Jelang Lebaran; Inflasi 0,18 Persen

Bidang Statistik Dinas Kominfo Kabupaten Pacitan kembali merilis inflasi harga sembako jelang hari Raya Idul Fitri 1441 Hijriyah/ Mei 2020.

Berdasar data yang dihimpun bersama Badan Pusat Statistik (BPS) dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Pacitan menunjukkan inflasi sebesar 0,18 Persen. Angka tersebut masih masuk pada kriteria wajar mengingat adanya Pandemi Covid-19 penghujung bulan ramadhan.

Sampel harga diambil dari tiga pasar berbeda, mulai dari pasar Minulyo, Kecamatan Pacitan, Pasar Arjowinangun, Pacitan dan pasar Arjosari, Arjosari. pada (19/05/2020) kemarin. (Statistik/DiskominfoPacitan)

Pacitan Expo 2019 Tingkatkan Daya Saing Dan Perluasan Pasar

Pasar UKM di Pacitan harus terus didorong supaya jaringan pasar kian luas, tujuan itu tentu sebagai sarana meningkatkan perekonomian masyarakat melalui beragam wadah yang tepat.

Salah satunya adalah Pacitan Expo 2019, kegiatan rutin yang dilaksanakan Dinas Perindusterian dan Perdagangan (Disperindag) Pacitan dalam rangka HUT RI. 

Bukan semata memberi wadah berupa pameran produk, Pacitan Expo dikemas menjadi menarik dengan balutan pasar rakyat yang menarik untuk dikunjungi, terlebih acara tersebut juga diramaikan dengan Festival Band dan Festival Kembang Api yang diikuti 25 desa.

Disisi lain Pacitan Expo 2019 juga meningkatkan jaringan informasi bagi mereka para pengusaha Pacitan, yang berujung pada daya saing antar produk, sehingga semakin kompeten jika disandingkan dengan produk wilayah lain. “Mereka harus terus didorong dengan berbagai kegiatan seperti ini,” ujar Supomo Kepala Disperindag 16/08 padap Pembukaan acara tersebut.

Bicara Pasar, Bupati Pacitan Indartato menegaskan itu adalah tanggungjawab Pemerintah Daerah yang mesti disikapi, karena Indartato meyakini Potensi Produk Pacitan sangat mumpuni disemua aspek. “Masalah pasar ini saya kira harus kita hadapi bersama-sama,” terang Bupati. (budi/riyanto/wira/DiskominfoPacitan.

Disperindag Tingkatkan Kualitas Kemasan Produk

Tampilan kemasan akhirnya menjadi penentu supaya memikat hati konsumen, meski isi adalah utamanya. Aneka produk Khas Pacitan tidak perlu ditanyakan lagi, misilnya Batik, Kopi atau camilan yang lain yang beraneka ragam.

 Para pelaku Industri Kecil Menengah (IKM) akhirnya kudu melek desain kemasan, jika ingin produksinya semakin meningkat, dan bisa bersaing di pasar regional atau pun nasional.

 Melihat itu Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Pacitan menggelar Pelatihan Teknis Desain Kemasan bagi IKM Makanan dan Minuman (Mamin) yang sudah mengantongi izin Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT). “Kita mengakui, daya saing di luar kami sedikit tertinggal, salah satu penyebab utama adalah Packaging-nya,” kata Kusumo Kabid Perindustrian disela kegiatan 01/08.

 Peningkatan kapasitas ini juga melibatkan Disperindag Provinsi Jawa Timur, dengan dikirimnya Mobil Pelayanan Desain Kemasan (Mobdeska) didukung narasumber yang ahli dalam desain kemasan. Waktu tiga hari yakni 31/07-02/07 akan memprioritaskan peningkatan kualitas kemasan produk secara detail. “Produk yang bagus didukung kemasan yang oke bisa meningkatkan nilai jualnya,” ujar Rizki Fajrianto sebagai Narasumber.

 Tapi umumnya kemasan bagus tentu membutuhkan anggaran yang lebih besar, apakah dapat dijangkau oleh para pelaku IKM? Ternyata Disperindag Jatim bersama UPT Mamin memberikan fasilitas desain kemasan yang bersaing harganya. Bahkan desain kemasan dari Mamin tanpa biaya. “Untuk cetak sangat bersaing dengan perusahaan swasta, kita juga menawarkan cetak tanpa minimal order dengan sarat-sarat tertentu,” tambah Dia.

 Ini tentu disambut baik oleh Much Anshari atau akrab disapa Aan salah satu peserta, dunia kopi yang semakin ramai membuat Aan merasa tertantang untuk mengeksplorasi Kopi Pacitan ke pasar yang lebih luas, karena ia tahu persis bagaimana kualitas kopi Pacitan. “Saya sudah isi formulir, sudah saya konsultasikan ke tim Mamin, tinggal besuk display kemasannya bagaimana,” katanya.

 Beberapa produk telah mempunyai pangsa pasar sendiri, hal itu harus dikembangkan dengan mengangkat produk lain melalui berbagai inovasi, termasuk memperhatikan desain kemasan. Sehingga minimal pada momen-momen tertentu berbagai produk dari IKM Pacitan semakin menarik perhatian masyarakat luas. “Hasilnya seluruh produk Pacitan memiliki pasar yang luas,” (budi/pkl/riyanto/wira/DiskominfoPacitan).

