Dalam rangka penilaian peraih 6 Nominator Terbaik Perpustakaan Umum Desa/Kelurahan
Tingkat Provinsi Jawa Timur, Disperpusip Provinsi Jatim pada tanggal 30 Juni
2020 visitasi ke Pusdes “Maju
Lancar” Desa Bandar Kecamatan Bandar. Sebelumnya telah
diumumkan bahwa Pusdes “Maju
Lancar” menjadi salah satu 6 Nominator Terbaik pada
tanggal 23 Juni 2020 lalu.
Hadir dalam visitasi penilaian tersebut Tim Penilai dari Disperpusip Provinsi Jatim, yakni Dra. Setyo Rahayu P., M. Pd (Kepala Bidang Pengembangan Sumber Daya), Sri Wahyu Hastarini, S. Sos (Kasi Pengembangan Perpustakaan), Sri Purwati, S. Sos., M.Si (Pustakawan Madya). Drs. Cipto Yuwono, M. Pd (Kepala Dinas Perpustakaan Kabupaten Pacitan, Drs. Triyono Abadi, M. Si (Kabid Pengembangan), Yayas Wulan Larasati (Pustakawan Penyelia), Yayuk Agustiani, A. Md (Pustakawan Pelaksana Lanjutan) turut serta menghadiri acara tersebut. Tak ketinggalan juga hadir sebagai tuan rumah Kepala Desa Bandar dan Camat Bandar.
Kegiatan ini
dilaksanakan dengan tetap mengindahkan protokol kesehatan, dengan cuci tangan,
memakai masker/Face Shield, serta jarak 1 meter. Bahkan sebelum datang ke
Pacitan, Tim Penilai yang datang dari Surabaya (notabene kota dengan jumlah
paparan covid-19 terbesar di Jatim) telah melakukan Rapid Test terlebih dahulu
dengan hasil Negatif Covid-19.
Drs. Cipto
Yuwono, M.Pd dalam sambutannya menyampaikan “Selamat datang kepada yang terhormat Tim Penilai
dari Disperpusip Provinsi Jatim, kami mendapatkan juara berapapun akan
kami terima, namun jika mendapatkan juara 1 malah Alhamdulillah”, terangnya.
Tim Penilai memberikan pertanyaan kepada Anita Bidariyati (Kepala Perpustakaan Maju Lancar) dan petugas lainnya setelah selesai memaparkan profil yang berisi seperti pendirian, program kerja, instrumen lomba, sampai anggaran Perpustakaan Desa Bandar tersebut. Pertanyaan yang berkutat seputar program pengembangan literasi di perpustakaan desa “Maju Lancar” itupun mampu dijawab dengan lancar oleh para petugas. Hal tersebut tidak lepas dari hasil koordinasi dan kerjasama yang baik antara Pusdes “Maju Lancar” dengan para pustakawan Dinas Perpustakaan Kabupaten Pacitan. Sekurangnya 5 kali pendampingan terhadap petugas pusdes yang dilakukan oleh Yayuk Agustiani, A. Md sebelum pelaksaanan visitasi penilaian lomba.
Acara yang dimulai dari pukul 10.00 WIB hingga pukul 13.00 WIB tersebut tidak hanya menampilkan pemaparan dari petugas, namun juga menampilkan produk-produk UMKM hasil dari masyarakat setempat yang telah mendapatkan pelatihan UMKM oleh para petugas Perpustakaan Desa “Maju Lancar”, yang merupakan salah satu program literasi perpustakaan desanya.
Bupati sekaligus Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Pacitan
Indartato kembali umumkan penambahan 3 pasien baru di Kabupaten Pacitan,
ketiganya berasal dari transmisi lokal, Sudimoro.
Penambahan tersebut menambah panjang jumlah menjadi 27
kasus, sementara pasien yang berhasil dipulangkan sebanyak 11 orang, sisanya 3
orang menjalani perawatan intensif di rumah sakit dan 13 yang lain menjalani
karantina di Wisma Atlet.
Satgas Covid-19 Pacitan hingga hari ini (01/07) telah
melaksanakan rapid tes sebanyak 2716, hasil reaktif sebanyak 78 atau 2,8
persen. Pemeriksaan Swab sebanyak 560 dan 52 atau 9 persen menunjukkan positif.
