Kabar baik kembali tersiar di Pengadilan Negeri Pacitan yang dipercaya mewakili Pengadilan Tinggi Surabaya Kategori Kelas II dalam penilaian Video PTSP Tingkat Nasional. Ayo masyarakat Kabupaten Pacitan dukung PN Pacitan supaya mendapat predikat terbaik dan terfavorit.
Setiap perhelatan Hari Jadi Pacitan (Hajatan) selalu
menyimpan makna pada setiap rangkaian kegiatannya bagi seluruh lapisan
masyarakat. Begitu juga untuk para pendahulu, mereka berjasa bagi perjalanan
Kabupaten Pacitan yang semakin madani ini.
Mengingat jasa tersebut, Bupati Pacitan Indartato beserta
jajaran istiqomah melaksanakan Ziarah Makam Cikal Bakal Bupati Pacitan yang
dilaksanakan di Makam Kanjeng Jimat, Setroketipo dan Notopuro. Hari ini,
(18/02/2020).
Bupati Pacitan Indartato kelar ziarah menyampaikan, hal
tersebut adalah bentuk rasa hormat kepada para pendahulu, sembari memohon kan
ampun supaya dan tetap diterima di sisi Alloh. “Kita memohon kepada Allah, juga
supaya generasi penerus bisa melanjutkan perjuangan-perjuangan beliau agar
Pacitan lebih baik lagi,” kata Bupati.
Penghormatan tersebut juga dilakukan kepada para keluarga
dan ahli waris pendahulu tersebut, caranya dengan selalu mengundang dan
melibatkan mereka pada setiap kegiatan penting Kabupaten Pacitan. “Minimal setiap
kegiatan Hajatan kita undang,” pungkas Bupati.
(budi/anjar/riyanto/wira/DiskominfoPacitan).
Keterampilan Surati dan sebagian besar perempuan di Dusun
Gunung Cilik, Purwoasri, Kebonagung, dalam menciptakan kerajinan gerabah
menyimpan nilai seni dan sejarah, jemari terampilnya terlatih sejak mereka
masih belia, diturunkan dari orang tuanya secara turun temurun.
“Saya sejak kecil kelas 2 SD sudah belajar membuat gerabah,”
kata Surati saat ditemui di rumahnya, hari ini (31/012020). Pengakuan tersebut
secara tidak langsung menunjukan bahwa keterampilan yang dimiliki perempuan di
Gunung Cilik tidak perlu dipertanyakan.
Tanah sebagai media utama dalam membuat gerabah harus
memenuhi standar, selanjutnya berbagai campuran lain dimasukkan dengan
komposisi tertentu, hasilnya gerabah yang yang dihasilkan dari Gunung Cilik
memiliki kualitas tinggi yang tidak akan lekang oleh waktu.
Termasuk pada proses finishing dilakukan dengan ketelatenan
tinggi untuk menjaga kualitas, baik pengecatan untuk jenis pot dan vas bunga.
Termasuk proses pembakaran dengan jenis kayu tertentu menciptakan kematangan
sempurna ditandai warna merah.
Gerabah, satu kerajinan tradisional di masa kini tetap elok
meskipun bersanding dengan barang elektronik di ruang minimalis, atau diantara
porselen mahal di meja makan dan di dapur.
(budi/riyanto/wira/DiskominfoPacitan)
East Java Culture and Tourism Award 2019 menobatkan Sentono Genthong
menjadi destinasi wisata alam terbaik III se-Jawa Timur.
Anugerah tersebut diserahkan Gubernur Jawa timur Khofifah
Indar parawansa kepada Bupati Pacitan Indartato, Jumat kemarin (06/12/19) di
Harris Hotel and Conventions Surabaya.
Secara nyata capaian tersebut semakin mematangkan pariwisata
Pacitan di kancah regional. “Kami akan terus meningkatkan pariwisata demi
kesejahteraan masyarakat,” ujar Indartato.
Indartato juga mengapresiasi capaian tersebut, semua dapat
diraih karena buah dari usaha yang dilakukan. Ia berharap sektor wisata
benar-benar dikembangkan secara menyeluruh.
“Semoga dengan penghargaan ini bisa memotivasi dalam
rangka memaksimalkan semua potensi pariwisata kita,” tambah Indartato.
(DiskominfoPacitan).
Usai ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (Intangible
Cultural Heritage) Kethek Ogleng Pacitan ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak
Benda dengan Nomor Registrasi 201900988 yang diterbitkan oleh kementerian
pendidikan dan kebudayaan Indonesia tahun 2019.
Warisan Budaya Takbenda bersifat tak dapat dipegang
(intangible/abstrak), seperti konsep dan teknologi; dan sifatnya dapat berlalu
dan hilang dalam waktu seiring perkembangan zaman seperti misalnya bahasa,
musik, tari, upacara, serta berbagai perilaku terstruktur lain.
Hak Cipta Gerakan Pokok Kethek Ogleng dengan Nomor
Pencatatan 000144781, yang diterbitkan Direktur Jenderal Kekayaan Intelektual,
Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia. Kethek Ogleng kesenian kebanggan
Kabupaten Pacitan percaya diri melenggang menjadi primadona semua khalayak.
Pengakuan berjudul
Gerakan Pokok Kethek Ogleng, menandai era baru kesenian yang terlahir dari
kreatifitas Sukiman pada tahun 1962 silam yang ternyata pernah mengalami masa
vakum sampai tahun 1970 an. Setelah berganti generasi yang didukung pengakuan
itu Kethek Ogleng akan fokus menjadi satu kesenian yang dapat menghibur
siapapun dengan berbagai penyempurnaannya.
Selama ini semua
mengetahui kerja keras Pelaku Kethek Ogleng dalam mengangkatnya ke permukaan,
supaya tidak termakan peradaban di kemudian hari, tentu dengan dukungan semua
pihak termasuk pemerintah.
Seperti Sukiman konon
pernah diceritakan sempat mengurung diri di salah satu kebun binatang di Kota
Solo, belakangan diketahui ia mendalami segala tingkah laku kera, mulai makan,
bersosialisasi hingga sifat dasarnya yang bergelantungan di pohon dan dahan.
“Totalitas Sukiman luar biasa, bersyukur semangatnya ditiru semua penerusnya,”
ujar Agoes Hendriyanto pemegang Hak Cipta kepada Diskominfo Pacitan (27/11).
Langkah baru ini
lanjut Agoes merupakan awal yang baik, ibarat pesawat kini tengah lepas landas
untuk memecah cakrawala, dikagumi semua orang yang menyaksikannya. Dan semua
orang diluar sana akan tersadar bahwa Kethek Ogleng terlahir di Desa Tokawi,
Kecamatan Nawangan, Kabupaten Pacitan. “Kethek Ogleng milik Pacitan, bukan
Milik komunitas,” pungkasnya yang kini tengah menyelesaikan Studi Doktoralnya
yang berjudul Produksi Simbol Masyarakat Pacitan dengan Perspektif Bourdieu.
(DiskominfoPacitan).