
Pacitan – Petani Pacitan tak lagi kesulitan mengakses permodalan. Tidak
itu saja, mereka diharapkan memiliki akses pasar hasil panen dengan
mudah. Hal ini menyusul berdirinya Badan Usaha Milik Petani (BUMP).
Sedikitnya ada 3 BUMP yang resmi beroperasi di 3 kecamatan. Yakni
Kebonagung, Sudimoro, dan Donorojo.
“Ini yang kita dorong itu melalui
program kemitraan, melalui program vokasi dan kewirausahaan. Beberapa
kelompok usaha besar kita sinergikan sehingga ada win-win solution,”
terang Deputi Bidang Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing
Koperasi dan UKM Kemenko Perekonomian RI, Mohammad Rudy Salahuddin, Rabu
(20/2/2019) siang.
Dengan konsep tersebut, para petani dapat
menyalurkan hasil produksi kepada kelompok usaha besar. Demikian pula
sebaliknya, kelompok usaha besar merasa terbantu. Terutama berkaitan
dengan ketersediaan bahan baku yang memadai. Dengan begitu, kedua pihak
sama-sama untung.
Rudy menjelaskan, sejak 2017 pemerintah telah
mengeluarkan kebijakan pemerataan ekonomi umat. Program berbasis
pesantren ini bertujuan membina masyarakat pesantren atau masyarakat di
sekitar lembaga keagamaan tersebut supaya perekonomiannya lebih baik.
“Kita
banyak (program). Mulai bank wakaf mikro, ada KUR, dan lain sebagainya.
Jadi mulai yang terendah pemerintah hadir. Sehingga jika mereka
(petani) naik kelas, aspek pembiayaan ini juga tetap terjaga. Kita
berharap petani-petani ini juga terjangkau oleh pemerintah,” katanya
usai menyerahkan akta bagi 3 BUMP di alun-alun Pacitan.
Ketiga BUMP
tersebut, masing-masing PT Jadi Mulia di Kecamatan Kebonagung dan PT
Kandang Kalak di Kecamatan Donorojo. Adapun BUMP lain yang resmi
diluncurkan berada di Kecamatan Sudimoro. Yakni PT Sudimoro Bina
Sejahtera.
Pada kesempatan tersebut, Bupati Pacitan Indartato
mengatakan secara umum daerah yang dipimpinnya kaya potensi. Pertumbuhan
ekonomi pun tercatat pada angka 5,2 persen pada tahun 2017. Hanya saja,
hal itu masih diwarnai kesenjangan ekonomi. Karenanya salah satu upaya
yang menjadi program prioritas adalah pengurangan angka penduduk miskin.
Kesenjangan
yang terjadi, papar bupati periode itu, adalah kondisi geografis.
Sebagian besar wilayah berjuluk Kota 1001 Gua berupa gunung dan
perbukitan. Akses transportasi antarwilayah pun masih menjadi pekerjaan
rumah. Meski begitu, Indartato yakin tantangan yang ada dapat dipecahkan
jika dimulai dari pembangunan sumberdaya manusia (SDM).
“Pertama,
jika penduduk miskin jumlahnya bisa kita kurangi dengan sendirinya
kesenjangan bisa teratasi. Kedua, yang tidak kalah penting adalah
pembangunan SDM. Kalau SDM kita bisa lebih mandiri lambat laun
kesenjangan akan teratasi,” pungkasnya.
Kegiatan tersebut juga
dimeriahkan pameran produk berbahan ikan karya siswa SMK dan organisasi
pesantren. Sejumlah lembaga perbankan juga ikut berperanserta. Adapun
dari unsur lembaga keuangan non bank diwakili BPJS Ketenagakerjaan.
(PS/PS/Diskominfo)