Peselancar Dalam dan Luar Negeri Ramaikan Kompetisi The Hidden Point Competition Pacitan

Tak hanya dikenal karena keelokan alamnya, Kabupaten Pacitan yang berada di kawasan ujung Barat Daya Jatim ini juga menjadi tujuan favorit para pecinta wisata olahraga. Dewasa ini sport tourism cukup berkembang di Kota 1001 Gua. Salah satunya surfing (selancar).

Setelah terhenti selama 2 tahun karena COVID-19, Minggu (13/8/2023). kompetisi surfing The Hidden Point kembali digelar di Pantai Pancer Door.
“Mempertandingkan 4 kategori, open long board, soft board, under 16, dan expression session,” terang Ketua Pacitan Surfing Club (PSC) yang juga ketua panitia kegiatan, Khoirul Amin.

Menurut Amin, dipilihnya Pancer Door untuk spot surfing karena mempertimbangkan peserta yang rata-rata surfer pemula. Tentu saja cukup berbahaya jika dilaksanakan di lokasi seperti Pantai Watukarung.

“Intinya tujuan kita untuk menciptakan atlet muda sekaligus persiapan Pra PON (pekan olahraga nasional) di Bali,” tambahnya terkait event yang diikuti 48 peserta.

Sementara itu Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji yang hadir pada ajang itu mengakui event kali ini lebih menarik. Pasalnya, peserta tidak hanya atlet lokal. Beberapa peserta luar daerah juga turut berpartisipasi.

“Beberapa surfer mancanegara juga turut menyemarakkan event yang sudah menginjak edisi ke 15 ini. Tentu ini sangat bagus untuk promosi wisata kita,” kata Mas Aji yang juga menjajal langsung empasan ombak Laut Selatan.

Masih menurut Aji, pengembangan wisata surfing selama ini banyak dilakukan komunitas. Tentu saja ada alasan tersendiri. Para pegiat dinilai lebih paham kebutuhan.

Di sisi lain pemkab juga tak berpangku tangan. Pihaknya berupaya membantu meningkatkan kapasitas SDM melalui workshop surfing maupun penjaringan bibit muda melalui ektrakurikuler di sekolah.

“Surfer Pacitan sudah mendapat nama di Pulau Jawa, tapi masih kalah dengan Bali,” tutur pimpinan daerah yang hobi surfing sejak muda.

Diakuinya, Pacitan memiliki banyak spot surfing kelas dunia. Bahkan, beberapa kawasan di Pacitan kerap dijadikan lokasi penyelenggaraan kejuaraan surfing internasional. Selain Pancer Door, spot lain yang digandrungi peselancar adalah Pantai Watukarung.

 

Ribuan Petani dan Buruh Pabrik Rokok di Pacitan Terima BLT DBHCT

Ribuan buruh tani tembakau dan buruh pabrik rokok di Pacitan menerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) Dana Bagi Hasil Cukai Tembakau (DBHCT). BLT DBHCT diserahkan simbolis oleh Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji kepada buruh pabrik rokok di PT Tunas Mandiri, Kelurahan Sidoharjo, Senin (31/07/2023).

“Mudah-mudahan dengan bantuan langsung tunai ini dapat menambah penghasilan. Pesan saya tolong dimanfaatkan dengan bijak,” kata Mas Aji.

Bantuan langsung tunai untuk buruh tani tembakau dan atau buruh pabrik rokok ini bersumber dari dana bagi hasil cukai hasil tembakau Kabupaten Pacitan tahun anggaran 2023. Adapun total buruh tani tembakau calon penerima BLT DBHCT sejumlah 1.470 orang sedangkan total buruh pabrik rokok sejumlah 2.242. Sehingga total penerima BLT DBHCT sebanyak 3.712.

“Melalui kegiatan ini diharapkan kesejahteraan masyarakat Pacitan khususnya untuk para buruh tani tembakau dan buruh pabrik rokok meningkat,” ungkap Kepala Dinas Sosial Sumorohadi.

