Kecamatan Arjosari mempunyai lahan sawah seluas 989 ha.
Biasa ditanami padi oleh masyarakat setempat, dan bisa hasilkan panen padi
sebanyak 2-3 kali dalam satu tahun. Kondisi ini dapat dimaksimalkan untuk
peningkatan dan pengembangan tanaman hortikultura untuk menambah penghasilan
petani.
Tanaman hortikultura sebenarnya sudah menjadi bagian dari
sumber penghasilan masyarakat Arjosari sejak lama. Strategi selanjutnya, untuk
meningkatkan produksi hortikultura adalah dengan pembentukan kawasan
hortikultura.
Dibentuknya kawasan hortikultura akan memudahkan
pengembangan budidaya, pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT),
penanganan pasca panen hingga tahapan pemasaran.
“Secara spesifik pendekatan kawasan dirancang untuk
meningkatkan efektivitas kegiatan, efisiensi biaya dan mendorong keberlanjutan
kawasan komoditi unggulan,” kata Dian Anggarimurni Kasi Produksi Tanaman
Hortikultura Dinas Pertanian kemarin19/09.
Strategi dasar pengembangan kawasan hortikultura di Arjosari
dapat diawali dengan optimalisasi komoditas unggulan yang telah berkembang
seperti sayuran, cabai, pepaya, semangka, durian dan biofarmaka yang secara
terfokus dan terarah kemudian dikembangkan melalui pendekatan agribisnis dengan
memperhatikan keterkaitan hulu-hilir secara berkesinambungan. “Harapannya
daerah menjadi maju dan masyarakatnya menjadi sejahtera sesuai dengan yang
dicita-citakan,” harapnya.
Sedangkan Kelompok Tani di Kecamatan Arjosari sudah mulai
mengembangkan tanaman-tanaman hortikultura seperti cabai, melon, semangka, pepaya
california, durian dan biofarmaka. Tanaman cabai tumbuh baik di beberapa desa,
antaranya ada di Desa Kedungbendo, Pagutan, Gunungsari, Borang, dan Gembong.
Di Desa Kedungbendo, petani menanam cabai varietas Dewata
sekitar seluas 3 ha. Tanaman cabai bisa tumbuh sehat dan subur dengan hasil
panen yang melimpah. Hasil panen cabai
dapat meningkatkan kesejahteraan petani, dengan harga jual cabai saat ini
mencapai Rp.25.000-Rp.30.000 per kilogram. Dengan harga sebesar itu, petani
sudah memperoleh keuntungan.
Kendala di lapangan tidak terlalu banyak, keluhan yang
sering dijumpai menurut Sartono salah satu petani cabai, adalah masalah harga
mulsa yang dinilai mahal, yakni sekitar Rp. 700.000 satu gulung.
Menyikapi masalah Sartono dan kawan-kawannya sesama petani
cabai, Dinas Pertanian tahun ini memberi pendampingan bimbingan teknis dan bantuan sarana produksi pertanian berupa
mulsa dan pupuk. Bantuan ini bersifat stimulan yang digunakan untuk
pengembangan kawasan cabai seluas 6 hektar di Desa Gembong, Pagutan dan
Temon. Luas tanam cabai rawit tahun 2018 mencapai 17 ha dengan produksi 41
ton dan produktivitas 45 ku/ha (data
Dinas Pertanian 2018).
Berdasarkan data Dinas Pertanian tahun 2018, tanaman buah
lainnya yang berpotensi untuk dikembangkan di Arjosari adalah pisang, durian
dan pepaya. Jumlah tanaman durian sekitar 15.541 pohon, produksi 202 ton dan
rata-rata produksi 0,22 ku/pohon.
Tanaman pisang 22.522 rumpun, produksi 846 ton dan provitas 0,60
ku/rumpun. Sedangkan pepaya jumlah
pohonnya 9.822, produksinya 160 ton dan provitas 0,18 ku/pohon.
Tanaman pepaya banyak dikembangkan oleh kelompok tani di
Desa Gunungsari dan Pagutan. Pada saat ini, Pepaya jenis California telah
dibudidayakan pada lahan seluas sekitar 0,5 ha. Pepaya jenis ini sangat laku di
pasaran. Selain rasanya yang manis, juga
teksturnya lebih keset dibanding pepaya jenis lainnya sehingga tahan lebih
lama. Harga pepaya yang cenderung stabil
sekitar Rp.6.000/kg bisa menjadi
tambahan pendapatan petani.
Dinas Pertanian dan petugas lapangan terus berupaya untuk
mengembangkan potensi hortikultura di wilayah Arjosari. Pengembangan kawasan
hortikultura membutuhkan dukungan dari semua pihak terutama dari pemerintah
setempat. Peran kelompok tani menjadi dominan sebagai sarana untuk bimbingan,
pendampingan dan diskusi untuk mengatasi masalah yang timbul hasilnya kawasan
hortikultura terwujud di Kecamatan Arjosari.
(DinasPertanian/budi/riyanto/wira/DiskominfoPacitan).