Berita terbaru

Alih Kelola SMA/SMK Tak Ada Masalah

Alih kelola SMA/SMK/SDLB/SLB dari pemerintah kabupaten kepada pemerintah provinsi tak dirasakan dampaknya bagi keberlangsungan kegiatan belajar mengajar. Proses pembelajaran tetap berlangsung seperti biasa tanpa kendala berarti. Demikian kata Ari Iryanto, Humas SMKN 3 Pacitan saat berbincang di Dialog Spirit Pagi Radio Suara Pacitan, Kamis (12/1/2017) pagi
Memang, lanjut Ari, kemungkinan akan ada sedikit perbedaan warna saat masih dikelola pemkab dengan di bawah provinsi seperti saat ini. Hal itu berkaitan panjangnya rentang kendali yang dibutuhkan hingga sampai di tingkat sekolah. Ini terutama berkait dengan pembangunan gedung, penambahan ruang kelas, maupun sarana pendukung lainnya.

Saya kira semuanya akan ditangani dengan baik. Jadi siapapun yang mengelola, kelancaran proses belajar mengajar akan dikedepankan, katanya melalui telepon.

Dalam kesempatan yang sama Kepala Cabang Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur di Pacitan, Kardoyo menjelaskan saat ini pihaknya masih berada di masa transisi. Ini terutama berkaitan dengan penataan pegawai di lembaga baru tersebut. Terkait panjangnya rentang kendali, menurut mantan Kabag Humas Pemkab ini, tidak menjadi masalah. Sebab meskipun jarak ke ibukota provinsi jauh namun dapat terjawab dengan sistem teknologi informasi.

Di sisi lain, pihaknya justru mengambil langkah maju. Yakni pemberlakuan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK). Nantinya, pelaksanaan Ujian Nasional akan berlangsung serentak menggunakan perangkat komputer. Guna memastikan kesiapan jumlah perangkat, Kardoyo beserta jajaran sudah menginventarisir jumlah komputer di semua SMA dan SMK.

Insya Allah jumlahnya memadai dan kita siap melaksanakan UNBK, pungkas Kardoyo yang saat dihubungi sedang meninjau SMK Negeri Pringkuku.(Pur/Riz)

Resmikan Fasilitas Kesehatan RSUD dr.Darsono, Bupati Minta Pelayanan Meningkat

Keberadaan RSUD dr.Darsono Pacitan diharapkan mampu menjawab kebutuhan masyarakat dalam mendapatkan layanan kesehatan dengan baik. Sebagai rumah sakit pemerintah, lembaga ini harus meningkatkan kualitas pelayanan, baik melalui peningkatan SDM serta peningkatan infrastruktur
Penegasan itu disampaikan Bupati Indartato saat meresmikan proyek fasilitas pelayanan kesehatan di RSUD dr.Darsono, Kamis (12/01). Menurut Bupati, jika pelayanan sudah baik maka masyarakat tidak lagi ragu. Apalagi jika fasilitas fasilitas yang ada tak kalah dengan rumah sakit diluar kota.

Alhamdulillah aduan terkait keluhan layanan di RSUD dr.Darsono sepanjang tahun ini berkurang. hanya kisaran 11 aduan saja dan ini menjadi indikator, masyarakat semakin puas, ungkap bupati.

Untuk itu, Bupati Indartato minta, dengan semakin lengkapnya fasilitas, pelayanan juga mengikuti. Sehingga kedepan, rumah sakit daerah ini dapat semakin diandalkan.

Sementara itu direktur RSUD dr.Darsono Iman Dharmawan menyatakan,, kepercayaan masyarakat terhadap layanan RSUD dr.Darsono Pacitan kian meningkat. Hal ini ditandai dengan tingkat kunjungan dalam dua tahun terakhir mencapai 17,6 persen. Dengan angka kunjungan sebanyak 57 ribu pasien pada tahun 2015 naik 67 ribu kunjungan di tahun 2016.

Terkait adanya aduan masyarakat pihaknya bisa menerima. Ini karena RSUD merupakan layanan publik yang dituntut mampu memuaskan semuanya. Beberapa keluhan yang masih kerap disampaikan diantaranya, keramahan petugas, lamanya waktu tunggu pasien rawat jalan serta mekanisme kunjungan BPJS.

Khusus layanan pasien BPJS RSUD dr.Darsono tetap tidak bisa keluar dan harus patuh dengan aturan BPJS, Ungkapnya.

Saat ini RSUD dr.Darsono menurut Iman Dharmawan memiliki fasilitas 169 tempat tidur pasien. Jumlah dokter spesialis sebanyak 27 orang dengan jenis spesialis sebanyak 18 item. Dari jumlah itu masih ada dua dokter di puskesmas serta 5 calon dokter spesialis yang masih menjalani tugas belajar.

Fasilitas kesehatan baru di RSUD dr.Darsono adalah ruang untuk scaning serta unit Hemodialisa untuk pasien gagal ginjal. khusus fasilitas ini disediakan 10 unit mesin cuci darah untuk pasien gagal ginjal.(Riz)

PMII Cabang Pacitan Gelar Aksi Tolak Kenaikan Harga BBM Dan Listrik

Keputusan pemerintah untuk mencabut subsidi listrik 900 what, menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) serta menaikkan PNBP (penerimaan negara bukan pajak) bermotor mendapat reaksi beragam kalangan masyarakat. Termasuk, kelompok mahasiswa yang tergabung dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) cabang Pacitan
Puluhan mahasiswa Rabu (11/01) pagi, menggelar aksi unjuk rasa menyuarakan aspirasi menolak kebijakan pemerintah tersebut. Mereka menilai, keputusan pemerintah sangat memberatkan rakyat. Karena tiga sektor yang mengalami perubahan tarif itu rentan berdampak pada sektor sektor lain.

