Disparpora Serahkan Sertifikat (AKB) dan Tingkatkan Promosi Cantik Plus Massif

6 bulan terhimpit pandemi, Tim Gugus tugas Penanganan (TGTP) Covid-19 Pacitan semakin mantap melenggang demi mengemban misi kemanusiaan yang sekaligus menghantam sektor ekonomi masyarakat Kabupaten Pacitan.

Salah satunya dengan diserahkannya Sertifikat Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) Fase Simulasi terhadap Pantai Banyu Tibo, Buyutan, Srau, Ngiroboyo, Taman, Sungai Maron dan obyek Wisata Alam Sentono Genthong.

Beberapa destinasi juga berhasil memperoleh rekomendasi Fase Uji Coba diantaranya yakni Pantai Soge, Pidakan, Watubale, Klayar, Watukarung dan terakhir Pantai Pancer Door yang dipastikan akan berlangsung hingga akhir Desember 2020. Menandakan daftar ini siap dikunjungi wisatawan luar.

Kebijakan tersebut bukan lantas tanpa tantangan, berbagai kemungkinan sudah diupertimbangkan masak-masak. T. Andi Faliandra Kepala Disparpora Pacitan mengaku tantangan utama adalah kedisiplinan dari petugas dan pengelola. Karena salah sedikit bukan tidak mungkin malah mengundang lahirnya cluster baru. Sedang data yang ada 30 persen pengunjung diakuinya belum taat protokol kesehatan.

Di samping itu, Andi mengungkapkan 3 destinasi belum bisa berbuat banyak lantaran mempunyai angka risiko lebih tinggi ketimbang objek lain, diantaranya Pemandian Air Hangat, Goa Gong dan Goa Tabuhan. “Kita membutuhkan mekanisme protokol kesehatan khusus,” ungkap Dia.

Secara panjang lebar Bupati Pacitan Indartato yang hadir didampingi jajaran Satgas (TGTP) mengaku bersyukur, karena Kabupaten Pacitan memiliki pengelola dan petugas yang kaya terhadap inovasi dengan penuh kedisiplinan.

Ia mengaku secara diam-diam Bupati mencoba masuk ke objek Pantai Pancer Door, ternyata kedatangannya tersebut ditolak oleh petugas, lebih-lebih supirnya mengaku dari Kota Bandung. Barulah ketika ia membuka jendela mobil petugas tersebut menyadari dirinya tengah dites langsung oleh Bupati. “Kedisiplinan Mereka perlu kita dukung bersama,” kata Bupati dihadapan undangan.

Penyerahan tersebut dilakukan di Destinasi Alam Sentono Genthong, Pringkuku, Pacitan dengan penerapan protokol kesehatan ketat, disamping itu Sentono Genthong yang dikelola desa tersebut mampu memberi kesan tersendiri bagi siapa pun yang datang.

Momentum HUT RI ke-75 yang dimanfaatkan BPBD, Polres dan Dandim 0801 Pacitan untuk mengibarkan bendera raksasa berdiameter 27 X 18 meter di Sentono Gentong, upaya itu menuai pujian berbagai pihak, utamanya para pemangku kebijakan dari luar Pacitan.

Lantaran mereka sadar pengibaran tersebut mempunyai nilai promosi yang luar biasa terhadap destinasi wisata Pacitan yang dapat memancing calon wisatawan luar. Sehingga menurut Andi dirasa perlu untuk lebih ditingkatkan dengan model inovasi lain dan berbeda-beda. “Secepat mungkin kami akan menggelar pertemuan bersama travel agen dari luar Pacitan. Sebagaimana yang telah kami lakukan pada tahun 2019 lalu,” tambah Dia. (budi/anj/rch/tika/DiskominfoPacitan).

4 Kasus Baru; Arjowinangun dan Widoro Pacitan

Hasil Swab Massal di Desa Arjowinangun dan Sekitar (22/08) akhirnya dirilis secara resmi oleh Jubir Tim Gugus Tugas Penanganan (TGTP) Covid-19 Pacitan Rachmad Dwiyanto, siang ini di Ruang PPID Diskominfo Pacitan.

Dari 149 orang yang reaktif Rapid ditemukan 4 orang positif Covid-19, 2 pasien dari pengembangan Lingkungan Barang, Arjowinangun dan 2 yang lain merupakan kasus baru dari Desa Widoro, Pacitan. “2 pasien dari Widoro adalah tindak lanjut 3T dari pasien pertama di desa tersebut sehingga total 3 kasus, kini pasien pertama sudah dikarantina di Wisma Atlet,” kata Rachmad (26/08).

