![](https://pacitankab.go.id/wp-content/uploads/245215131_450894389703731_8521705052291208770_n-480x320.jpg)
![](https://pacitankab.go.id/wp-content/uploads/245172381_450894396370397_5993895259821451573_n-480x320.jpg)
![](https://pacitankab.go.id/wp-content/uploads/247280417_4029309587169455_52763414850678040_n-480x320.jpg)
Setidaknya Herma Prabayanti bisa bernafas lega. Sebelumnya, sepanjang perjalanan dari Surabaya hingga Pacitan dirinya harap-harap cemas. “Jam istirahat buka gak yah,” gumamnya dalam hati. Ternyata kecemasannya tidak menjadi nyata, Desk Layanan PPID Kabupaten Pacitan tetap buka meski di jam istirahat.
Harma adalah Wakil Ketua Komisi Informasi (KI) Jawa Timur, hari ini dia menyamar menjadi warga sipil untuk memohon informasi. Beruntung staf PPID Kabupaten Pacitan tetap sigap di jam istirahat, sehingga Herma yang menyamar bersama tim terlayani dengan baik. “Jujur kami puas ya,” ungkap dia (18/10) yang ternyata mantan reporter media TV nasional tersebut.
Kepuasan Herma dilandasi komitmen Tim PPID Kabupaten Pacitan terhadap semua standar yang ditasbihkan KI Jatim. Semua bukti baik soft copy maupun hard copy tersaji dengan apik lengkap dengan datanya. “Kami berharap ini semua dipertahankan,” tegasnya.
Masyarakat harus tahu peran KI melalui PPID, keterbukaan informasi menjadi tanda bagi pemerintah kepada masyarakat akan pengelolaan anggaran dan yang lain sehingga tidak ada sesuatu yang ditutup-tutupi. Dengan begitu niatan untuk keluar dari rule dapat terdeteksi dan diminimalisir. “Misalnya badan publik tertutup, ini akan melahirkan stigma negatif dari masyarakat,” lanjut Herma.
Selebihnya keterbukaan informasi harus terus digalakkan pemerintah atas segala hal yang dilakukan, capaian yang diraih PPID Kabupaten Pacitan tiap tahun dibawah Diskominfo Pacitan bukanlah akhir tujuan, namun bukti Pemkab Pacitan yang berkomitmen terbuka sepenuhnya kepada masyarakat, melainkan informasi yang memang dikecualikan. (DiskominfoPacitan).
Bak traller film Grenland, yang menggambarkan kepanikan warga masyarakat Florida akibat jatuhnya komet Clarke yang meratakan seluruh kota. Suasana mencekam juga dialami warga Desa Gembong, Kecamatan Arjosari.
Kepanikan dan teriakan minta tolong terdengar gaduh. Sebuah rumah dilereng perbukitan longsor dan rata dengan tanah. Tak berselang asap pekat membumbung membakar sisa-sisa puing rumah. Tak sampai disitu, Sungai Grindulu yang melintasi Desa Gembong juga meluap. Mengakibatkan seluruh wilayah terendam.
Dengan peralatan seadannya, warga bersama anggota Satlinmas bersama TNI/Polri bahu membahu melakukan pertolongan dan evakuasi.
Sejurus kemudian, ratusan warga berlarian menuju titik kumpul yang disiapkan oleh pemerintah desa.
Itulah skenario simulasi mitigasi bencana yang dihelat Satpol PP Provinsi Jatim. Kegiatan itu sendiri melibatkan seluruh potensi yang ada. Baik unsur Satuan Perlindungan Masyarakat (Satlinmas) maupun warga.
Kasatpol PP Provinsi Jawa Timur, Hadi Wawan Guntoro usai menyaksikan simulasi mengatakan pentingnya pemberdayaan dalam penanganan kebencanaan.
“Pemberdayaan terhadap unsur Linmas merupakan sebuah kewajiban. Terlebih merekalah garda terdepan yang paling menguasai persoalan masyarakat,”ungkap Hadi, Kamis (14/10) .
Untuk itu, lanjut Hadi, upaya peningkatan kapasitas melalui simulasi mitigasi bencana mutlak dilakukan. “Satlinmas yang lebih tahu kerawanan wilayahnya. Maka mereka harus juga dibekali pemahaman apa yang harus dilakukan (saat bencana),” imbuhnya.
Sementara itu, Bupati Pacitan Indrata Nur Bayu Aji menggaris bawahi pentingnya peran Satlinmas di masa pandemi. Dia berharap para personel di jajaran desa dapat diberdayakan untuk percepatan penuntasan vaksinasi.
Dikatakan Bupati Aji, penguasaan wilayah oleh Satlinmas diyakini dapat membantu pemerintah dalam pemberian vaksin. Hal ini terutama berkaitan dengan penentuan warga yang menjadi sasaran vaksinasi.
“Saya harapkan Satlinmas bisa membantu sekaligus bekerjasama dengan unsur lain. Seperti puskesmas, kecamatan, juga polsek dan koramil dalam rangka percepatan vaksinasi,” pungkasnya. (Diskominfo Pacitan)