Hari Perhubungan Nsional (Harhubnas) ke-48 tahun 2019
hendaknya menjadi refleksi untuk insan perhubungan. Karena tantangan zaman akan
kian bertambah. “Sekaligus menyamakan persepsi untuk menyamakan pelayanan
kepada masyarakat,” kata Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dalam sambutan
yang dibacakan Bupati Pacitan Indartato saat upacara peringatan Harhubnas, Hari
Olahraga Nasional ke-36, dan Hari Palang Merah Indonesia (PMI) ke-74di halaman
pendapa kabupaten, Selasa (17/9/2019).
Menteri juga mengingatkan bahwa peran sektor perhubungan
sangat strategis. Khususnya dalam upaya mendukung keberhasilan pembangunan
nasional. Sebab, dengan sistem perhubungan yang mumpuni, program maupun proses
pembangunan di Indonesia dapat terwujud.
Pada kesempatan itu pula, usai pelaksanaan upacara,
diserahkan sejumlah penghargaan untuk atlet-atlet berprestasi. Baik tingkat
internasional maupun regional. Diantaranya kepada Amel Candra Novita Sari yang
meraih juara 1 kejuaraan internasional angkat besi remaja kategori 40+Kg pre
youth. Selain itu diserahkan pula piagam untuk delapan orang pendonor aktif di
PMI dan seragam Linmas ke Desa Penggung, Kecamatan Nawangan. Pada penghujung
kegiatan dilaksanakan kirab piala Wahana Tata Nugraha 2019 yang kembali diraih
Kabupaten Pacitan. (humaspacitan/DiskominfoPacitan)
Piter Edward terang-terangan mengaku terkesan dengan
Pemerintah Kabupaten Pacitan atas antusias dan komitmen dalam rangka menjadi
pelayan masyarakat, termasuk berbagai kerja sama yang dilakukan dengan
Kolaborasi Masyarakat dan Pelayanan untuk Kesejahteraan (KOMPAK).
Ini disampaikan DFAT, Human Development Kedutaan Australia
itu kepada tim Diskominfo Pacitan disela agenda Pemantauan Bersama Pemerintah
Indonesia dan Australia pada implementasi program KOMPAK, di Desa Pucangombo
Kecamatan Tegalombo 16/09. Berbagai bentuk terobosan yang telah dilaksanakan di
lini pelayanan dasar dipantau kualitasnya yang berujung pada peningkatan taraf
hidup masyarakat Pacitan. “Sehingga dapat menekan angka kemiskinan,” ujar
Piter.
Tiga program unggulan yang dilakoni KOMPAK bersama Pemda
Pacitan, mulai pengentasan kemiskinan, Adminduk dan pengembangan ekonomi lokal
diharap tidak sekedar ceremony belaka, namun benar-benar terkonsep dan
terlaksana sempurna. Jika baik menurut Piter Kabupaten dan Kota lain akan
mencontoh program tersebut.
Seperti halnya Tombak, ujungnya mesti setajam silet. Begitu
juga sebuah Negara yang memiliki desa sebagai tangan terluar. Harus
diberdayakan dan difasilitasi. Menurut Ahmad Gading Gunadi Direktur
Pengembangan UKM dan Koperasi Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD)
Provinsi Jawa Timur mengungkapkan, Negara sudah waktunya hadir ditengah-tengah
masyarakat untuk melayani. “Masalah KTP itu kan kebutuhan Negara. Negara Butuh
data, gitu kan?,” kata Gading mencontohkan.
Diakui Gading, komitmen Kabupaten Pacitan patut diacungi
jempol, bahkan dirinya tidak segan-segan akan menginformasikan kepada Kabupaten
dan Kota lain supaya mengikuti komitmen pemerintah dan KOMPAK tersebut. “Supaya
mereka tertarik mencontoh,” tegas Dia.
Persentase kemiskinan di kota 1001 Goa menurut kacamata
Gading tergolong tinggi dan harus terus ditekan melalui langkah-langkah inovasi
pemerintah. Hal yang sudah dilakukan bersama KOMPAK harus terus didukung supaya
semangat memberantas kemiskinan berhasil.
Termasuk inovasi baru khususnya pada aspek Ekonomi sebagai
stimulus langsung. “Pemerintah terus memberikan bantuan dasar, tapi alangkah
baiknya jika kita tingkatkan kemampuan mereka dari sisi ekonominya,” tambah
Dia.
Banyak yang mesti digarisbawahi oleh Bupati Pacitan
Indartato, di kesempatan yang sama ia menekankan pada perubahan sikap, seperti
para kaum marginal yang harus diangkat kondisinya bersama-sama utamanya dengan
KOMPAK yang telah mendukung semua PR Pemda Pacitan.
Masih banyak waktu bersama KOMPAK sebagai pendukung pemerintah,
masyarakat harus benar-benar merasakan manfaatnya secara langsung melalui
berbagai peningkatan dan penyempurnaan inovasi.
(budi/riyanto/wira/DiskominfoPacitan).
