Diskominfo Tak Segan Lapor Ke Bupati Jika PD Tidak Mengurusi Websitenya

Berjalannya roda pemerintahan yang disertahi berbagai keberhasilan pembangunan harus di dukung dengan keterbukaan informasi sebagaimana tertuang pada Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008, melalui era yang serba digital dimasa sekarang peran website dinilai strategis supaya segala informasi dapat tersampaikan dan terserap sepenuhnya oleh khalayak.

Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi (Diskominfo Pacitan) Rachmad Dwiyanto melihat fenomena ini sehingga mengambil upaya dengan mengingatkan istansi Pemerintah Lingkup Pemkab Pacitan, untuk kembali memaksimalkan laman yang telah disediakan tersebut. “Kita mendapat masukan dari teman-teman DPRD Pacitan,” ujar Dia (14/11).

Dari ratusan website resmi pemerintah kata Rachamd di hadapan seluruh undangan hanya 10 saja yang memenuhi syarat kelengkapan dan keaktifannya. Hal tersebut sudah barang tentu menghambat keterbukaan informasi kepada masyarakat, artinya keterbukaan informasi dapat diasumsikan terhambat. “Itu bisa terwujud melalui Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi,” kata Rachmad.

Masukan tersebut sangat diterima baik Dinas Kominfo, berbagai terobosan akan dilakukan supaya keterbukaan informasi di Kabupaten Pacitan benar-benar menjadi kenyataan, mengingat undang-undang yang disahkn pemerintah tentu mempunyai banyak sisi positif terutama kepada masyarakat. “Harus ada evaluasi dan pendampingan yang struktur,” tegas Dia. Bahkan tidak main-main Rachmad akan melaporkan kepada Bupati jika masing-masing PD tetap memilih vakum.

Sementara Kepala Bidang Informasi Agus Anshori Mudzakir berkomitmen menggunakan pendekatan ketelatenan, ia beserta stafnya selain melakukan berbagai evaluasi akan datang langsung ke instansi untuk memberikan pelatihan khusus jika PD tersebut benar-benar maengalami kesulitan. “Mereka para personil terbatas dan tidak pada satu konsentrasi,” beber Dzakir.

Sudah selayaknya masyarakat mendapat informasi siapa pun dan kapan pun, kecuali informasi yang dikecualikan yang bersifat rahasia. Ini masuk 4 standar informasi yang kudu dipenuhi masing-masing website milik pemerintah. “Nanti kita kasih simbol, yang aktif hijau, kuning stengah aktif dan merah yang tidak aktif,” pungkas Dia. (DiskominfoPacitan).

Maksimalkan Pacitan Job Fair Season II

Hanya dua hari saja, Season II Pacitan Job Fair digelar oleh Dinas Koperasi Dan Usaha Mikro Kabupaten Pacitan dengan 5925 lowongan pekerjaan menanti. Bursa kerja kali ini digelar di halaman Kampus Akademi Komunitas Negeri Pacitan.

Wakil Bupati Pacitan Yudi Sumbogo usai membuka acara pagi tadi (13/11) mengatakan bahwa kondisi tenaga kerja di Pacitan menunjukan angka yang semakin baik dibanding dengan angka pada tahun sebelumnya, dengan menurunnya angka pengangguran terbuka sebanyak 0,6 persen. Dari 0,84 persen menjadi 0,78 persen.

Meskipun mengalami penurunan tingkat pengangguran namun ada hal yang perlu diwaspadai, yakni mayoritas pencari kerja 2018 didominasi lulusan SD dan SMP sebanyak 72,6 persen dan SMA Sederajat sebanyak 13,14 persen. “Untuk itu bursa kerja kali ini harus dapat memberi solusi bagi para pencari kerja sesuai dengan latar belakang pendidikannya,” harap Yudi.

Oleh karenanya pencari kerja diharap dapat memanfaatkan kesempatan tersebut sebagai sarana mengisi kegiatan sehingga dapat produktif. Yudi juga berpesan kepada dinas terkait supaya dapat meningkatkan berbagai fungsi layanan para pencari kerja. “Guna mendukung upaya penurunan pengangguran,” pesannya.

