Gending tayub pepiling mengalun indah menghangatkan dinginnya malam Alun-alun Kota Pacitan. Gemulai penari (tledhek) meliuk indah mengundang siapa saja untuk turun arena.
Malam ini, Jumat (26/08/2022) alun-alun kota menjadi tuan rumah bagi pecinta seni tayub, sebuah seni tari yang melambangkan kerukunan. Tak heran, jika tayuban yang dikemas dalam Festival Langen Beksan itu mampu menjadi magnet bagi para pecinta tayub.
Terbukti ratusan praktisi langen beksan se Kabupaten Pacitan turun gunung. Acara yang digagas oleh Karang Taruna dan KNPI Kabupaten Pacitan itu diiringi paguyuban seni tayub Sedyo Pradonggo dari Desa Wonodadi Kulon Kecamatan Ngadirojo. Dengan menghadirkan 3 tledhek lokal serta 3 tledhek asal Trenggalek dan Ponorogo.
Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji yang hadir dalam festival tersebut pun turut ketiban sampur. Bersama unsur forkopimda, sekretaris daerah dan beberapa kepala desa turun menari tayub bersama. Lebih spesial lagi acara ini juga dihadiri anggota DPRD RI Edhie Baskoro Yudhoyono yang juga turut “mbeksan”. Tentu saja, mereka tak selihai para pelaku tayub sejati. Namun dengan mengikuti gerak penari, lambat laun gerakan tari mereka mulai luwes.
“Melalui acara ini saya berharap masyarakat Pacitan bisa bersatu bisa sayuk rukun. Karena dengan bersatu dan kompak, Insya Allah semua bisa kita atasi bersama sama,” ungkap Bupati.
Sementara, menurut Mulyadi Ketua Karang Taruna Kabupaten Pacitan, Festival Langen Beksan ini bertujuan untuk melestarikan budaya Jawa yang mulai ditinggalkan. Mengenalkan budaya tayub kepada masyarakat secara umum bagi yang belum mengetahui. Sesuai makna kata Tayub (ditata biar guyub/bersatu) Mulyadi berharap sajian kesenian ini dapat mempersatukan masyarakat Kabupaten Pacitan. (Prpkopim Pacitan / Pemkab Pacitan)
WhatsApp chat