“Obat mujarab adalah mematuhi protokol kesehatan,” ucap Bupati saat Press Rilis
di Pendopo Kabupaten.
Lebih rinci, Jubir Satgas Covid-19 Pacitan Rachmad Dwiyanto
dikesempatan yang sama membeberkan, ketiga pasien tersebut berasal dari
Kecamatan Tulakan, Ngadirojo dan satu dari Provinsi Lampung, Sumatera. “Sesuai
KTP dari Lampung, Kontraktor yang sempat kontak dengan satpam terkonfirmasi positif,”
kata Dia.
Satgas Covid-19 Pacitan baru-baru ini juga mulai merambah di
lini dalam instansi pada cluster lokal Sudimoro tersebut. Apalagi salah satu
pasien positif yang kini dirawat di Kabupaten Trenggalek adalah staf di bidang
logistik.
“Info terakhir, Bapak Bupati hari ini sudah melakukan kontak
dengan petinggi di instansi tersebut, menyampaikan dalam waktu dekat akan ada
tes besar-besaran kepada 700-an karyawan,” tambah Jubir.
Jika kondisi semakin memburuk langkah lockdown untuk
instansi tersebut bukan tidak mungkin dilakukan oleh jajaran Satgas, hal
tersebut guna menekan angka positif jika nantinya terjadi ledakan.
Kuatnya penyebaran pada transmisi baru ditunjang fakta
masing-masing kasus yang kedapatan pernah bepergian, membuat Jubir kembali
mengingatkan kepada masyarakat untuk benar-benar menjalankan protokol
kesehatan, minimal memakai masker dan benar-benar menunda lawatan selama
pandemi ini. (budi/rozak/rch/tika/DiskominfoPacitan).
Ada yang menarik pada peringatan hari Bhayangkara Ke-74
tahun 2020 kali ini, Polres Pacitan bagi-bagi SIM gratis kepada masyarakat yang
bertepatan lahir pada 1 Juli atau bertepatan HUT Bhayangkara.
“Benar, ini tidak lain merupakan kado bagi yang lahir di
hari Bhayangkara ke 74,” ujar Kapolres Pacitan AKBP Didik Hariyanto, usai
Resepsi Hari Bhayangkara di Gedung Graha Polres Pacitan (01/07).
Inovasi tersebut menurut Didik adalah program Nasional
sesuai perintah Kapolri Jenderal Polisi Idham Azis yang tertuang pada surat
telegram rahasia (TR) Kapolri bernomor ST/1671/VI/YAN.1.1./2020 tanggal 12 Juni
2020. Ditandatangani langsung oleh Kakorlantas Irjen Pol Istiono. “Kemungkinan
akan berlanjut di tahun-tahun selanjutnya,” ucapnya.
Ini adalah bukti bahwa Polisi hadir untuk rakyat utamanya
pada momentum pandemi covid-19. Sesuai tema ke-74, Kamtibmas Kondusif
Masyarakat Produktif, Polri bersama TNI, pemerintah dan didukung peran serta
masyarakat menang melawan Covid-19. (budi/rch/tika/DiskominfoPacitan)
Menyikapi beredarnya Surat Edaran Nomor
188.45/254/408.21/2020 tentang Pembatasan Sosial (Social Distancing) Sektor
Pariwisata Di Kabupaten Pacitan yang ditandatangani Bupati Pacitan Indartato
baru-baru ini, ditanggapi Bupati sebagai bentuk penyesuaian kembali terhadap
kesiapan destinasi wisata.
“Ada kriteria-kriteria yang harus dilalui, masing-masing
pengelola pariwisata sudah tahu semua,” ujar Bupati usai mengikuti resepsi hari
Bhayangkara di gedung Graha Polres Pacitan (01/07).
penyesuaian tersebut bukan semata-mata adanya penambahan 3
pasien baru Covid-19 yang diumumkan secara resmi (27/06) akhir pekan lalu.
