Jadi ke-272 Kabupaten Pacitan, Minggu (19/2/2017). Ini tampak dari rangkaian kirab yang tidak lagi menggunakan kendaraan kereta kuda. Sebagai gantinya, Bupati Indartato bersama isteri berjalan kaki dari titik pemberangkatan di Perempatan Penceng hingga Pendopo Kabupaten. Demikian pula dengan rombongan lain yang terdiri dari Ketua DPRD, Forkompimda, serta unsur pejabat lain juga berjalan kaki di belakang bupati.

Meski tampak sederhana namun antusiasme warga untuk menyaksikan dari dekat momen tahunan tersebut tak terbendung. Kirab diawali penyerahan Tirto Wening dan Rucuh Pace. Tirto wening merupakan air suci yang diambil dari Sumur Njero di Petilasan Tumenggung Notopuro, Desa Sukoharjo. Adapun Rucuh Pace dipersiapkan oleh warga sekitar Petilasan Tumenggung Setriketipo, Desa Nanggungan.
Untuk diketahui, Rucuh Pace adalah jenis minuman yang dibuat dari air pace (mengkudu) dengan campuran pemanis gula Jawa. Kedua kelengkapan ritual tersebut dibawa ke Perempatan Penceng lalu diserahkan kepada Bupati Indartato. Orang nomor satu di Pacitan itu lantas meminum Rucuh Pace dan bersuci menggunakan Tirto Wening.
Selanjutnya, iring-iringan kirab bergerak menuju Pendopo Kabupaten. Diiringi ratusan personel berpakaian prajurit kerajaan lengkap, Bupati dan rombongan berjalan perlahan melintasi Jalan Ahmad Yani, Jalan Imam Bonjol, dan berakhir di Pendopo Kabupaten, Jalan JA Suprapto.
Sepanjang rute yang dilalui kirab, warga yang berjejal di kanan kiri jalan berebut jabat tangan dengan Bupati Indartato. Pak In pun tampak sabar melayani mereka hingga arak-arakan terlambat tiba sekitar 15 menit dari jadwal yang ditetapkan sebelumnya.
Kedatangan rombongan kirab di Pendopo Kabupaten disambut ratusan pejabat berpakaian beskap. Tidak itu saja, para mantan bupati yang pernah menjabat di Kota 1001 Gua juga tampak duduk di kursi kehormatan. Acara lalu dilanjutkan prosesi selama hampir setengah jam.
Bukan semata milik pemangku kepentingan, Hari Jadi kali ini juga melibatkan lebih banyak peran masyarakat. Ini tergambar saat prosesi rebutan gunungan digelar di halaman pendopo. Ratusan warga yang sebelumnya duduk di seputar lapangan berhamburan mendapatkan isi gunungan berupa penganan. Prosesi juga dimeriahkan atraksi Seni Kethek Ogleng dan Tari Sanjoyo Rangin. (ps/ps)

Bupati Indartato Pimpin Ziarah Cikal Bakal Pacitan

Pacitan – Salah satu agenda penting dalam peringatan Hari Jadi ke-272 Kabupaten Pacitan adalaha ziarah dan tabur bunga ke makam tokoh pendiri Pacitan. Satu diantaranya adalah makam Kanjeng Jimat atau dikenal sebagai Tumenggung Jogokaryo. Kanjeng Jimat yang bernama asli Ki Ageng Djayaniman memerintah mulai tahun 1812 hingga 1826 menggantikan Tumenggung Setrowijoyo II.

