Berita terbaru
Beberapa waktu belakangan ketersediaan Gas Lpg 3 kg selalu dilaporkan dalam kondisi tercukupi untuk seluruh masyarakat, malahan kuota gas melon tersebut melebihi kuota yang ada.
Hal tersebut justru membuat salah satu agen di kabupaten Pacitan menurunkan harga dari Harga Eceran Tertinggi (HET), keputusan tersebut akhirnya berdampak pada kecemburuan masing-masing agen. Jika ditinjau dari peraturan keputusan agen tersebut tentu tidak melanggar hukum, meski merugikan agen-agen yang lain.
Situasi itu segera disikapi Pemerintah melalui Dinas Perindustrian Dan Perdagangan (Disperindag) kabupaten Pacitan dan Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswana) Madiun.
Pada Hakikatnya menjadi agen pendistribusian gas melon tidak sepenuhnya bisnis oriented yang hanya bertumpu pada laba semata. Agen maupun pangkalan harus sepenuhnya patuh dan taat terhadap aturan yang berlaku. Jika tidak, siapapun berpotensi terjerat tindak pidana jika memaksakan diri keluar dari rel yang ada.
Dari forum yang dipandegani Disperindag Pacitan siang ini ( 11/02) Agus mengapresiasi langkah cepat yang dilakukan pemerintah, dan dirinya mengaku tidak alergi terhadap aspirasi dan masukkan. Namun ia meminta pola berfikir masing-masing agen maupun pangkalan untuk lebih didewasakan. “Gas 3 kg ini adalah amanah dari pemerintah untuk warga masyarakat,” ujar dia dewasa.
Selebihnya dirinya setuju menjadi bagian masing-masing pelaku gas melon untuk berdiskusi guna menemukan penyelesaian dari masalah yang ada. Agus tidak keberatan jika paguyuban yang telah terbentuk dijalin semakin kuat melalui berbagai komunikasi guna menghindari kesalahpahaman antar agen dan pangkalan di kemudian hari.
Usai diskusi tersebut Disperindag Pacitan akan melakukan monitoring dan evaluasi secara masif, untuk menghindari gesekan-gesekan yang tidak penting yang justru bakal merugikan agen, pemerintah maupun masyarakat pengguna gas Lpg bersubsidi. “Antar agen jangan ada geb lagi,” tambah Heru Sukrisno Kadis Perindag Kepada Tim Liputan Diskominfo Pacitan. (bd/Frd/ryt/ss/dzk/rch/tk/DiskominfoPacitan).
Bupati Indartato meresmikan Proyek Rehabilitasi Sarana Air Bersih Desa Sidomulyo Kecamatan Kebonagung program kerjasama dengan Negara Jepang. Bantuan hibah senilai lebih dari Rp.1 milyar itu diserahkan langsung perwakilan pemerintah Negeri Sakura, Konjen Jepang di Surabaya Mr. Tani Masaki kepada Bupati Pacitan.
“Mewakili masyarakat saya sampaikan terima kasih atas segala bantuan karena ini sangat bermanfaat untuk masyarakat”, kata Bupati, Kamis (11/02).
Bupati Indartato berharap kerjasama ini terus berlanjut dan berkembang untuk masyarakat lain yang membutuhkan sarana yang sama. Apalagi, jika melihat fakta belum memadainya kebutuhan air bersih atau air baku masyarakat. Menurutnya, masih ada sekitar 35 persen warga yang kekurangan suplai air bersih terutama saat kemarau .
“Kami berharap fasilitas ini dapat memberi manfaatnya kepada masyarakat untuk mendapatkan air bersih”, kata Konjen Jepang di Surabaya Mr. Tani Masaki.
