Kesra Pacitan Jemput Bola Pahamkan Calon Penerima Dana Hibah

Bukan tidak mungkin, upaya memakmurkan masjid dan mushola berbentuk peningkatan sarana berakhir dengan jeratan hukum. Meskipun praktiknya dilaksanakan dengan baik dan benar. “Kami mencoba menyatukan persepsi agar ibadah yang dikerjakan selain diterima juga tidak menyalai aturan,” kata Arbangi, Kepala Bagian Kesra (Kesejahteraan Rakyat) Pacitan pada kegiatan Penjelasan Mengenai Tata Cara dan Pertanggungjawaban 28/03/19 di Pendopo.

Sedikitnya 317 Organisasi Masyarakat Keagamaan calon penerima dana hibah diundang untuk menerima arahan dalam mengatur dana hibah yang bersumber dari dana APBD. Dimana anggaran tersebut secara penggunaan harus sesuai ketentuan. “Meskipun hingga kini tidak terjadi temuan, namun kami menjemput bola supaya semua selamat,” Jelas Arbangi.

Meskipun APBD yang terkesan banyak, namun anggaran sebesar 1 Triliun lebih itu harus dibagi dengan berbagai program dan pembangunan, termasuk pembangunan dan peremajaan tempat ibadah. Tahun 2019 dana hibah tercatat dibagikan kepada 216 masjid dan 55 mushola. “Kami akui pada tahun ini dana yang digulirkan menurun, namun meningkat jika dibanding tahun 2017,” terang Sekda Pacitan Suko Wiyono di kesempatan yang sama.

Ia berharap pertemuan itu seluruh pengelola masjid dan mushola memahami dana hibah yang diserahkan, mengingat dana hibah termasuk bidikan pemeriksaan baik Inspektorat atau pun Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). “Semua Item secara mendetail akan diperiksa. Sehingga praktiknya harus benar dan sesuai,” tambah Suko.

Kecemasan sempat dirasakan Tukadi, sebagai takmir masjid Al Fallah Dusun bengkal Desa Tanjungsari Pacitan yang sekali menerima dana hibah menyadari, kegiatan mulia yang Ia kerjakan beserta masyarakat dapat berimbas pada mala petaka jika tidak sesuai dengan regulasi yang ada. “Kegiatan ini menjadikan kita gambling dengan manajemen yang sah sesuai dengan ketentuan,” ungkapnya. (budi/anjar/riyanto/wira/DiskominfoPacitan).

Bimbingan Teknis Manajemen Kelompok Pengembangan Perikanan, Dinas Perikanan

Fenomena kelompok pembudidaya ikan (POKDAKAN) air tawar yang seringkali timbul tenggelam, menjadi perhatian dinas Perikanan Pacitan. Banyak muncul kelompok pembudidaya baru dan yang lama sering kali menghilang.

Pernyataan tersebut disampaikan oleh Dewi Indriani, kepala bidang Perikanan Budidaya, Dinas Perikanan Kabupaten Pacitan saat membuka acara “Bimbingan Teknis Manajemen Kelompok”. Menurutnya masalah tersebut perlu dicarikan solusi, diantaranya dengan managemen kelompok yang baik.

Kali ini Dinas Perikanan Pacitan bekerjasama dengan Yayasan Gita Pertiwi Colomadu, Surakarta untuk memberikan materi tentang manajemen bagi kelompok budidaya perikanan di Pacitan. Menurut Rossana Dewi (Fasilitator / Pemateri), Manajemen dimaksud adalah kelompok harus memiliki perencanaan, pelaksanaan, monitoring, evaluasi dan pebelajaran.

Selain hal manajemen tersebut, dijelaskan ada lima prinsip dalam pokdakan. Diantaranya tertib organisasi, tertib administrasi, sumber permodalan beragam, produktif dan memiliki jaringan dan kerjasama yang luas.

Dinas Perikanan juga menggandeng PT Matahari sakti (Pabrik Pakan Ikan), untuk memberikan gambaran dan motivasi kepada para pembudidaya ikan di Pacitan. Utamanya management pemberian pakan yang baik dalam budidaya ikan.