Sidag Gas di Arjowinagun; Pengecer Berorientasi Merusak Mata Rantai Tata Niaga

Hingga detik ini, distribusi Gas Elpiji 3 Kilogram atau Tabung Melon tidak ada penurunan kuota, tetap pada angka 8.525 tabung per hari. Ini kecuali hari libur. Tapi, masyarakat sebagai konsumen kok tetap kesulitan mencari Gas bersubsidi itu? begitu juga dengan para pelaku industri kecil.

Sebelumnya Dinas Perindusterian dan Perdagangan (Disperindag) bersama dengan Himpunan Pengusaha Swasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana) Madiun menggelar Rapat Koordinasi di ruang rapat kantor Disperindag 18/07 lalu. Kini dilanjutkan menggelar Sidag di Pasar Arjowinangun Pacitan pagi tadi 30/07.

Ternyata benar, ramai orang-orang berjubel mengantre disalah satu toko. Siti Naimah Kabid Perlindungan Konsumen Disperindag yang ikut dalam kegiatan itu menduga, orang yang mengantre tersebut bukan konsumen, namun pengecer. “Pangkalan harus tahu dan selektif, siapa konsumen siapa pengecer,” kata Dia.

Agus Wiyono sebagai Ketua Hiswana Madiun berpandangan sama, gejolak Gas Elpiji 3 Kg itu ditengara karena rantai distribusi gas yang sesuai regulasi hanya sampai pada pangkalan, pengecer tidak tercantum pada struktur sehingga mempunyai banyak kesempatan memainkan peran tata niaga. “ Pengecer hanya berorientasi pada Profit Oriented saja,” tegas Agus.

Lain cerita dengan Pupuk bersubsidi, Gas 3 Kg ini tidak ada hukum berat yang dapat mengganjal jika ada oknum yang bermain, umumnya jika terbukti melakukan tindakan yang melanggar hukum hanya mendapat ganjaran sanksi administrasi.

Banyak cara untuk meredam kondisi ini, namun Agus tegas tidak akan bersinggungan dengan pengecer yang notabene sukar dikendalikan, ia hanya akan menindak hingga pangkalan yang mestinya mangkal, melayani sesuai dengan aturan yang ada. “Regulasi harus diperbaiki, karena banyak celah di dalamnya. Atau Pemda bisa membuat peraturan sendiri,” tambah Dia.

Pada saat itu ia juga menghimbau pada agen supaya menertibkan semua pangkalan, karena agen mempunyai tugas dan fungsi menyalurkan gas hingga titik pangkalan. Mengingat juga kesalahan pangkalan adalah kesalahan agen.

Sehingga agen harus lebih ketat terhadap pangkalan dalam mendistribusikan gas tersebut. Karena saat ini yang pusing mencari barang bukan konsumen sebagai pengguna langsung, tapi pengecer. “Termasuk konsumen, Elpiji 3 Kilogram peruntukannya jelas, hanya bagi masyarakat miskin dan usaha mikro yang mempunyai kapasitas, dan yang bukan itu kami mengharap untuk beralih ke Gas non subsidi,” pungkas Agus. 

Sementara ini tiga stakeholder yakni Pemda Pacitan, Pertamina dan Hiswana akan menambah kuota tabung melon, tambahan fakultatif dilaksanakan pada periode Juli 2019 sebanyak 5.040 tabung, akumulasi penyaluran menjadi 123 persen. Sedang penyaluran di periode pertama sebanyak 3.360 tabung atau 107 persen. (budi/wawan/riyanto/wira/DiskoninfoPacitan).

Jangan Cemas; Tidak Ada Kelangkaan Gas LPG 3 Kg Di Pringkuku

Ramai diperbincangkan di jejaring sosial, kelangkaan Gas LPG 3 Kilogram di Wilayah Pringkuku Pacitan, dengan tegas Agus Wiyono Ketua Himpunan Pengusaha Swasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana) Madiun mengatakan kabar itu tidak benar alias hoax.

 “Ini bisa memicu keresahan masyarakat loh,” ujarnya saat Rapat Koordinasi Terkait Laporan Kelangkaan Gas LPG 3 Kilogram Bersubsidi di Ruang Rapat Dinas Perindustrian Dan Perdagangan (Disperindag) pagi ini 18/07.

 Dari awal Pemda melalui Disperindag merespons cepat kondisi tersebut dengan terjun langsung ke agen dan pangkalan di Kecamatan Pringkuku. Berbekal data yang dihimpun, membuat Agus ogah menanggap ataupun menjustifikasi.

 Jikalau benar adanya terjadi kelangkaan Gas Bersubsidi tersebut maka Disperindag bersama Hiswana tentu akan mengambil langkah strategis. Yakni mengajukan permohonan penambahan alokasi fakultatif ke Pertamina Rayon IV Madiun sebelum masyarakat kebingungan, karena pemerintah memilik data yang akurat.

 Sementara Sekretaris Disperindag Kukuh Sutiarto berharap kepada masyarakat agar tidak perlu cemas tentang kabar tersebut, “Tidak ada kelangkaan, melainkan peningkatan kebutuhan masyarakat,” pungkas Kukuh. (riyanto/budi/wira/DiskominfoPacitan).