Faktanya Kabupaten Pacitan masih mengantongi zona kuning, salah satu syarat
penting pembukaan kembali destinasi wisata. “Bagi yang siap ya kita akan
sesuaikan,” terangnya.
Sedang penambahan cluster dan pasien baru menurut Bupati
adalah rambu kepada masyarakat dan pelaku wisata supaya lebih waspada dan
berhati-hati terhadap Covid-19. Melalui menerapkan protokol kesehatan dengan
penuh kedisiplinan. “Protokol kesehatan adalah kata kunci kita supaya
pariwisata tidak menjadi cluster baru,” pungaks Indartato.
(budi/rch/tika/DiskominfoPacitan).
Masih membekas jelas dalam ingatan, betapa Jepang luluh
lantak akibat serangan udara Amerika di dua kota yakni Hiroshima dan Nagasaki.
Bendera putih pun terpaksa mereka kibarkan tanpa syarat melalui pernyataan
resminya pada 2 September 1945 di atas Kapal USS Missouri di Teluk Tokyo.
Padahal sebelumnya, negeri Matahari Terbit itu gagah gempita
menggurita menguasai hampir seluruh
daratan Asia, termasuk Hindia Belanda, nama Indonesia saat itu. Bahkan
lebih jauh mundur ke belakang tepatnya 7 Desember 1941, Angkatan Laut Jepang
dengan berani menyerang Armada Pasifik Angkatan Laut Amerika Serikat di AL
Pearl Harbour, Hawai. Serangan mendadak ini menghancurkan armada laut Amerika
sekaligus memproyeksikan kekuatan sesungguhnya Jepang di mata petinggi militer
Amerika.
Sekilas kisah jatuhnya bom atom tersebut, rasa-rasanya
Jepang sukar untuk bangkit, minimal mengimbangi atau sekedar mengekor
Negara-negara berkembang di Asia. Kehancuran pada sektor ekonomi begitu massif,
bahkan ledakan bom atom bukan saja menghabisi ratusan ribu jiwa, namun mereka
yang selamat mengidap berbagai penyakit akibat radiasi yang ditimbulkan bom
atom, jelas semua itu menjadi beban utama pemerintah dan masyarakat Jepang.
Namun apa yang terjadi kini, Jepang dengan segala
keterbatasan dan problematika rakyat dan pemerintahnya akan pleasure sekutu
sepertinya bukan menjadi soal untuk bangkit. Bukan lagi gencat senjata seperti
Perang Dunia II, namun tampil anggun pada dimensi lain yakni bergulat pada
ekonomi dan kesejahteraan.
Lantas apa bedanya dengan Indonesia yang terlahir pada tahun
1945, Indonesia di tangan dingin Soekarno dan tokoh-tokoh mampu bersatu dan
mengusir Kolonialisme Belanda. Berbagai trik dan intrik politik bahkan fitnah sepertinya sama
saja terjadi demi tetap mencengkeram Sabang hingga Merauke yang kaya sumber
daya alam.
Jika dikaitkan dengan pandemi Covid-19 di Indonesia saat ini
sepertinya tak jauh berbeda dengan situasi perang. Namun perlu diingat berbagai
momentum penting pernah mendewasakan bangsa ini, misalnya saja krisis ekonomi
1998. Waktu itu Inflasi memaksa Presiden
Kedua Soeharto harus turun dari tampuk kekuasaannya pada 21 Mei 1998, peristiwa
tersebut sekaligus merubah peradaban Indonesia menjadi Era Reformasi.
Akses informasi yang mudah abad 21 kini, banyak pakar dan
pemikir ikut terjun berbagi solusi pada
persoalan pandemi virus corona di akun-akun Youtube pribadinya, membuat siapa
saja termasuk masyarakat di kota kecil seperti Kabupaten Pacitan dengan mudah
mengakses dan mendalaminya tanpa harus terpaku pada media mainstream.
Salah satunya yang tengah ramai diperbincangkan adalah
Mardigu Wowiek, salah satu unggahannya menyampaikan pandemi sebenarnya dapat
menjadi momentum untuk menyalip perekonomian di tikungan tanpa mengindahkan
kemanusiaan. Melalui mekanisme kompak satu suara yang beralaskan protokol
kesehatan.