Festival Ronthek Pacitan 2019 usai digelar, ditandai
penampilan Kelurahan Baleharjo sebagai penyaji terakhir. Pengumuman pemenang
seketika dilaksanakan melalui akun resmi Pemerintah Kabupaten Pacitan. “Rampung
peserta terakhir, para juri langsung rapat pemenang dan seketika kita umumkan,”
ujar Daryono Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Diknas) Pacitan 14/09 usai
acara.
Tepatnya pukul 03:00
WIB Zulkarnain Mistortoify M.Hum, Joko Suranto, S.Sn, M.Hum dan Sigit Setiawan,
M.Sn. menandatangani Surat Keputusan Dewan Juri Festival Ronthek Kemerdekaan
Tahun 2019 disaksikan Daryono, seluruh Pejabat dan Staf Diknas serta Kabid
Informasi Dikominfo Pacitan Agus Anshori Mudzakir sebagai ketua Tim
Peliputan Pemkab Pacitan.
Mengingat Ronthek
adalah kegiatan Pemda Pacitan paling bergengsi dan selalu menjadi sorotan, maka
keputusan hasil pemenang dibuat cepat. Tidak ingin beredar suara sumbang pasca
penetapan dan sebagai komitmen pemerintah, sebab acara besar selama tiga hari
itu menguras banyak energi seluruh instansi.
Sebagai contoh Dinas
Lingkungan Hidup yang harus kerja keras membersihkan sampah sebelum dan sesudah
acara tiap malam dengan menerjunkan seluruh staf. Begitu juga Tim Peliputan
Live Streaming Diskomunfo Pacitan, seluruh tim harus kerja siang malam demi
memberikan pelayanan yang terbaik kepada semua pencinta Ronthek di mana pun
berada.
Masih lekat dalam
ingatan, Diskominfo sempat merilis komentar Bupati Pacitan Indartato beberapa
hari sebelum perhelatan dimulai, Pak In sapaan akrabnya mengatakan, harapan terbesar adalah kesenian Ronthek
menjadi salah satu hiburan unggulan yang dicintai masyarakat di dalam dan luar
Pacitan, berujung pada peningkatan jumlah pariwisata.
Sudah barang tentu
profesionalitas wajib menjadi tumpuan, tercermin dari pemilihan dewan juri dari
praktisi pendidik baik dari Kota Solo dan Yogyakarta yang mengedepankan standar
tinggi pada setiap penilaian dari masing-masing penyaji untuk menjadi sang
juara.
Kembali, usai
penetapan juara umum, 17/09 Pak In menyampaikan ucapan terima kasih kepada 36
peserta yang penampilannya memukau membuat sepanjang rute menjadi lautan
manusia. Itu adalah penanda, bahwa prestise Festival Ronthek sangat tinggi
dimata masyarakat, bahkan sebagian dari mereka mengaku harus berangkat dari
siang hari demi mendapat tempat. “Jika ada kekurangan saya kira adalah wajar,”
kata Pak In.
Namun demikian,
berbagai masukan yang ada adalah bentuk cinta masyarakat terhadap Festival
Ronthek melalui berbagai dukungan dan apresiasi. Cerminan ini wajib untuk dicatat
sebagai bahan evaluasi, hasilnya perhelatan di waktu yang akan datang niscaya
akan lebih baik lagi. (budi/riyanto/wira/Dzakir/DiskominfoPacitan).
BANGGA: (Dari kiri ke kanan) Kadishub Pacitan Wasi Prayitno, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, Bupati Pacitan Indartato, dan Kasat Lantas Polres Pacitan AKP Miftahul Amin usai menerima Piala Wahana Tata Nugraha (WTN) di Jakarta, Minggu (15/9/2019). (Foto: Istimewa)
Pacitan – Kabupaten Pacitan kembali meraih penghargaan Wahana
Tata Nugraha (WTN). Ini setelah daerah dengan julukan ‘Kota 1001 Gua’
dinyatakan memenuhi kaidah keselamatan transportasi. Penghargaan tersebut
sekaligus wujud sinergitas semua pihak yang tergabung dalam Forum Lalu Lintas.
Wasi Prayitno, Kepala Dinas Perhubungan Pacitan menjelaskan
kriteria penilaian WTN meliputi beberapa aspek. Antara lain pengelolaan sarana
prasarana, pengelolaan kelalulintasan, dan sebagainya. Dari kedua aspek
tersebut Kabupaten Pacitan memperoleh nilai cukup menggembirakan.
“Ke depan yang harus kita benahi adalah pengelolaan dari sisi
sarana. Utamanya adalah yang berkaitan dengan keselamatan jalan maupun
keselamatan kendaraan,” terang Wasi Prayitno dihubungi Radio Suara Pacitan usai
serah terima penghargaan, Minggu (15/9/2019) siang.
Selama ini, lanjut pejabat penghobi sepak bola tersebut,
prosedur baku keselamatan kendaraan telah dilaksanakan. Satu di antaranya
berupa uji berkala. Peralatan yang dimiliki pun tergolong memadai. Adapun
target berikutnya adalah penyederhanaan prosedur yang lebih mudah dan singkat.
