Adu Kelapa Warisan Dan Cikal Bakal Desa Cemeng

Beberapa gadis tampak berseri-seri mengenakan kostum tari lengkap dengan selendang warna hijaunya, termasuk Reta Wulandari yang terlibat dalam Upacara Adat Bersih Desa Adu Kelapa di Hari Jadi Desa Cemeng yang dilaksanakan setiap penghitungan Jawa yaitu Bulan Longkang, Harinya Senin dan Pasaran Legi atau kemarin 15/07.

 Adu kelapa mengisahkan lahirnya Desa Cemeng, desa ini berada di Kecamatan Donorojo, sekitar 40 Kilometer dari pusat kota, dan berbatasan dengan Kabupaten Wonogiri Jawa Tengah. 

 Desa Cemeng ini awalnya bernama Desa Banaran, sampai pada era penjajahan Kolonialisme Belanda semua orang sibuk menghadapi, termasuk Kanjeng Jimat Bupati Pacitan saat itu, merasa harus datang ke Banaran untuk memberi tahu kedatangan Belanda.

 Usai memberi tahu masyarakat Kanjeng Jimat merasa kehausan dan melihat ada kelapa yang bisa diminum airnya. Lantas kanjeng Jimat yang didampingi oleh Kerto Gati mengadu kelapa supaya pecah. Tapi ternyata usai mengadu kelapa muncul asap berwarna putih dan hitam, warna hitam yang mengarah ke Desa Banaran membuat Kanjeng Jimat mengubah desa tersebut menjadi Desa Cemeng.

 Sutarno pemeran Kanjeng Jimat di acara Adu Kelapa itu, mengaku begitu menghayati perannya,  ia mengingat Adu Kelapa adalah budaya warisan leluhurnya yang harus di jaga membuat Sutarno tidak membutuhkan waktu lama mendalami perannya. “Semua kami lakukan dengan senang,” ujarnya usai acara yang di gelar di halaman Kantor Desa Cemeng itu kepada Diskominfo Pacitan. 

 Semua warga terlibat di acara itu, bahkan untuk peran utama dalam acara Adu Kelapa warga masyarakat harus merebutkannya, menurut Supriyanto Pj. Kepala Desa Cemeng adalah bentuk rasa cinta seluruh masyarakat terhadap Adu Kelapa. “Dari sini kami ingin Adu Kelapa mendapat perhatian dari Pemkab. Supaya dapat sejajar dengan Ceprotan dan yang lain,” harap Dia.

 Semua kagum menyaksikan Adu Kelapa, termasuk Deri Putra Wijaya, Warga Yogyakarta itu terpukau dengan semua rangkaian. Tapi Deri merasa eksotis seni tersebut berkurang, lantaran detail acara seperti Sound dan jadwal acara yang molor. Belum lagi beberapa penonton tidak dapat menyaksikan acara dengan sempurna karena terhalang pagar, “Acara seperti ini tidak ada di tempat kami, saya rasa jika dikemas dengan baik menjadi luar biasa,” katanya.

 Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan Suyadi hadir dalam hari jadi itu  mengaku senang karena setiap tahun kegiatan semakin besar, penonton semakin banyak, ia berharap seni Adu Kelapa di tahun depan dikemas menjadi seni pertunjukan, supaya menarik lebih banyak lagi wisatawan. “Segala masukan dan evaluasi terus kami lakukan supaya acara semakin baik,” pungkas Dia. (TimDiskominfoPacitan).

Rusmiati; Semangat Desa Cemeng Menjadi Pertimbangan Utama

Pemerintah desa dan masyarakat menyambut Tim Penilaian Lapang Pelaksana Gotong Royong Terbaik dari Provinsi Jawa Timur dengan atraksi Adu Kelapa budaya asli Desa Cemeng Kecamatan Donorojo. Sontak Ketua Tim Penilaian Lapang Rosmiati terkagum-kagum dengan pertunjukan tersebut. “Apa lagi saya melihat semangat besar Satuan Linmas dan masyarakat yang menyambut kami. Jujur ini luar biasa,” ujarnya pagi tadi 20/16 di lapangan desa setempat.

 Sementara itu Bupati Pacitan Indartato dalam sambutannya menyampaikan bahwa seluruh Pejabat, Camat hingga forkopimcam hadir dalam program ini, hal itu menunjukkan bahwa Desa Cemeng yang kini mewakili Kabupaten Pacitan di Lomba Gotong Royong layak untuk  mempersembahkan yang terbaik kepada tim penilai dan Desa Cemeng sendiri. “Kami tidak ingin nomor satu, kami hanya ingin menjadi yang terbaik,” ujar Indartato.

 Lebih jauh Bupati menegaskan bahwa lomba merupakan sarana untuk mencapai tujuan, umumnya yakni menjadi semakin baik dari segala aspek yang ada. Ia juga mengetahui seluruh yang terlibat telah berusaha memberikan yang terbaik pada Even ini demi Pacitan dan masyarakatnya supaya semakin sejahtera. “Tapi perlu kami sampaikan kepada rombongan bahwa hari ini merupakan cerminan dari hari-hari sebelumnya, inilah kami sebagai Pacitan yang terkenal akan gotong royongnya,” tambah Bupati.

 Dari bahan utama penilaian yang disiapkan mulai Destinasi Wisata, Sarana Olah Raga, Embung dan Produk Unggulan Kawasan Pedesaan (Prukades) semakin menjadi pertimbangan utama jika dibumbui seni budaya yang ada, terlebih jika menjadi Desa Wisata. “Begitu juga dengan inovasi yang melibatkan seluruh organisasi desa. Mengingat Pacitan dan Cemeng adalah gerbang yang sangat strategis. Intinya yang kami garis bawahi Pacitan mempunyai nilai lebih yang menjadi pertimbangan kami,” tambah Rosmiati. (timDiskominfoPacitan).

Besuk; Desa Cemeng Wakili Pacitan Ikuti Lomba Gotong Royong

Bermula pada masa penjajahan, Pangeran Diponegoro saat itu gigih mempertahankan bumi pertiwi supaya tidak takluk di tangan kolonialisme Belanda. Saat itulah Desa Banaran yang berada di Kecamatan Donorojo lahir dengan diubah namanya menjadi Desa Cemeng.

 Dimasa kini Cemeng dengan berbagai peradabannya terpilih menjadi yang terbaik untuk mewakili Kabupaten Pacitan dalam lomba Gotong Royong Tingkat Provinsi. Dilaksanakan besuk 20/06 di lapangan desa, Cemeng bersatu untuk detail memperhatikan segala kesiapan.

 Tidak untuk menjadi yang terbaik, Desa Cemeng bersama seluruh masyarakatnya hanya ingin berbuat yang terbaik dan utamanya untuk mencapai tujuan yang didambakan seperti tujuan utama gotong royong atau kerja sama. (tim DiskominfoPacitan).