Mereka memulai aksi dari sekretariat PMII di jalan Veteran lingkungan Slagi, berjalan kaki menuju gedung DPRD. sambil berorasi para pengunjuk rasa ini mendapat pengawalan puluhan aparat kepolisian. Setiba di gedung DPRD, mereka diterima ketua DPRD Pacitan Roni Wahyono. Puas menyampaikan aspirasi para mahasiswa minta ketua DPRD menandatangani kesepakatan tuntutan.

Dari gedung DPRD, para mahasiswa melanjutkan aksi serupa ke kantor Bupati Pacitan, di Jalan Jaksa Agung Suprapto. Setiba dilokasi, mereka diterima langsung Bupati Indartato, Sekretaris daerah Suko Wiyono beserta sejumlah pejabat dilingkup pemerintah kabupaten. Hampir dua jam mereka beraudiensi menyampaikan tuntutan.

Seperti halnya di DPRD, para mahasiswa minta Bupati Indartato membubuhkan tanda tangan dukungan tuntutan mereka. Namun karena pertimbangan redaksional isi tuntutan, orang nomor satu di Pacitan itu urung melakukanya. Para Mahasiswa akhirnya membubarkan diri dengan tertib.(Riz)

Harga Cabai Masih Tinggi

Meroketnya harga cabai dalam beberapa pekan terakhir dirasa berat oleh masyarakat. Dipasaran Pacitan, komuditas pedas ini bahkan sempat menembus harga hingga kisaran Rp.120 ribu
Seperti penuturan Sartini, pedagang bumbu bumbuan di Pasar Arjowinangun Pacitan, harga cabai mulai merangkak naik dalam dua pekan terakhir.Para Pedagang mengaku tidak mengetahui secara pasti apa penyebab harga cabai melonjak.

Pantauan Terakhir (Rabu,11/01) harga cabai di tingkat pasaran masih berada pada kisaran Rp.90 ribu per kilo untuk jenis Rawit. Cabai keriting Rp.50 ribu per kilo sedangkan cabai kering dihargai Rp.60 ribu per kilo

Terus terang banyak konsumen yang mengeluh, tapi bagaimana lagi wong semua butuh bumbu cabai, tuturnya kepada Suara Pacitan.

Jika melihat ketersediaan barang, komuditas cabai serta bumbu bumbuan lain sebenarnya mudah didapat. Sehingga, meskipun mahal barangnya selalu ada. Sedangkan penjualan menurut Sartini, relatif stabil.

Jika sebagian masyarakat merasakan dampak dari meroketnya harga cabai lain halnya dengan Anang Sukanto. Sebagai warga yang tinggal di Pacitan kota, Anang sejatinya tidak selalu kesulitan untuk menikmati rasa pedas cabai. Ini karena pria yang aktif di Forum Pacitan Sehat itu mampu memanfaatkan lahan sempit di pekarangan rumahnya. Caranya dengan mengembangkan budidaya sayur mayur sistem polybag. (Riz)

Kasi Jalan BPJ: Permukaaan Tebing Tidak Stabil Pemicu Longsor Ruas Desa Ngreco

Longsor yang kerap terjadi di ruas Tegalombo Kecamatan Tegalombo Kabupaten Pacitan nampaknya masih akan berlangsung lama. Jalur yang menghubungkan Pacitan-Ponorogo itu masih memungkinkan longsor karena kondisi tanah tebing yang belum stabil
Seperti disampaikan Kasi jalan Badan Pemeliharaan Jalan (BPJ) Jatim Budi Hari Santosa, kontur tanah di wilayah tersebut didominasi butiran bebatuan. Sehingga, jika tanah mengalami rekahan dan teraliri air, rentan guntur. Terlebih, menurut Budi, awal proses pelebaran jalan diwilayah Tegalombo dibeberapa titik menggunakan tekhnik peledakan.

Karena kuatnya getaran akibat ledakan, tanah disekitar bergerak sehingga menjadi tidak stabil. Ditambah, intensitas hujan beberapa waktu terakhir cukup tinggi, Katanya.

Keterangan itu disampaikanya menjawab pertanyaan masyarakat dalam program acara spirit pagi di Radio Suara Pacitan, Rabu (11/01). Warga berharap, peristiwa tahunan itu segera tertangani. Mereka beralasan, jalur tersebut sangat vital karena menjadi akses utama yang menghubungkan Pacitan-Ponorogo.

Budi Hari Santosa menambahkan, kondisi seperti ini sebenarnya sudah dipridiksi sebelumnya. Dan masih mungkin terjadi hingga beberapa tahun kedepan. Guntur atau longsor akan berhenti jika sudah sampi ke posisi tanah yang sudah mapan.

Seperti diketahui, jalur Pacitan-Ponorogo ruas Desa Ngreco Kecamatan Tegalombo menjadi titik paling sering terjadi longsor. Selain longsor ukuran sedang juga longsor besar. Bahkan, ada yang sampai menutup badan jalan. Sebagai antisipasi pihak BPJ telah menyiapkan dua alat berat yang ditempatkan di Desa Gedangan dan Desa Ngreco jika sewaktu waktu terjadi longsor. (Riz)