Lalu bagaimana dengan beratnya geografis medan Pacitan yang
bergunung-gunung? Menurut Wasi kondisi itu justru menjadi tantangan tersendiri.
Ini terbukti dengan lahirnya inovasi ‘Anti Cilukba’. Yakni upaya meratakan
jalan dengan kemiringan tinggi. Dengan begitu pandangan pengemudi makin bebas.
Dampaknya angka kecelakaan dapat ditekan.
“Justru (inovasi) itu yang diapresiasi oleh juri bahwa
komitmen Pemkab Pacitan untuk mengurangi kecelakaan dari sisi prasarana juga
terus dilakukan,” tambahnya.
Kasat Lantas Polres Pacitan AKP Miftahul Amin menambahkan dari
sisi pemahaman masyarakat dalam berlalulintas pihaknya memiliki sejumlah
terobosan. Salah satunya adalah sosialisasi kepada masyarakat dari kalangan
usia produktif. Secara rutin, anggota Satlantas masuk ke sekolah-sekolah untuk
memberikan penyuluhan.
“Stop pelanggaran, stop kecelakaan lalu lintas. Sehingga generasi
muda kita selamat, aman, dan nyaman,” tegasnya sembari menjelaskan jika remaja
merupakan aset sekaligus penerus bangsa yang harus dilindungi.
Pada kesempatan sama, Bupati Indartato menyampaikan penghargaan
kepada masyarakat pengguna jalan di Kabupaten Pacitan. Ini terutama berkaitan
kebiasaan tertib berlalulintas yang sudah membudaya. Pak In berharap kekompakan
antarelemen yang sudah ada dapat terus diperkuat. Sebab, keselamatan
berlalulintas sebenarnya merupakan tanggungjawab bersama.
Pemerintahan yang dipimpinnya, lanjut bupati, terus berusaha melakukan pembenahan pada banyak sisi. Meski belum sepenuhnya sempurna, namun upaya itu diharapkan memberi peran berarti dalam meningkatkan keselamatan pengguna jalan. Hal tersebut diwujudkan dengan peningkatan jalan maupun penambahan rambu. “Atas nama Pemerintah Kabupaten Pacitan saya mengucapkan terimakasih kepada masyarakat yang telah membiasakan berlalulintas dengan baik. Sehingga daerah kita kembali mendapatkan penghargaan dari Kementerian Perhubungan,” pungkas Pak In. (PS/PS/Diskominfo)
Bupati Indartato
menyampaikan terdapat 10 potensi bencana di Pacitan, antaranya abrasi, gempa
bumi, kebakaran hutan/lahan, kekeringan, tanah longsor, tanah amblas, ancaman
tsunami dan lainnya.
Selanjutnya dalam
sambutan Simulasi Pemberdayaan Peran dan Kesiapsiagaan Satuan Perlindungan
Masyarakat (Linmas) Dan Masyarakat Dalam Penanganan Tanggap Darurat Bencana
Tahun 2019 Jumat 13/09 tersebut Indartato memaparkan, bahwa Pemerintah
Kabupaten Pacitan masih dihadapkan dengan tugas yang cukup berat yaitu
bagaimana membangun kesadaran perorangan warganya agar dapat melindungi diri
apabila terjadi bencana.
Dalam hal ini Budi
Santoso Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Jawa Timur juga menyampaikan
bahwa Simulasi tersebut harus ada di Pacitan agar petugas dan masyarakat tahu
tentang pencegahan atau Early Warning System. “Karena Pacitan Laboratorium
bencana Jawa Timur, terlengkap,” tuturnya disertai data pada tahun 2018 Jawa
Timur terdapat 444 bencana dari 2000 benacana di Indonesia.
Harapan besar juga
disampaikan Widi Sumardji Kepala Satuan Polisi Pamong Paraja Kabupaten Pacitan,
melalui Satlinmas simulasi ini dapat dikembangkan ditingkat Kecamatan dan Desa,
sehingga masyarakat tahu dan dapat bertindak sebagaimana fungsinya saat terjadi
bencana. Selain itu 3 hal yang dibutuhkan Pacitan dapat terwujud yakni, tanggap
bencana, kesiapsiagaan dan pengurangan risiko bencana. “Tujuan utamanya untuk
meningkatkan kemampuan anggota Limnas,” tandasnya.
Tidak menampik
kenyataan bahwasanya linmas dan relawan adalah garda paling depan dan paling
dekat dengan masyarakat atau korban saat terjadi bencana, untuk itu harus
disiapkan kader yang militan agar tangap bencana tepat sasaran. Selain itu
kehadiran Linmas sebagai jembatan dengan masyarakat tentu mempermudah
pemerintah dalam hal mempersiapkan warga Pacitan yang sadar dan sigap bencana.
(budi/anjar/riyanto/wawan/wira/DiskominfoPacitan).