Menurut Irwan Dwi Susatyo, tim technical support PT Matahari Sakti, pemberian pakan yang tepat akan menentukan keberhasilan dalam budidaya Ikan. Tentunya harus mengacu pada takaran yang tepat dan ideal, tidak kurang dan tidak berebihan, karena akan berakibat kurang baik. (JW/Eko/ekosetiawan.id)

Dinas Perpustakaan Adakan Bintek Kearsipan, tingkatkan Kompetensi dan Upayakan Depo Berstandar

Arsip merupakan bentuk rekaman kegiatan yang dilaksanakan sebuah organisasi yang akhirnya menjadi bukti kebenaran. Hilangnya arsip penting dapat memicu berbagai masalah bahkan dapat memicu konflik.

“Tahun 2019 kita terapkan Program Pengawasan, berbentuk Indikator Arsip Terjaga yang berhubungan dengan kependudukan terutama batas wilayah,” Kata Feri Trimuda dari Dinas Perpustakaan Provinsi Jawa Timur sebelum mengisi Bimbingan Teknis (Bimtek) Kearsipan yang di selenggarakan Dinas Perpustakaan Pacitan hari ini 27/03 di Hotel Srikandi.

Di Pacitan Pengelolaan Arsip sudah baik, namun belum memuaskan. Kondisi demikian ditengara karena kondisi Depo (Gedung Arsip) yang dekat dengan bibir pantai dan diperparah dengan kondisi gedung yang tidak memenuhi sarat. “Udara pantai memicu kerusakan ribuan arsip yang tersimpan,” papar Munirul Ihwan Sekdin Perpusda di kesempatan yang sama.

Mengingat arsip merupakan simbol peradaban serta bukti pertanggungjawaban, maka selain sarana yang mewadahi, kata Irul sapaan Munirul Ihwan, petugas arsip harus mempunyai pemahaman yang cukup serta perhatian.

Suko Wiyono, Sekretaris Daerah Pacitan mengingatkan, dilain kesempatan agar Perpusda menggelar pertemuan dengan Kepala Instansi, mengingat arsip pada intinya adalah tanggung jawab pimpinan. Sedangkan petugas merupakan kepanjangan tangan pimpinan tersebut. “Agar terjadi integrasi dari atasan dan staf,” terang Suko.

Suko juga meminta kepada instansi agar tidak tergesa-gesa mengirim arsip ke Depo, harus di simpan dulu sesuai dengan peraturan, Sehingga dokumen yang berada di Depo benar-benar arsip penting.

Menindaklanjuti masukan terkait kondisi gedung Depo yang dinilai tidak memenuhi sarat dan berpotensi merusak dokumen maka Suko akan secepatnya melapor kepada Bupati. “Termasuk honor petugas akan kami perjuangkan, namun kami harap kinerja terus ditingkatkan,” Harap Dia. (budi/anjar/riyanto/wira/DiskominfoPacitan).

Inovasi Bawa Dadapan Wakili Pringkuku Lomba Desa 2019

Melalui inovasi unggulan, Desa Dadapan melenggang mewakili Kecamatan Pringkuku pada Lomba Desa dan Evaluasi Program Pokok PKK tahun 2019 hari ini 26/03/19.

Berawal dari dinobatkan sebagai desa tertinggal pada 2007 oleh Kemendes memaksa Dadapan bangkit menciptakan berbagai inovasi baik di bidang pariwisata (Desa Wisata) Setono Genthong, Bum Des Tugu Kuning, hingga pembentukan organisasi kepemudaan bernama KEJARI (Kelas Edukasi Remaja Putri).

Proses bangkit dari status desa tertinggal tidak semudah membalikkan telapak tangan, perlu waktu, komitmen bersama untuk menyikapinya. “Terpenting adalah bagaimana semua (masyarakat)red. tahu dan sepakat dengan rencana pemdes,”papar Ismono Kades setepat.

Sanyoto Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) menegaskan lomba desa merupakan tindak lanjut Permendagri Nomor 81 tahun 2015 bentuk evaluasi perkembangan desa dan kelurahan. Ia menekankan tiga bidang yang menjadi prioritas baik tata pemerintahan desa, kewilayahan serta kemasyarakatan. “Indikatornya berupa menurunnya tingkat kemiskinan, sebagaimana gereget pemerintah pusat,” tegas Dia.