Mr. Tani Masaki menegaskan bahwa kerjasama ini merupakan etikat baik pemerintah Jepang sebagai perwujudan hubungan baik diantara kedua negara. Dia juga sampaikan rasa terimakasih atas dukungan semua pihak termasuk kepada Wahana Anak Bangsa Peduli Indonesia Maju (Wabpim) atas kerja kerasnya menjembatani proyek sanitasi ini
Proyek Rehabilitasi Sarana Air Bersih Desa Sidomulyo dimulai sejak Januari hingga Agustus 2020. Meski sempat molor akibat sulitnya medan dan pandemi covid 19 namun pekerjaan bisa selesai sesuai tahapan. Dengan panjang instalasi 9.286 meter dari sumber utama fasilitas ini diproyeksikan untuk memenuhi kebutuhan air bersih 4.345 jiwa. Untuk pengelolaan dan perawatan selanjutnya diserahkan kepada kelompok masyarakat serta Himpunan Penduduk Pengelola Air Minum (Hippam) setempat. (humaspacitan/Diskominfo)
Akhirnya Bupati Pacitan Indartato memberikan suri tauladannya kepada masyarakat Pacitan, pagi tadi (11/02) dirinya beserta Istri Luki Indartato dan Wakilnya Yudi Sumbogo beserta Istri disuntik Vaksin Sinovac.
Langkah tersebut merupakan tindak lanjut Kemenkes RI yang telah menerbitkan izin vaksinasi kepada masyarakat yang berusia diatas 59 tahun. “Selaku rakyat yang kebetulan menjabat kami berusaha melaksanakan program ini,” kata Pak in usai divaksin.
Meski sebelum menjalani screening dirinya sempat ditolak karena belum sarapan, namun setelah itu semua proses vaksinasi dapat terlaksana tanpa kendala. “Setelah divaksin rasanya biasa-biasa saja,” ungkap dia.
Menyikapi perspektif masyarakat akan program vaksinasi, Bupati menumpukan harapannya kepada seluruh perangkat desa maupun camat di seluruh Kabupaten Pacitan untuk getol melaksanakan sosialisasi. Tentu bertumpu kepada harapan Kabupaten Pacitan dan Indonesia yang bebas dari virus Corona yang hingga kini masih menjadi perhatian utama pemerintah pusat hingga wilayah.
Sementara itu Plt. Kadinkes Pacitan dr. Hendra Purwaka saat mendampingi vaksinasi tersebut mengungkapkan, seluruh petugas medis yang masuk dalam kelompok lansia juga telah menjalani vaksinasi.
Vaksinasi pada tahap pertama ini Dinkes Pacitan sudah berhasil menyelesaikan 87 persen dari kuota yang diberikan. Lanjut sisanya kata Hendra akan segera terselesaikan, mengingat vaksinasi pada tahap kedua dijadwalkan pada hari Sabtu nanti.
Sedang untuk laporan pasca vaksinasi, hingga kini Dinkes Pacitan tidak menemukan gejala berarti. Namun hendra mengaku ada salah satu peserta vaksinasi yang mengalami sedikit demam. “Paling banyak nafsu makan meningkat,” ungkap Hendra. (bd/hf/Frd/rch/ss/dzk/rch/tk/DiskominfoPacitan).
Bupati Indartato tengah melakukan screening sebelum dilakukan penyuntikan vaksin sinovac. (foto: humaspacitan)
Pondok Tremas bersama Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD, Satpol PP Kabupaten Pacitan, Club Off Road, TNI dan ratusan masyarakat bersama-sama mengevakuasi Masjid Apung Pancer Door yang terbawa arus hingga ke tengah teluk Pacitan.
Menurut Juri Koordinator TRC, kejadian itu terjadi pagi tadi pukul 03:00 WIB dan langsung dilaporkan warga ke BPBD Pacitan beberapa jam kemudian. Seketika itu tim bergerak cepat guna mencegah masjid tidak semakin ke lepas pantai. “Yang pertama kita selamatkan masjid ini (membawa ke tepi pantai) baru kita kembalikan,” kata Dia, (10/02).
Hingga artikel ini dirilis, kondisi Masjid Apung yang dibuat oleh Pondok Tremas 2020 tersebut telah berhasil dibawa ke tepi pantai, proses penarikan menggunakan tali sejauh 340 meter.
Sementara untuk proses pemindahan Masjid Apung tersebut ke posisi awal yakni muara Sungai Grindulu, tim harus menunggu air laut pasang untuk mempermudah evakuasi.
Menurut prakiraan Masjid Apung tersebut dapat terbawa arus dikarenakan telah terjadi abrasi selama hujan mengguyur beberapa hari terakhir, kondisi diperparah ketika arus sungai Grindulu besar sehingga tidak dapat menahan tali bangunan. Beruntung tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut dan Masjid Apung tidak mengalami kerusakan yang berarti. (DiskominfoPacitan).