Wicaksono Kepala Bidang Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Berharap Season II dengan 43 perusahaan yang bergabung dapat menyerap sepenuhnya para pencari kerja di Pacitan. “Pencari kerja tinggal memilih pekerjaan yang mereka anggap cocok,” terang Dia. (budi/riyanto/wira/DiskominfoPacitan)

Dinkes Pacitan Serius Sikapi Masalah Nikah Anak

Pernikahan anak menjadi permasalahan serius di Kabupaten Pacitan. Tapi itu dulu, menurut data dari Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Pacitan menunjukan setiap tahun angka terus menurun, namun demikian Pemerintah melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) enggan kecolongan, berbagai sikap ditunjukan seperti mengumpulkan instansi terkait serta perwakilan pelajar se-Kabupaten Pacitan.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Ratna Susy Rahayu menyampaikan pernikahan anak mesti disikapi serius walaupun tren terus turun. Karena angka bisa saja kembali naik jika pemerintah teledor. Apalagi banyak hal negatif mengancam pelaku, mulai gangguan mental, gangunan kesehatan jasmani, bahkan kondisi bayi yang dilahirkan berpotensi stunting. “Kami juga memberikan pengetahuan terhadap penyakit anemia, penyakit ini banyak terjadi pada generasi muda,” ujar Ratna.

Kegiatan yang masuk dalam Rangkaian Hari Kesehatan Nasional (HKN) 2019 tersebut bukan satu-satunya, Ratna membeberkan berbagai pendekatan terhadap remaja terus dilakukan disepanjang tahun baik kesekolah-sekolah maupun ke komunitas-komunitas remaja. tidak jarang Dinkes mendatangkan para tokoh remaja untuk memberi motivasi kepada mereka. “Mengingat remaja acapkali mengikuti gaya orang yang dikagumi, seperti artis dan lain-lain,” tambah Dia.

Agnes Safitri Adi salah satu narasumber yang diundang dalam acara itu secara gamblang memaparkan berbagai kerugian ketika anak memilih menikah diusia muda yakni di bawah 19 tahun. Kenyataan yang disampaikan tersebut dipastikan dapat merangsang remaja untuk berfikir dua kali ketika hendak menikah muda atau hal-hal yang bisa menimbulkan hamil sehingga berujung pada Marred By Accident (MBA). Kendati tersebut peran orang tua dan lingkung sudah barang tentu nomor satu. “Pernikahan anak juga berdampak kondisi ekonomi hingga pesikologi,” ujar Dokter Spesialis Ibu Dan Anak tersebut.

Enggan forum tersebut berakhir sia-sia, Agnes mengharap kehadiran Media benar-benar nyata, sehingga seluruh khalayak dapat ikut mengerti kondisi tersebut, karena menurutnya pernikahan anak erat hubungannya dengan tradisi dan budaya di wilayah tersebut, jadi perubahan tidak serta merta terjadi begitu saja mesti terus menerus dan berkelanjutan.

Bangsa Indonesia yang akan mendapat bonus demografi harus didukung, masyarakat Kabupaten Pacitan sudah pasti ingin terlibat di kabar gembira itu dengan menjadi bagian dari 18 persen usia produktif Indoneisa di Dunia, ramalan itu tahun 2050 bangsa Indonesia diperkirakan berada pada urutan ke-4 ekonomi global. Momentum itu harus disikapi dengan berbagai progam supaya generasi muda yang digadang benar-benar berkualitas dalam rangka membangun Indonesia. (budi/riyanto/wira/DiskominfoPacitan)

Peringati Hari Jadi Jatim Ke-74; Pemda Gelar Seni Untuk Pelajar

Memperingati Hari Jadi Provinsi Jawa Timur Ke-74 Tahun Pemerintah Daerah Kabupaten Pacitan menggelar Gelar Seni Pelajar. Acara tersebut dilaksanakan di Halaman Pendapa Kabupaten Pacitan pagi tadi (12/11) yang ditandai dengan pemukulan gong oleh Bupati Pacitan Indartato.