Bupati Pacitan Indartato memimpin sendiri ziarah ke makam Kanjeng Jimat di atas Bukit Giri Sampurno, Desa Tanjungsari, Sabtu (18/2/2017) pagi. Turut serta �dalam rombongan Wakil Ketua DPRD Gagarin serta sejumlah pejabat teras Pemkab Pacitan.
Tiba dikomplek makam Kanjeng Jimat, Bupati dan rombongan disambut Kepala Desa dan tokoh masyarakat setempat. Tak berapa lama setelah istirahat, acara dzikir dan doa dipanjatkan. Lantunan kalimat toyibah tahlil menggema dipimpin Muhammad Nurul Huda dari Kantor Kemenag Pacitan.
Bupati Indartato tampak khusuk mengikuti prosesi dzikir dan doa. Pun demikian dengan rombongan dan masyarakat yang hadir. Usai prosesi doa �bupati melakukan tabur bunga. Dzikir dan doa juga dipanjatkan untuk almarhum Bupati Soejono yang makamnya berada di bawah komplek makam Kanjeng Jimat.
Selesai doa dan tabur bunga kepada awak media, Bupati Indartato mengatakan, agenda ziarah ini dimaksudkan agar masyarakat Pacitan tidak lupa sejarah. Sekaligus bentuk penghormatan kepada para pendahulu yang telah berjasa bagai berdirinya Kabupaten Pacitan.
“Hari ini tidak akan ada tanpa ada masa lalu. Para pendahulu telah meletakkan pondasi pembangunan Pacitan dengan kokoh“, ungkapnya.
Bupati berharap melalui momentum Hari Jadi seluruh elemen bersatu membangun Pacitan ke arah lebih baik. Kerjasama yang erat di antara semua pihak sangat dibutuhkan agar program-program pemerintah dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Selain makam Kanjeng �Jimat, ziarah cikal bakal juga dilaksanakan di dua lokasi berbeda. Wakil Bupati Yudi Sumbogo memimpin rombongan lain berziarah ke makam Notopuro di Desa Sukoharjo, sementara Ketua DPRD Pacitan memimpin rombongan di makam Setroketipo, Desa Widoro.
Ziarah cikal bakal Pacitan menjadi agenda rutin yang dilaksanakan sehari menjelang Hari Jadi Kabupaten Pacitan tiap tahunnya. Sebelumnya juga dilaksanakan kegiatan sholat subuh berjamaah di Masjid Agung Darul Falah. Malam harinya akan dilanjutkan salat hajat dan sujud syukur . Wilujengan juga akan dilakukan di petilasan Setroketipo, Notopuro serta di halking (halaman wingking) Pendopo Kabupaten. (riz/ps)

Pesan KH Nafi’an di Hari Jadi Pacitan: Pemimpin Harus Sinatriya Pandhita Sinisihan Wahyuning Ilahi

Pacitan – Pemimpin yang baik harus memiliki tiga sifat dasar. Ini seperti digambarkan oleh pujangga kenamaan Jaya Baya dengan norma Sinatriya Pandhita Sinisihan Wahyuning Ilahi.

Satriya berarti seorang pemimpin harus memiliki watak kesatria. Saat dihadapkan tantangan, pemimpin harus berada di garda depan untuk menyelesaikannya. Dalam hal ini, pemimpin sekaligus berperan menjadi panutan rakyat yang dipimpinnya.
Sedangkan sifat kedua, Pinandhita bermakna seorang pemimpin harus memiliki rasa welas asih terhadap sesama tanpa memandang kelas sosial maupun golongan. Pemimpin yang memiliki jiwa Pinandhita sekaligus berwatak amanah. Yakni tidak menyalahgunakan kewenangan yang dimiliki.
Sifat terakhir adalah Sinisihan Wahyuning Gusti. Artinya, seorang pemimpin yang ideal adalah yang selalu bertindak dalam rambu-rambu agama. Ini diwujudkan dengan amal shaleh serta peduli dengan mereka yang membutuhkan pertolongan.
Demikian uraian Mubaligh KH Nafi\’an saat memberikan ceramah di depan ratusan jamaah di Alun-alun Pacitan, Jumat (17/2/2017) malam. Pengajian Akbar tersebut digelar guna menyambut Hari Jadi ke-272 Kabupaten Pacitan.
“Pemimpin harus siap menerima sesamanya serta harus menyampaikan apa yang menjadi hak rakyatnya. Jika pemimpin tidak memiliki rasa welas asih maka yang akan terjadi adalah pergolakan di mana-mana,“ tandas pengasuh Ponpes Nurul Yaqin, Karanganyar, Jateng dalam tausiyah yang diselingi seni hadrah.
Hadir dalam kegiatan itu Bupati Pacitan Indartato, Wabup Yudi Sumbogo, serta unsur Ketua DPRD masing-masing bersama isteri. Hadir pula anggota Forkompimda dan jamaah dari sejumlah elemen masyarakat, termasuk siswa dari beberapa sekolah.
Pada kesempatan yang sama juga dilaksanakan penyaluran bantuan dari Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Pacitan senilai Rp 509.100.000. Dengan rincian: bantuan bagi 10 orang hafidz Quran masing-masing senilai Rp 600.000, bea siswa bagi siswa berprestasi dari keluarga kurang mampu sebanyak 50 orang, masing-masing Rp 750.000.
Penasarufan juga diberikan merata ke 12 kecamatan meliputi fakir miskin/keluarga kurang mampu, anak yatim piatu, guru TPA/TPQ/diniyah/guru ngaji, pengasuh yayasan yatim piatu, dan pengasuh pondok pesantren senilai Rp 465.600.000. (ps/ps)