Secara detail keempat pasien tersebut meliputi, pertama cluster Arjowinangun berusia 77 tahun, kedua usia 27 tahun yang kost di Arjowinangun ber-KTP Kecamatan Ngadirojo. Sedang untuk pasien ketiga warga Widoro berusia 29 tahun putri pasien pertama. Kemudian terakhir dari Widoro adalah suami pasien pertama dan berusia 45 tahun.

Sehingga total kumulasi kasus Covid-19 di Kabupaten Pacitan menjadi 83 kasus, 60 kasus diantaranya dinyatakan sembuh. Penambahan di wilayah baru akhir-akhir ini membuat upaya 3T (Tracking, Tasting dan Treatment) akan semakin ditingkatkan khususnya di Widoro dan Arjowinangun. “Kita tunggu hasil Tracing, kita juga fokus dengan pendatang baru,” lanjut Rachmad.

Rachmad juga menghimbau kepada masyarakat untuk benar-benar disiplin terhadap protokol kesehatan melalui Memakai masker, Mencuci tangan dan Menjaga jarak, mengingat hanya dengan metode tersebut masyarakat dapat terhindari dari Covid-19. (budi/dod/rch/tika/DiskominfoPacitan).

Gemar Sadur Masuk Top 45 Kovablik Jatim 2020

Wabah Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Leptospirosis pernah menyerang masyarakat Desa Gondosari, Punung. Yang membuat petugas kesehatan Puskesmas Gondosari kewalahan karena tingginya angka kematian yang menyentuh angka 66 persen akibat Leptospirosis, sedang DBD pernah menyentuh angka 105 kasus pada satu kejadian.

Melihat kejadian demi kejadian, memaksa Kepala Puskesmas Gondosari dr. Johan Tri Putranto memutar otak untuk menciptakan satu sistem berbasis kewaspadaan dini dengan pondasi masyarakat sebagai subjeknya.

Akhirnya, lahirlah satu inovasi yang dinamai Gerakan Masyarakat Sadar Surveillance (Gemar Sadur) yang disepakati berbagai pihak utamanya adalah pemdes. Dimulai sosialisasi, pembentukan kader, pengamatan, pelaporan, verifikasi oleh kader yang kemudian ditindaklanjuti oleh tim puskesmas, yang kemudian dievaluasi.

“Cara ini efektif, mudah dan cenderung murah. Para kader mendapat tugas mengawasi 10 rumah disekitarnya,” kata dr. Johan saat berkesempatan memberikan paparan Top 45 Kompetisi Pelayanan Publik Jawa Timur (Kovablik) 2020 didampingi Bupati Pacitan Indartato, wakilnya Yudi Sumbogo beserta jajaran pejabat lingkup Pemkab Pacitan (20/08) di ruang Transit Pendopo.

Johan juga membeberkan keberhasilan Gemar Sadur pada dua kasus penyakit yang sempat terjadi, kini angka DBD hanya dilaporkan sebanyak 39 kasus, sedang Leptospirosis hanya 5 persen. “Sistem kewaspadaan dini yang dahulu 0 persen kini menjadi 80 persen,” tambah Dia.

Puskesmas Gondosari juga tampak lebih siap dengan Pandemi Covid-19 ketimbang pusat kesehatan lain, lantaran kader telah dibentuk dan dibekali. Sehingga dapat menekan angka penyebaran pada titik terendah yakni nol atau Zona Hijau. Hal tersebut membuat Bupati Pacitan Indartato meminta seluruh wilayah untuk menerapkan sistem Gamar Sadur.

“Saya meminta pusat kesehatan lain di Kabupaten Pacitan turut mengaplikasikan inovasi tersebut, apalagi sesuai dengan RPJMD tentang peningkatan derajat hidup masyarakat Pacitan sekaligus tepat untuk menghadapi penyebaran virus corona,” harap Bupati. (budi/anj/rch/tika/DiskominfoPacitan).

HIM Desak Dukcapil Lebih Cepat Lagi Layani Pemohon

Imam Rifai, Ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Pacitan bersama puluhan anggotanya untuk kedua kali sambangi kantor Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil (Dukcapil) Pacitan.

Aksi tersebut berlandaskan bahwa masyarakat merasa resah terhadap pelayanan Dukcapil yang tidak prima, sehingga membuat masyarakat merugi lantaran harus mondar-mandir mengurusi berbagai surat primer mulai dari E-KTP, KK, AKTE dan yang lain.

