H+3 lebaran pusat pemerintahan di Kabupaten Pacitan telah
berjalan seperti biasa, momentum tersebut dimanfaatkan untuk Halal Bi Halal
berbasis Video Confrence berpiranti aplikasi Zoom bersama Bupati Pacitan
Indartato beserta Istri, Wabup Yudi Sumbogo beserta Istri dan sekda Heru Wiwoho
dan Istri dan semua jajaran pemerintahan hingga tingkat kecamatan.
Selain bermaaf-maafan pada kegiatan ini Bupati juga
mengingatkan masing-masing Perangkat Daerah pada bidang masing-masing dalam
menjalankan tupoksinya, termasuk komitmen dalam menghadapi pandemi Covid-19.
(DiskominfoPacitan)
Momentum Hari Raya Idul Fitri ke-2 atau (25/05) dimanfaatkan
Bupati Pacitan Indartato beserta Istri Luki Indartato untuk tetap menyambung
silaturahmi dengan jajaran pejabat serta seluruh masyarakat Pacitan. Seakan tak
pedulikan pandemi Covid-19 yang kini masih merajalela, tapi bermaaf-maafan kali
ini cukup melalui aplikasi Zoom.
Masyarakat Pacitan dari dalam dan luar kota Pacitan tampak
begitu antusias dengan kesempatan yang hanya 1 jam tersebut. “Ada
masyarakat kita dari Sumatra, Madiun dan lainnya,” kata Indartato senang.
Sementara besuk (26/05), Indartato mengagendakan halal bi
halal bersama Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), sarana yang digunakan masih
tetap yakni bersilaturahmi jarak jauh. Demi tujuan bersama virus Corona hilang
silaturahmi jalan terus. (budi/andri/rch/Tika/DiskominfoPacitan).
Malam 30 ramadhan atau sehari jelang malam takbir (22/05)
Kabupaten Pacitan kembali harus menelan pil pahit, dengan terkonfirmasi 4 kasus
Positif baru dari cluster lama Ponpes Temboro, Magetan.
Dari 4 kasus baru tersebut terbagi 1 santri dari Desa Pelem,
Pringkuku, 1 dari Desa Pakis, Nawangan dan 1 santri beserta ibu dari Desa
Karangnongko, Kebonagung. Kenyataan ini membuat sebaran wabah Covid-19 semakin
merata di Kabupaten Pacitan.
Bupati dan Ketua Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kabupaten
Pacitan Indartato saat pres rilis, memohon dan meminta masyarakat untuk
disiplin dan jujur yang merupakan kunci dalam menghadapi pandemi ini.
“Disamping tim gugus tugas bekerja, masyarakat adalah kunci bersama
menanggulangi Covid-19 ini,” kata Indartato.
Sementara Rachmad Dwiyanto selaku Jubir Satgas Penanganan
Covid-19 Pacitan menyampaikan, tes Swab dari cluster Temboro dilaksanakan
antara tanggal 11 sampai dengan 18 Mei lalu oleh Balai Besar Laboratorium
Kesehatan Kemenkes RI. “Sore tadi laporan penambahan kami terima,”
ucap Dia yang juga Kadiskominfo Pacitan di kesempatan yang sama.
Terpenting walau sebaran semakin merata di Kabupaten
Pacitan, namun Jubir meminta kepada masyarakat untuk tetap tenang. Bukan
menggampangkan, namun cluster lama ini sebelumnya sudah mendapat perhatian
melalui puskesmas di kecamatan. “Sejak awal mencuat mereka sudah diburu
dan diamankan,” lanjut Rachmad.
Angka ini ungkap Rachmad merupakan angka dinamis,
kemungkinan tren positif masih menjadi keniscayaan jika melihat ke belakang
puluhan peserta tes Swab, pemudik dan momentum lebaran.
“Masyarakat wajib menjalankan protokol kesehatan secara
disiplin. Utamanya untuk stay at home, jangan keluar rumah bila tidak
betul-betul mendesak. Dan selalu memakai masker bila keluar rumah dan
berinteraksi sosial,” himbau Dia.
Utamanya pada momentum Hari Raya Idul Fitri 1441 Hijriyah
yang jatuh akhir pekan depan, masyarakat harus dewasa dengan menjadi pelopor
demi keselamatan bersama. (budi/alazim/rach/tika/DiskominfoPacitan).
