Berita terbaru

Indartato Ingin Tremas Menjadi Contoh Nasional

Cepat atau lambat lembaga pendidikan non formal pesantren harus segera beroperasi mendidik para santri sebagai generasi penerus bangsa, di Kabupaten Pacitan Pondok Pesantren Tremas memiliki peranan strategis bahkan di kancah Nusantara.

Berbagai kesiapan matang harus dilakukan menyambut ribuan santri yang bakal memadati salah satu pondok tertua di Indonesia tersebut, dengan disiplin tinggi tanpa kesalahan sekecil apapun. Mengingat pondok tersebut umumnya memiliki santri dari berbagai wilayah di pulau Jawa bahkan Nasional.

“Kita hari ini bersama-sama dengan satuan gugus tugas melihat langsung kesiapan pondok. Ternyata sesuai dengan SOP yang berlaku. Nantinya pondok ini saya harapkan menjadi contoh bagi pesantren lain di Pacitan bahkan Nasional,” kata Bupati sekaligus Ketua Satgas Covid-19 Pacitan Indartato (15/05) saat berkesempatan meninjau Pesantren Tangguh di Pacitan.

Sementara Luqman Al Hakim Harst Dimyathi atau akrab disapa Gus Lukman, salah satu Pengasuh Pondok Tremas mengaku mengapresiasi kunjungan Bupati beserta jajaran terhadap persiapan Pondok Tremas.

Meski disatu sisi pihaknya belum dapat memastikan pesantren yang mempunyai lebih dari 4000 lebih santri tersebut kapan benar-benar dibuka kembali. Namun yang pasti mekanisme yang bakal digunakan adalah mendahulukan para santri dari wilayah-wilayah yang aman dari pandemi Covid-19.

Ketua Gerakan Ayo Mondok Nasional tersebut juga menomorsatukan persetujuan pemerintah mulai Kabupaten hingga pemerintah desa. Hal tersebut mencerminkan Tremas enggan menorehkan masalah baru yang merugikan banyak pihak dalam pembukaan yang direncanakan.

Namun sesuai maklumat, pada tanggal 13 Juli mendatang rapat terkait hal tersebut bakal kembali dibahas. Karena Pihak Tremas memahami koordinasi dan kehati-hatian menjadi penentu dalam pembukaan tersebut. “Ada satu pesantren yang kembali dibuka, selang 2 hari digeruduk masyarakatnya,” kata Gus Lukman menghindari blunder semacam itu. (budi/anj/rch/tika/DiskominfoPacitan).

Pasar Kuat dan Kampung Tangguh

Disamping masyarakatnya, Desa memiliki peran vital menentukan tangguh atau tidaknya suatu wilayah dalam menghadapi ancaman pandemi Covid-19, melihat kenyataan tersebut Bupati Pacitan Indartato yang juga Ketua Satuan Gugus Tugas Covid-19 Pacitan mengukuhkan desa tangguh atau biasa disebut Kampung Tangguh Semeru.

Di Kecamatan Arjosari, Desa Jatimalang terpilih menjadi percontohan pertama, lantaran desa tersebut masih berstatus Hijau atau zero pasien corona. Banyak faktor yang harus disiapkan untuk menuju menjadi desa tangguh, selain sarana dan prasarana juga komitmen dari pemerintah dan masyarakatnya.

Indartato dalam kesempatan tersebut mengapresiasi komitmen penting tersebut, nantinya desa tangguh harus terinstal semua desa di Kabupaten Pacitan. “Kami berharap hal ini tidak hanya Ceremony belaka,” kata Bupati.

Sebelumnya rombongan Satgas Covid-19 Pacitan itu juga menyempatkan diri, melihat langsung Pasar Arjosari yang dilaunching menjadi Pasar Kuat. (budi/anj/rch/tika/DiskominfoPacitan).

Angka Covid Bertambah 1 Dari Cluster Yang Belum Jelas

Angka pasien positif Covid-19 kembali bertambah di Kabupaten Pacitan, disampaikan langsung Wakil Bupati Pacitan Yudi Sumbogo dan seluruh jajaran termasuk Ketua Satgas Covid-19 Pacitan Indartato di Pendopo Kabupaten (12/06).

Penambahan ini bermula saat RSUD dr. Darsono kedatangan 2 PDP baru dari Kecamatan Kebonagung dan Arjosari. Seketika uji Swab dilaksanakan kemarin (10/06), hasil uji menunjukan 1 pasien berusia diatas 60 tahun yang masuk usia rentan dari Kecamatan Kebonagung positif Covid-19.

“Dari 21 spesimen yang dikirim, 20 spesimen negatif. 1 positif. Sehingga total 17 orang positif,” kata Wabup dihadapan awak media.

Sementara Jubir Covid-19 Pacitan Rachmad Dwiyanto di kesempatan tersebut menambahi, pasien dari episenter Jakarta tersebut datang ke RSUD dr. Darsono dalam kondisi sakit dan langsung dirawat. “Tambah satu menjadi 17, semoga angka keramat ini menghentikan angka Covid-19 di Pacitan,” ungkap Jubir.

Sebenarnya Kecamatan Bandar tercatat 1 positif Covid-19 baru-baru ini, namun saat ini pasien baru tersebut berada dan menjalani perawatan disalah satu rumah sakit di Surabaya. Hal tersebut lantas bukan menjadi tanggung jawab Satgas Covid-19 Pacitan.

