Libatkan Ribuan Pelajar Pentaskan Tari Kethek Ogleng Masal

Ribuan pelajar dari berbagai tingkatan sekolah dan sanggar seni se-Kecamatan Nawangan turut ambil bagian menari Kethek Ogleng masal. Kegiatan yang digelar dalam rangka Hari Jadi ke 278 Kabupaten Pacitan itu berlangsung di pelataran Monumen Jenderal Soedirman di Dusun Sobo Desa Pakisbaru Kecamatan Nawangan.

Berlatar megahnya patung sang Jenderal Besar, lebih dari 1500 penari memainkan sebuah karya seni asli Pacitan itu. Tari Kethek Ogleng di cipta Sutiman, seniman asal Desa Tokawi Kecamatan Nawangan. Selama 20 menit mementaskan tarian Kethek Ogleng Glangsaran, Blendrong, Kudangan hingga Panji Asmoro Bangun, para peserta dari tingkat PAUD hingga SMA bergerak kompak bersama iringan gamelan.

 

Tidak ketinggalan Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji (Mas Aji) bersama isteri dan putri tunggalnya juga turut larut menari massal. Meski sedikit kesulitan menirukan dan mengikuti gerak tarian peserta lain namun, Bupati muda itu tetap semangat.

 

“Tari Kethek Ogleng ini milik panjenengan semua, milik kita semuanya. Untuk itu perlu kita lestarikan dan angkat derajatnya sampai ketingkat internasional,” kata Mas Aji dalam sambutannya.

 

Mas Aji mengajak semua masyarakat untuk menjaga dan menumbuhkan rasa memiliki terhadap kesenian asli Pacitan ini. Karena untuk mengangkat dan memperkenalkan tari Kethek Ogleng lebih luas butuh peran berbagai pihak.

 

Melihat antusiasme masyarakat dan peserta, Mas Aji berharap event ini dapat terlaksana lebih baik dan lebih besar lagi kedepannya. Tari kethek Ogleng masal yang dilaksanakan Pemerintah Kecamatan Nawangan ini merupakan pelaksanaan kedua setelah akhir tahun lalu juga digelar ditempat yang sama. Selain menampilkan kesenian tari juga digelar Bazar Produk Unggulan UMKM Nawangan.

 

@pemkabpacitan

@inb_indratanurbayuaji

#pacitan

 

Badan Informasi Geospasial: Gunung Bawah Laut Pacitan Bukan Gunung Berapi

Terkait penemuan gunung bawah laut di wilayah Kabupaten Pacitan, Badan Informasi Geospasial (BIG) menjelaskan bahwa gunung tersebut tidak ada tanda-tanda vulkanisme atau bukan gunung berapi. Penjelasan tersebut disampaikan oleh Kepala Pusat Pemetaan Kelautan dan Lingkungan Pantai, BIG, Yosef Dwi Sigit Purnomo saat melakukan pertemuan dengan Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji di Ruang Kerja Bupati, Kamis (23/02/3023).

Menurut Yosef, gunung bawah laut yang ditemukan di Pacitan lebih menekankan tentang adanya kenampakan topografi. Artinya dasar laut yang naik setinggi 2200 dari dasar 6000 meter.

“Tidak ada tanda-tanda vulkanisme, tidak ada tanda-tanda itu merupakan gunung berapi, ” jelasnya. Pernyataan yang disampaikannya itu, lanjut Yosef, mengutip pendapat Prof Amin dari ITS serta Peneliti Utama BRIN Prof Heriadi. Struktur yang menyerupai gunung merupakan kenampakan topografi yang naik di dasar laut.

Hal itu terjadi karena adanya tunjaman dari lempeng Indo-Australia. Akibatnya bagian lempeng yang lain terdorong ke atas hingga membentuk gunung. Secara geologis, proses pembentukannya sendiri dipastikan sudah dimulai sejak jutaan tahun lalu.

“Hanya baru ditemukan ketika BIG bersama BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) melakukan survei untuk kepentingan landas kontinen,” paparnya.

Terkait usul penamaan Jogo Jagat dari Bupati Pacitan, Yosef menjelaskan penamaan unsur rupa bumi melalui proses yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2021. Ada usulan dari pemerintah daerah kabupaten, ada proses penelaahan dari kabupaten kemudian naik ke tingkat pusat.

Sementara Mas Aji berharap masyarakat tidak perlu resah terkait ditemukannya gunung bawah laut di perairan Pacitan tersebut. “Sekali lagi, masyarakat tenang, tidak perlu khawatir. Gunung ini sudah berada sejak lama di posisinya saat ini, terus dari pendapat para ahli semuanya menyatakan bahwa ini tidak vulkanis, artinya potensi bahayanya tidak ada. Insya Allah aman.” pesan Mas Aji.