Asisten Administrasi Umum Hario Jumanto sebagai kutua panitia kegiatan tersebut menyampaikan animo peserta cukup baik dari tahun ke tahun, itu menunjukan bahwa partisipasi genarasi muda di Kabupaten Pacitan akan budaya asli Indonesia sangat baik ditengah derasnya arus budaya luar yang dinilai tidak sesuai dengan adat ketimuran.

Situasi positif ini diapresiasi Bupati Pacitan Indartato, khusunya para guru yang telah telaten mengenalkan dan mengajarkan seni budaya asli Indonesia kepada para anak didiknya tersebut. “Seni budaya kita harus menghiasi kehidupan kita sehari-hari,” ujar Bupati usai membuka acara.

Begitu juga di Kabupaten Pacitan yang kaya akan seni budaya, ia berharap siapa saja turut andil dalam menjaga dan melestarikannya sehingga tidak lekang oleh peradapan zaman, dengan cara melibatkannya disetiap kesempatan.

Salah satu peserta Vanesa Wibowo dan kawannya Devi Nofla dari SMP Negeri 2 Pacitan dikesempatan itu berkesempatan menari Remo, mereka mengaku bangga dengan aneka ragam seni budaya yang dipunya Indonesia. Baginya untuk andil dalam menjaga seni budaya cukup dengan bergabung disanggar. “Meskipun harus menari, bisa menulis atau yang lain,” ungkap Vanesa. (budi/riyanto/wira/DiskominfoPacitan).

2021 Bisa Petik Durian Atau Mancing Di Waduk Tukul

Desa Karanggede, Arjosari tengah bersiap-siap menyambut kehadiran Waduk Tukul, proyek bersekala nasional yang mulai digarap tahun 2017 silam dijadwalkan rampung lima tahun setelahnya atau tahun 2021.

Bambang, Kepala Desa Karanggede mengaku telah menyiapkan semua hal pasca pembangunan bendungan tersebut, bernuansa desa wisata yang mandiri dan menguntungkan semua pihak. “Desa dan masyarakat harus diuntungkan dengan hadirnya Waduk Tukul,” ujarnya kemarin 11/11.

Namun demikian pihaknya belum membuka pembicaraan dengan Pemda Pacitan, tapi angan-angan itu diyakini Bambang bakal sesuai ekspektasi, tinggal menunggu penyelesaian pembangunan, melihat wajah sebenarnya si Waduk Tukul.

Sektor lain menjadi pendukung adalah agrowisata, tengah dikembangkan di tanah seluas 10 hektar yang berlokasi di Dusun Tukul sekitaran waduk. Didukung sepenuhnya oleh Dinas Kehutanan Dan Perkebunan (Hutbun) Jatim. “Sidah dimulai. Ada pohon durian, alpokat, mangga,” jalas Bambang.

Perihal yang menjadi perhatian adalah masalah Sumber Daya Manusia (SDM) masyarakat sebagai tuan rumah para wisatawan. Jika tidak segera dilakukan berbagai peningkatan kapasitas maka bukan tidak mungkin hadirnya bendungan tidak memberi dampak yang signifikan.

Diseputaran waduk air pasti melimpah ruah, berarti konsep pertanian dinilai strategis dan menjanjikan karena didukung tanah yang subur. Namun demikian petani di utara Kecamatan Arjosari tersebut tidak mampu berbuat banyak lantaran serangan babi hutan yang menghancurkan apapun yang ditanam. “Kami hanya menanam padi,” pungkas Dia.

Kedepan dalam perkembangannya, bukan tidak mungkin pengelolaan tempat pemancingan air tawar dengan view berbeda dapat menjadi pendamping agrobisnis Waduk Tukul. Sebagai salah satu spot penghobi mancing dan diperuntukkan pada pengunjung yang menghabiskan waktu liburan bersama keluarga. (budi/anjar/riyanto/wira/DiskominfoPacitan).