Sebagai gambaran sejak pasien pertama terkonfirmasi positif
di Pacitan 9 April lalu, pemerintah melalui Satuan Gugus Tugas Penanganan
Covid-19 telah mengeluarkan anggaran setidaknya 12 Miliar Rupiah, angka ini
belum seberapa jika dibanding pemangkasan pagu anggaran di setiap instansi oleh
pusat, memaksa perbidang tidak dapat melaksanakan tugasnya.
Sampai pada pasien ke 24 di Kabupaten Pacitan, situasi
perekonomian, pendidikan dan yang lain hingga kini dapat diasumsikan masih
tersungkur. Fakta lain infeksi Covid-19 dipastikan akan terus bertambah sejalan
dengan jumlah uji Rapid dan Swab kepada masyarakat yang dicurigai. Hal itu
membuat upaya penekanan terasa sukar dilakukan, meski Presiden Joko Widodo pada
lawatanya ke Surabaya 25 Juni kemarin
menginstruksikan Jawa Timur Harus menekan angka positif Covid-19 dengan
tenggang waktu singkat, 2 minggu.
Kemudahan informasi membuat masyarakat cerdas dalam
menangkap segala hal yang terjadi meski tanpa memilah, yang menimbulkan
berbagai asumsi yang terkadang disampaikan pada tiap kolom komentar di akun
resmi Pemkab Pacitan. Mulai dukungan, ungkapan prihatin hingga umpatan tanpa
tanpa fakta dan solusi. Mestinya pengetahuan yang diperoleh menjadi modal
penting untuk andil dalam memerangi pandemi ini, bukan malah mengendorkan
semangat yang lain dengan sikap acuh tak acuh merasa paling tahu tentang
Covid-19.
Sikap bijak beratap agama dan budaya adalah solusi nyata.
Kembali pada Negara Jepang yang mampu bangkit berlandaskan sikap disiplin yang
memegang teguh nilai budaya dan kepercayaannya. Bahkan hingga kini meski mereka
bertetanggaan dengan musik K-POP maupun Drakor, mereka tetap percaya diri
mengikuti upacara minum teh lengkap dengan Kimononya.
Pacitan di dalam Indonesia lebih jika dibanding Negeri
Sakura, agama dan budaya Pacitan sangat mendarah daging, sumber daya tak perlu
ditanya, apalagi jumlahnya. Pacitan memiliki segalanya dengan 500 ribu jiwa.
Permasalahannya adalah kemauan, bangkit dan satu suara dengan segala informasi
dan pengetahuan yang dimiliki untuk menghadapi pandemi.
Tanpa saling mengintervensi dan menyalahkan, sekali lagi
segala teori tersebut justru harus menjadi semangat tiap-tiap diri dalam
melakoni kehidupan bersama pemerintah. Semangat menjalankan protokol kesehatan
yang disampaikan pemerintah mulai memakai masker, pysical distancing maupun
rajin cuci tangan dengan disiplin dan penuh ikhlas.
Menggapai mimpi Pacitan yang ber-zona hijau adalah tujuan
awal, tercapai misi pertama berimbas berbagai upaya lanjutan dapat dilakukan
pemerintah bersama satgas, mulai launching obyek pariwisata, membuka sekolah
dan pondok pesantren dal lain-lain.
Tak lama ekonomi akan kembali bangkit, UMKM kembali
menggeliat, termasuk gelontoran anggaran pemerintah pusat akan kembali
terkucur. Bukan untuk uji Rapid maupun Swab, namun untuk hal-hal yang lebih
penting seperti pembangunan jalan, program peningkatan SDM maupun upaya
pengentasan kemiskinan.
Mari mengawali semua dengan merasa malu jika menjadi tokoh
antagonis, contohnya mengindahkan aturan pemerintah akan protokol kesehatan dan
sebagainya. Kampung Tangguh Semeru yang digadangkan salah satunya mesti
disukseskan bersama-sama. Karena dengan hal sederhana itu siapa saja adalah
pahlawan dan Pacitan dan Indonesia lebih dari sekedar Jepang.
(budi/rch/DiskominfoPacitan).