“KTP maupun KK adalah kebutuhan mendasar, kalau itu tidak cepat itu akan menghambat tujuan masyarakat. Misalnya mau mengurus permodalan. Kalau KTP tidak ada kan repot juga,” kata Imam(24/08).

Imam dan kawan-kawan juga mengaku telah melakukan penyelidikan secara diam-diam, dan menemukan adanya praktik jalur belakang yang mengakibatkan menumpuknya data ganda. Sedangkan hal tersebut diakuinya membutuhkan biaya. “Itu karena tidak melalui birokrasi pada umumnya,” lanjutnya.

Sementara Kepala Dukcapil Pacitan Supardianto kepada Diskominfo Pacitan, mengaku menyambut baik aspirasi HMI tersebut sebagai acuan Dukcapil supaya lebih maksimal lagi dalam melayani masyarakat.

Merujuk pada data yang dihimpun Diskominfo Pacitan, proses perekaman E-KTP tidak membutuhkan waktu lama, bahkan langsung jadi selama data tidak ganda. Namun demikian blangko rata-rata yang tersedia hanya 50 per hari. Sedang untuk pengajuan Kartu Keluarga  (KK) pun tidak jauh berbeda, proses dapat ditunggu selama segala persyaratan lengkap, rata-rata Dukcapil melayani 75 permohonan dalam sehari.

Untuk Akta Kelahiran rata-rata instansi tersebut melayani 50 permohonan dan juga dapat ditunggu. Begitu juga untuk pengajuan pindah datang, Dukcapil melayani 10 sampai dengan 15 permohonan dan langsung jadi.

Namun demikian Supridianto akan memaksimalkan kembali pelayanan tersebut, meski diakuinya Dukcapil hingga kini masih kekurangan SDM maupun alat pendukung. “Mungkin mulai besok kita akan langsung tingkatkan,” katanya.

Tetap ada dampak yang akan terjadi dengan keputusan tersebut, pertama adalah penumpukan permohonan, ia pastikan kurun waktu 3 hari tetap akan terselesaikan. Begitu juga dengan penerapan protokol kesehatan yang akan diprioritaskan bagaimanapun kondisinya. “ Pendaftaran tetap melalui online,” tambahnya.

Diskominfo Pacitan juga melakukan wawancara acak pada pemohon hari itu, dari dua narasumber yang bersedia diwawancara yakni Hendra Kurniawan dan Ririn Andriani yang mengurus E-KTP justru mengaku tidak ada masalah dalam pelayanan di Dukcapil. “Prosesnya lumayan cepat,” ungkap Hendra dan Ririn. (budi/anj/rch/tika/DiskominfoPacitan).

Indartato “Kalau tidak bisa diperingatkan ada tindakan lain”

Foto; PM, TNI, POLRI, Satpol PP dan yang lain dipastikan semakin tegas menindak masyarakat yang melanggar protokol kesehatan, hal ini sesuai Inpres No 6 Tahun 2020.

Pemerintah bersama Tim Gugus Tugas Penanganan (TGTP) Covid-19 Pacitan kian serius menindak para pelanggar protokol kesehatan. Apalagi baru-baru kini tren kasus kembali naik yang bersumber dari cluster lokal dan pendatang.

Saat memantau jalannya kegiatan peningkatan disiplin dan penegakan hukum protokol kesehatan dalam pencegahan dan pengendalian Covid-19 sesuai Inpres Nomor 6 Tahun 2020, Senin pagi (24/08) di pasar Minulyo Pacitan, Bupati sekaligus Ketua (TGTP) Pacitan Indartato menegaskan upaya tersebut dilakukan tidak lain sebagai upaya melindungi masyarakat dari Virus Corona.

Meski ia tahu upaya menyadarkan masyarakat yang mengutamakan pendekatan persuasif tersebut cenderung disikapi dingin oleh sebagian masyarakat. Bukan tidak mungkin berbagai upaya lanjutan yang lebih tajam akan diberlakukan untuk memberikan efek jera. “Sementara penegakan hukum masih ringan,” kata Indartato (24/08) disela pemantauan.

Disamping itu Bupati meminta para camat, kades hingga Ketua RT dan RW di semua wilayah Kabupaten Pacitan untuk lebih serius memantau para pendatang dari luar kota, khususnya dari Ibukota Jakarta dan Surabaya. “Pendatang juga saya minta kesadarannya untuk sadar melapor kepada petugas,” harap Dia. (budi/anj/rch/tika/DiskominfoPacitan).