Lomba bukan tujuan akhir,  namun merupakan sarana mencapai tujuan yang diharapkan. Keberlangsungan program adalah yang utama. “Kami hanya mencocokkan  laporan yang diajukan, semoga hasilnya sesuai, sehingga Dadapan maju ke tingkat Provinsi,” harap Ketua Tim Penggerak PKK Luki Indartato. (TimDiskominfoPacitan).

Profesor Emeritus Dato’ Dr. Ibrahim Komoo; “Kita Harus Kenalkan Geo Tourism.”

Kawasan Geopark Gunung Sewu memiliki arti penting untuk masa depan Indonesia dan kelestarian alam dunia. Hal besar tersebut telah tergambar pada beberapa lukisan karya Doktor dan Naturalis Frans Wilhelm Junghuhn dari Jerman saat lawatannya tahun 1851.
“Masyarakat sekarang lebih memilih lanskap yang indah, tetapi patut kita ajar untuk melihat sisi lain kuasa Allah. Kita punya kesempatan mengajar pelancong dan anak-anak kita tentang itu,” ungkap Profesor Ibrahim Komoo dari Universitas Kebangsaan Malaysia saat berkesempatan memberikan sambutan dalam rangkaian Pra Revalidasi Geopark Gunung Sewu di kawasan Kabupaten Pacitan kemarin 24/03/19 di Halking Pendopo.
Geopark (Taman Bumi) tersebut, Kata Ibrahim merupakan sarana manusia mengenali segala sejarah dan perkembangan bumi serta manusia berjuta-juta tahun silam, meskipun hingga kini pengetahuan yang terhimpun masih terbatas. “Geopark di Asia Pacific masih menonjolkan keindahan pariwisata, kita harus kenalkan Geo Turism bukan pariwisata-pariwisata” ungkap Mantan Presiden Asia-Pacific Geopark Network.
Pariwisata berkonsep nilai ekonomi merupakan hal yang baik untuk dipertahankan demi peningkatan ekonomi masyarakat dan pemerintah, namun keindahan yang disuguhkan harus di dukung dengan segala informasi yang memiliki nilai edukasi bagi wisatawan. Seperti kawasan Pacitan mempunyai warisan berbagai jenis batu luar biasa yang tidak bisa ditemukan di tepat lain. Unesco dan seluruh warga dunia wajib menjaga dan melestarikannya. “Pariwisata harus dimaksimalkan dengan menyinergikan pariwisata umum dan geo pariwisata,” tandas Ibrahim berpesan pada Pemda Pacitan.
Menindaklanjuti masukan sementara Ibrahim, pemerintah secepatnya akan mengupayakan papan informasi sebagai petunjuk tentang keberadaan 13 Geo Site yang telah diakui Unesco, sebelum kegiatan validasi bulan Juni mendatang. Ini merupakan bentuk kampanye sejarah warisan dunia yang dimiliki Kabupaten Pacitan. “kita juga akan lebih memperkenalkan Geopark Gunung Sewu kepada seluruh masyarakat,” kata Sekretaris Daerah Pacitan Suko Wiyono.
Perihal perpindahan wewenang, sebelumnya di bawah Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan maka Suko menjelaskan pemerintah sesuai regulasi berhak mengkaji ulang hasil yang diperoleh. “Apakah kembali ke Pariwisata atau tetap di Pendidikan, namun sebelum itu otomatis koordinasi kedua OPD itu harus ditingkatkan,” tambah Dia.
Wakil Bupati Pacitan Yudi Sumbogo di kesempatan yang sama berpesan, momentum tersebut diharapkan menjadi wadah memacu diri untuk menjaga dan melestarikan warisan dunia serta menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam optimalisasi segala bentuk pariwisata. “Juga menjadi sarana penyatuan pemikiran Geopark Pacitan, Wonogiri dan Gunung Kidul, ”harap Yudi. (budi/anjar/riyanto/wira/DiskominfoPacitan).
WhatsApp chat