Selain di pabrik rokok Tunas Mandiri, penyaluran BLT DBHCT juga dilaksanakan di PPIS, pabrik rokok Mulia Agung dan di kecamatan yang ada pertanian tembakaunya. Untuk masing-masing penerima mendapatkan 600 ribu untuk 2 bulan penerimaan.

Begini Pentingnya Deteksi Dini Gangguan Pendengaran Bayi Cegah Kebisuan

Gangguan pendengaran dapat terjadi pada beragam usia. Mulai anak-anak, remaja, hingga usia tua. Dalam beberapa kasus, kasus gangguan indera pendengaran dapat diatasi. Kuncinya adalah deteksi dini serta penanganan secara tepat.

“Yang penting sebenarnya waktu bayi. Karena kalau bayi lahir kemudian dia tidak bisa mendengar kemunginan besar dia akan menjadi bisu,” kata pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, dr Puguh Setyo Nugroho, Sp.THT-KL Sabtu (24/6/2023).

Jika hal tersebut terjadi, tentu saja kurang baik bagi masa depan penderita. Mulai dari dampak pada kehidupan, sosialisasi, maupun pendidikannya. Oleh karena itu dokter umum yang ada diharapkan berperan aktif melakukan deteksi dini di wilayah kerja masing-masing.

Bayi dengan risiko lebih tinggi gangguan pendengaran, lanjut Puguh, adalah yang lahir dengan kelainan khusus. Semisal bayi prematur, gangguan jalan lahir, maupun bayi dengan gejala penyakit kuning. Tentu saja, orang tua berperan penting memantau perkembangan anak di usia dini.

“Ketika kemudian (bayi) usia 8 bulan dia tidak respons ketika dipanggil atau dalam bahasa kita ‘dikudang’ nggak respons, ada suara keras nggak noleh, maka kita harus curiga,” ujarnya di sela Seminar dan Pelatihan ‘Penatalaksanaan Penyakit Telinga Hidung Tenggorok’ di RSUD dr Darsono, Pacitan.

Saat seorang bayi menginjak usia 2 tahun namun belum mampu bicara, imbuh Puguh, orang tua wajib memberi perhatian khusus. Rekam jejak si bayi sejak lahir pun harus dibuka. Hal itu untuk mengetahui kemungkinan terjadinya kelainan pendengaran.

“Kalau gangguan pendengaran terjadi saat anak berusia di bawah 2 tahun, sebelum dia bisa bicara, maka kemungkinan besar anak ini akan menjadi bisu. Karena periode usia emas itu 8 bulan sampai 2 tahun,” katanya.

“Periode emas itu mereka belajar untuk bicara. Untuk bicara maka dia harus mendengar. Yang mereka dengar sejak lahir sampai usia 8 bulan itu ya bahasa ibunya. Sehingga syarat untuk bicara, dia harus bisa mendengar,” tambah dokter kelahiran Punung, Pacitan tersebut.

Dia pun membeberkan teknologi mutakhir yang mampu mengoreksi gangguan pendengaran berat hingga kembali berfungsi sempurna. Yaitu dengan implan koklea atau rumah siput. Informasi semacam itu, lanjut Puguh, penting diketahui masyarakat sehingga kasus dapat ditangani tanpa menunggu penderita dewasa.

Pada kesempatan sama, Plt Dinas Kesehatan Pacitan dr Daru Mustikoaji memaparkan masih minimnya jumlah tenaga medis di bidang tersebut. Sejauh ini tercatat hanya 1 dokter spesialis THT di Kota 1001 Gua. Tentu hal tersebut tak sebanding dengan jumlah penduduk yang mencapai 500 ribu orang lebih.

“(Dokter spesialis) THT, Syaraf minimal di rumah sakit ada 2. Dan untuk (poli) yang besar seperti bedah, obgyn, penyakit dalam, penyakit anak itu ada 3 idealnya,” kata dr Daru.

Tentu saja kondisi itu mengharuskan upaya lebih keras untuk menyosialisasikan tata cara mengetahui gangguan pendengaran kepada masyarakat. Di sisi lain dinkes berupaya memanfaatkan jejaring dokter umum di wilayah untuk skrining warga. Jika didapati gejala, dapat segera ditindaklanjuti pada fasilitas kesehatan lebih atas.