Ciptakan Wisata Nyaman, Pemkab Serius Didik Masyarakat

Pacitan – Mengembangkan sektor Pariwisata tidak cukup mengandalkan kekayaan sumber daya alam semata. Sumber daya manusia yang mumpuni juga diperluka untuk menjadikan pariwisata menjadi sektor yang berdaya saing.

Salah satu yang berperan penting dalam pengembangan kepariwisataan adalah masyarakat sekitar obyek wisata. Mereka adalah bagian tak terpisahkan dalam mewujudkan iklim pariwisata yang baik serta menarik.�
Menurut Bupati Pacitan Indartato, masyarakat harus diedukasi sehingga mampu menjadi tuan rumah yang baik. Harapannya, wisatawan terkesan dan akan berkunjung kembali ke Kota 1001 Gua.
“Seperti pepatah Jawa kita harus mampu menunjukan gupuh, aruh, lan suguh kepada para tamu dan itu tidak lepas dari peran masyarakat sekitar,“ kata Pak In saat dialog bertajuk “Refleksi 272 Tahun Kabupaten Pacitan: Membangun Ekonomi Melalui Sektor Pariwisata“ di studio Radio Suara Pacitan, Kamis (16/2/2017) siang.
bupati mengakui peran masyarakat saat ini sudah cukup bagus. Saat menyambut wisatawan, senyum sapanya sangat ramah. Pun bagi pedagang �di sekitar lokasi wisata tidak mempermainkan harga semaunya.�
Pengamat Pariwisata DR Mukodi melihat perilaku masyarakat sudah mulai membaik. Yang terpenting, menurut Wakil Ketua STKIP PGRI Pacitan itu, bagaimana manajemen pariwisata mampu memanjakan turis. Tak terkecuali pemenuhan infrastruktur pendukung, seperti akses ke lokasi wisata yang memadai serta parkir kendaraan yang luas.
“Harus ada inovasi, semisal pengembangkan terpadu pariwisata. �Dari lokasi wisata satu ke wisata yang lain dapat sambung, sehingga pendatang akan merasa nyaman,“ ungkapnya. �
Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Endang Surjasri yang juga menjadi nara sumber mengatakan, untuk mengembangkan pariwisata dibutuhkan sinergitas antara semua pihak. Satu diantaranya adalah peran masyarakat sekitar. Warga harus sadar akan kebersihan serta ramah terhadap pengunjung. �
“Kita tidak mungkin meninggalkan peran masyarakat karena membangun pariwisata jangan sampai menghilangkan khazanah budaya dan kearifan lokal,“ ujar Endang Surjasri menambahkan.
Seperti diketahui, Kabupaten Pacitan memiliki potensi sumber daya yang kaya. Selain wisata alam, wilayah di ujung barat daya Provinsi Jawa Timur ini juga memiliki banyak kekayaan budaya serta wisata sejarah. Termasuk di antaranya wisata religius. (riz/ps)