Indartato gundah gulana, bagaimana tidak salah satu pabrik
rokok di Jawa Timur menjadi cluster penularan covid-19. Bupati Sekaligus Ketua
Satgas Penanganan Covid-19 Pacitan tersebut lantas meninjau langsung kondisi
Pabrik Rokok PT. Putra Pacitan Indonesia Sejahtera (PPIS) yang berada di kota
Pacitan.
Perusahaan tersebut adalah mitra produksi PT H.M Sampoerna
untuk rokok linting manual yang mempekerjakan 840 karyawan, mereka umumnya
masyarakat dari 12 kecamatan di Pacitan dan rata-rata berusia 18 hingga 40
Tahun.
“Mudah-mudahan pabrik rokok di Pacitan tidak terkena
(Covid-19),” harap Bupati usai menggelar rapat dengan pihak PPIS dan
dilanjutkan meninjau langsung karyawan. Siang ini (22/05).
Ini adalah awal komunikasi antara Satgas Covid-19 Pacitan
dan pihak perusahaan, bukan hanya di PPIS saja, ke depan Bupati mengaku bakal
memantau seluruh pabrik rokok dan pabrik lain di demi menghindari risiko yang
dapat merugikan masyarakat dan pemerintah.
(budi/alazim/rach/tika/DiskominfoPacitan).
Meski gerah dan pengap namun apalah daya Pelindung Wajah
(Face Shield) haruslah tetap dikenakan. Karena virus corona hingga kini masih
menjadi momok seluruh penduduk bumi. Di wilayah kecil kota 1001 goa ini pernah
tercatat 9 kasus terkonfirmasi positif Covid-19. Bersyukur dua pasien
diantaranya dinyatakan sembuh beberapa waktu kemarin.
Pelindung wajah dari awal diutamakan teruntuk pedagang
makanan, mereka harus ekstra sabar dan penuh keikhlasan dalam mematuhi aturan
pemerintah tersebut, ini semata-mata untuk mencegah supaya pasar tidak menjadi
sumber penularan Covid-19.
Selain melindungi diri, pedagang harus tergerak menjadi
teladan bagi pedagang lain. Lebih-lebih harus tidak segan menegur mereka yang
tidak disiplin memakai pelindung wajah dan masker. “Saat ini kita bagikan
sebanyak 600 face shield khusus kepada pedagang makanan,” kata Indartato,
Bupati sekaligus ketua Satgas Covid-19 usai membagikan pelindung wajah di pasar
Arjowinangun Pacitan. Pagi ini (22/05).
Dilain sisi, berdasar pengamatan tim liputan Diskominfo
Pacitan, banyak pedagang pasar Minulyo tidak disiplin memakai alat yang sudah
dibagikan secara cuma-cuma pada tahap pertama kemarin (16/05). Sontak perilaku
mereka membuat prihatin masyarakat dan pemerintah.
Kenyataan itu pun diakui Bupati, kesadaran pedagang adalah
yang utama sekali lagi supaya pasar tidak menjadi sumber penularan baru.
Pedagang seakan tak sadar, satu saja pedagang terkonfirmasi Positif Covid-19
maka satu pasar tersebut akan ditutup.
Lantas siapa yang akan menjadi kambing hitam dan menjadi
perbincangan, siapa juga yang akan menanggung rugi berpekan-pekan bahkan
berbulan-bulan akibat pasar ditutup, musuh tak kasat mata, ini adalah PR
bersama. “Saya mohon kesadaran dan kejujuran yang utama,” harap Indartato.
Heru Sukrisno Kepala Disperindag Pacitan mengaku, pihaknya
belum bisa berbuat banyak menyikapi persoalan ini. Hingga pada musim Prepekan
(kebiasaan belanja yang dilakukan oleh warga sehari sebelum lebaran) berjalan
seperti tak ada pandemi. “Kita menghimbau mereka setiap pagi untuk bermasker
dan memakai pelindung wajah,” kata Heru.
Memang jika ingin keluar dari cengkraman virus corona ini
tak ada pilihan terbaik kecuali bersatu, dimulai dari pribadi, kelompok dan
seterusnya. Mustahil namanya jika hanya pemerintah yang ngeyel berantas
Covid-19, dan konyol bahasanya jika
masyarakat tetap acuh dan semaunya saja.
(budi/alazim/rach/tika/DiskominfoPacitan).