“(Alat uji pendengaran) Garpu Tala saja kita baru ada sekitar 30 persen dari total jumlah dokter. Ini juga masih jadi pekerjaan rumah kita bersama,” katanya terkait perlunya peningkataran sarana. (Pemkabpacitan)

Bupati Aji Kukuhkan Satlinmas Sudimoro

Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji mengukuhkan anggota Satuan Perlindungan Masyarakat (Satlinmas) Desa se-wilayah Kecamatan Sudimoro. Pelantikan berlangsung di Balai Desa Sembowo Kecamatan Sudimoro, Rabu (21/06/2023).

Pengukuhan anggota Satlinmas juga dirangkaikan dengan sosialisasi Gempur Rokok Ilegal dari Kantor Bea Cukai Madiun. Turut hadir, Camat Sudimoro serta seluruh kades se Kecamatan Sudimoro.

“Panjenengan sudah resmi dikukuhkan, sudah ada Perbupnya. Harapannya semoga kedepan Pacitan semakin aman,” kata Bupati.

Pada kesempatan sebelumnya Mas Aji juga menghadiri sarasehan bersama para kader desa se-Wilayah Kecamatan Ngadirojo di Pantai Genting Desa Sidomulyo. (Pemkabpacitan)

BIG Segera Resmikan ‘Jogo Jagad’ Jadi Nama Gunung Bawah Laut Pacitan

Penantian masyarakat Pacitan soal nama baku gunung bawah laut di daerah itu terjawab. Badan Informasi Geospasial (BIG) akan segera meresmikan nama ‘Jogo Jagad’ sebagai nama gunung di perairan Kota 1001 Gua.

Ade Komara Mulyana, Kepala Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim dari Badan Informasi Geospasial (BIG), mengatakan penamaan ‘Jogo Jagad’ itu menanti Surat Ketetapan (SK) Kepala Badan Informasi Geospasial (BIG) Muh Aris Marfai.

“Itu diresmikan akhir bulan ini. Namanya, Jogo Jagat dan SK kita targetkan akhir bulan ini dan masih proses SK-nya,” kata dia, saat konferensi pers acara ‘International Training On Toponymy’, di Kuta, Badung, Bali, Senin (19/5).

Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji menyambut positif kabar tersebut. Meski belum mendapat informasi resmi, namun dirinya bersyukur temuan tonjolan rupa bumi di Pacitan akhirnya memiliki nama.

“Alhamdulillah, akhirnya gunung bawah laut di wilayah kita punya nama,” ucapnya dikonfirmasi detikJatim, Rabu (21/6/2023).

Selain rasa syukur, Mas Aji juga menyimpan harapan. Sesuai filosofinya pada namanya, gunung bawah laut ‘Jogo Jagad’ diharapkan menjadi simbolisasi penjagaan dunia dari marabahaya serta bencana.

“Nama tersebut sesuai dengan doa kita bersama. Artinya menjaga jagat, khususnya jagat Pacitan,” papar tokoh yang hobi berselancar itu.

Sebelumnya, Pemkab Pacitan mengusulkan nama ‘Jogo Jagad’ untuk gunung bawah laut di perairan Kota 1001 Gua. Itu menyusul permintaan dari BIG agar pemangku wilayah mengusulkan nama untuk objek yang muncul dari dasar laut itu.

Usulan itu sendiri telah disampaikan Bupati Indrata Nur Bayuaji saat pertemuan virtual beberapa waktu sebelumnya. Pemilihan nama pun diperoleh setelah melalui konsultasi dengan sejumlah pihak.

Untuk diketahui, gunung bawah laut ditemukan di perairan Pacitan. Posisinya 200 kilometer barat daya Kota 1001 Gua. Gunung bawah laut itu memiliki ketinggian 2.300 meter dari dasar laut sedalam 6.000 meter.

Gunung dimaksud memiliki garis tengah sekitar 10 km. Sedangkan puncaknya antara 3 hingga 4 kilometer dari permukaan air. Sejauh ini tidak ditemukan tanda-tanda vulkanis dari gunung bawah laut Pacitan. (Pemkabpacitan)