Pemerintah pun melakukan upaya lebih keras untuk menekan angka ini, Jubir mengungkapkan bahwa pihaknya akan melewati metode tracking kepada keluarga. Dua keluarga dari Bandar dan Kebonagung dipastikan langsung menjalani tes Swab. “Tidak banyak. Keluarga inti saja,” tambah Rachmad. (budi/alazim/rch/tika/DiskominfoPacitan)

Inflasi dan deflasi Kabupaten Pacitan pada bulan Mei 2020

Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan salah satu indikator ekonomi yang sering digunakan untuk mengukur tingkat perubahan harga (inflasi/deflasi) di tingkat konsumen, khususnya di daerah perkotaan. Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket komoditas yang dikonsumsi oleh rumah tangga. Di Indonesia, tingkat inflasi diukur dari persentase perubahan IHK dan diumumkan ke publik setiap awal bulan (hari kerja pertama) oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

Bulan Mei 2020, Kabupaten Pacitan mengalami deflasi  sebesar 0,01 persen atau terjadi penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 104,09 pada bulan April 2020 menjadi 104,08 pada bulan Mei 2020. Selama kurun waktu tahun 2018 s/d 2020 inflasi bulan Mei yang tertinggi terjadi pada tahun 2019 yaitu sebesar 0,31 persen.

Inflasi bulan Mei 2020 ini dipicu oleh beberapa komoditi yang mengalami kenaikan harga, antara lain  bawang putih, bawang merah, tongkol, wortel, minyak goreng, pepaya, salak, sawi hijau, ketela pohon, dan daging sapi. Sementara komoditi yang menyebabkan terjadinya deflasi adalah cabai rawit, telur ayam ras, cabai merah, pasir, daging ayam ras, layur, semen, jeruk, beras, dan pisang. Deflasi di Kabupaten Pacitan disebabkan karena turunnya indeks harga konsumen pada kelompok bahan makanan yaitu sebesar 0,15 persen, dan kelompok perumahan yaitu sebesar 0,07 persen.                                                                                               

Andil terbesar penyumbang deflasi di Kabupaten Pacitan adalah kelompok bahan makanan  yaitu dengan deflasi sebesar 0,15 persen dan memberikan sumbangan sebesar -0,03 persen. Kemudian diikuti kelompok perumahan  yaitu dengan deflasi sebesar 0,07 persen dan memberikan sumbangan sebesar -0,02 persen. Sementara andil terbesar terjadinya inflasi adalah kelompok makanan jadi dengan inflasi sebesar 0,18 persen dan memberikan sumbangan sebesar 0,02 persen, kelompok sandang dengan inflasi sebesar 0,09 persen dan memberikan sumbangan sebesar 0,01 persen, kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan dengan inflasi sebesar 0.06 persen dan memberikan sumbangan sebesar 0,01 persen, kelompok kesehatan dengan inflasi sebesar  0,02 persen dan memberikan sumbangan sebesar 0,00 persen, dan  kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga dengan deflasi sebesar 0,00 persen dan memberikan sumbangan sebesar 0,00 persen. (statistik/DiskominfoPacitan)

New Normal Bukan Abnormal

Pandemi Covid-19 punya peran penting mempengaruhi situasi perekonomian masyarakat Kabupaten Pacitan. Khususnya mereka yang bergantung pada bisnis pariwisata, hampir-hampir mereka benar-benar tanpa pemasukan sama sekali tiga-empat bulan terakhir. Belum lagi pedagang, pelaku industri kreatif nelayan dan yang lain, menjadi peserta terdampak runtuhnya ekonomi akibat pandemi Covid-19.

Wacana New Normal yang tengah ramai menjadi pembahasan khalayak oleh media mainstream seakan memberi angin segar ditengah kehampaan. Mimpi perekonomian yang normal tanpa meninggalkan faktor kesehatan dan kemanusiaan memang tengah digodok pemerintah mulai tingkat pusat hingga wilayah-wilayah sehingga semua tidak berlarut-larut.

Dari teluk pantai Watu Karung, Pringkuku Suprapto menyambut gembira rencana ini, 10 kamar homestay yang ia gunakan untuk menjaring rupiah telah lama tidak dijamah tamu, bahkan selama ini karyawannya terpaksa ia pulangkan sementara karena bisnisnya mogok. “Sudah kami persiapkan segala hal untuk menyambut tamu,” ujar Dia begitu semangat.

Sesuai arahan pemerintah oleh Suprapto ia laksanakan sepenuhnya protokol kesehatan sesuai SOP, termasuk berbagai penyesuaian manajemen sehingga berjalannya New Normal tidak menjadi abnormal. “Pemantauan orang asing yang telah berjalan sepenuhnya kita laksanakan,” lanjut Dia.

Tak ayal, Watukarung bukan saja primadona wisatawan domestik, mereka para pehobi surfing dari belahan bumi lain begitu mengidolakan ombak Watu Karung. Kenyataan tersebut membikin momentum pada bulan-bulan terakhir 2020 tetap menjadi asa bagi mereka pelaku wisata. “Sudah banyak yang menelpon kemarin, tapi sesuai pemerintah masih kita tolak. Semoga New Normal segera dimulai,” harap Dia.

Diantara profesi yang yang lain, nelayan pun termasuk korban Covid-19, sebut saja Budi Santoso, nelayan yang fokus mencari lobster yang tinggal tak jauh dari bibir pantai Watu Karung ini juga merasakan dampak pandemi. “Karena tidak ada wisatawan pesanan lobster juga menurun,” ujar Budi.

Selama ini untuk menyambung hidup, budi dan rekan-rekannya mengaku mencari kesibukan lain supaya asap dapur tetap mengepul, termasuk bekerja sebagai kuli bangunan. Kepada Diskominfo Pacitan wajah lugunya menyiratkan semangat menyambut New Normal dengan segala mekanismenya, sehingga ekonomi tetap berjalan dan Covid-19 dapat dilumpuhkan.  (budi/rch/tika/DiskominfoPacitan)