PANTAU: Peneliti Otonomi Award JPIP, M Aqib Ma’rufin melihat dari dekat kegiatan pemberdayaan mantan penyandang gangguan jiwa di Kecamatan Tulakan. (Foto: Ferdi)

Pacitan – Layanan masyarakat berbasis inklusi menjadi salah satu prioritas pembangunan di Kabupaten Pacitan. Dua jenis layanan dasar yang sudah menerapkan pola tersebut adalah bidang pendidikan dan kesehatan. Inovasi pemerintah daerah ini pun menyita perhatian Jawa Pos Intitute of Pro Otonomi (JPIP).

Di bidang pendidikan, PAUD Az-Zalfa terbukti telah melaksanakan pendidikan berbasis inklusi. Meski berstatus sekolah konvensional namun lembaga pendidikan di Jl Walanda Maramis itu juga menerima siswa berkebutuhan khusus. Mereka mendapat kesempatan belajar layaknya siswa lain.

Sedangkan di bidang kesehatan, ada dua puskesmas yang memiliki terobosan dalam melayani warga penderita gangguan jiwa. Keduanya adalah Puskesmas Donorojo dan Puskesmas Bubakan, Kecamatan Tulakan.

Di Puskesmas Donorojo, penanganan orang dengan gangguna jiwa difasilitasi melalui program Menangkap Dewa (menurunkan angka kekambuhan penderita jiwa). Program serupa di Puskesmas Bubakan dikemas dalam program Forji (forum jiwa). Adapun program inklusi di PAUD As-Zalfa populer dengan jargon ‘See a Person Not The Diffrences’.

“Kedatangan kami untuk melakukan verifikasi di lapangan terkait dengan program-program inovasi Pemkab Pacitan. Ini sekaligus melihat kesesuaian dengan isi proposal dan hasil presentasi,” kata peneliti JPIP M Aqib Ma’rufin saat kunjungan lapang di Tulakan, Rabu (5/9) siang.

Bupati Pacitan Indartato berharap, upaya peningkatan kualitas layanan publik di daerah yang dimpinnya terus ditingkatkan. Meksi diakui masih banyak kendala terutama keterbatasan kemampuan anggaran, namun kretivitas pemangku kepentingan di tingkat wilayah pantas diapresiasi.

“Saya kira kita semua mempunyai tujuan sama. Yaitu bagaimana mewujudkan masyarakat Pacitan yang sejahtera. Ini semua tidak mungkin terwujud tanpa kerjasama yang baik antarelemen yang ada,” tandasnya. (Ferdi/PS)

WhatsApp chat