ADEM, AYEM, TENTREM: Bupati Pacitan didampingi Ny Luki Indartato menyampaikan tanggap wacana (sambutan) pada puncak prosesi Hari Jadi (Foto: Budy/Diskominfo)

Pacitan – Peringatan 275 tahun usia Kabupaten Pacitan, Rabu (19/2/2020) pagi berlangsung meriah. Perayaan diwarnai prosesi kirab budaya. Iring-ringan kirab berangkat dari dua lokasi berbeda. Yakni Desa Nanggungan dan Desa Sukoharjo. Keduanya merupakan cikal bakal berdirinya kota berjuluk ‘Paradise of Java’.

Rombongan pertama dari Desa Nanggungan membawa rucuh pace (mengkudu). Dari nama buah tersebut, konon nama Pacitan berasal. Sedangkan rombongan kedua membawa tirta wening. Air suci tersebut diambil dari sebuah sumur di petilasan Notopuro, Desa Sukoharjo.

Kedua rombongan bertemu di perempatan Penceng. Dari pusat kota tersebut, konvoi lantas berjalan kaki menuju pendopo kabupaten, Jl JA Suprapto. Sebelumnya kirab melintasi Jl Ahmad Yani dan Jl Imam Bonjol. Sepanjang rute yang dilalui, ribuan warga tampak memadati ruas-ruas jalan tersebut.

“Ini kali pertama saya ikut kegiatan prosesi Hari Jadi. Pasti bangga lah bisa menjadi bagian dari peringatan hari ulang tahun tanah kelahiran saya sendiri,” ujar Tetra Primadi (17), peserta kirab dari SMAN 1 kepada pacitankab.

Hingga menjelang pintu masuk pendopo kabupaten, Jl JA Suprapto, sisi kanan kiri jalan masih dipadati penonton. Sejumlah petugas, baik TNI/Polri maupun Satpol PP tampak mengatur warga yang berusaha merangsek masuk ke badan jalan beraspal. Sebagian warga yang sudah menunggu sejak pagi tampak berswafoto dengan latar belakang kirab.

Setibanya di halaman pendopo, prosesi dilanjutkan dengan tradisi Wijikan dan Ngunjuk Rucuh Pace. Upacara Wijikan ditandai ritual membasuh tangan dengan air suci oleh Bupati Indartato dan istri. Petugas pembawa air suci adalah Kepala Desa Sukoharjo.

Adapun prosesi Ngunjuk Rucuh Pace ditandai aktivitas minum air buah mengkudu. Bupati bersama Ny Luki Indartato mencicipi air dari perasan buah yang diyakini bermanfaat baik bagi kesehatan. Upacara itu sendiri terinspirasi kisah Pangeran Mangkubumi saat berada di tengah hutan. Kala itu dirinya kelelahan. Tenaganya baru pulih setelah minum rucuh pace pemberian Setroketipo.

SAKRAL: Iring-iringan kirab menuju Pendopo Kabupaten. Ribuan warga di kanan kiri rute antusias menyaksikan konvoi tersebut. (Foto: Budy/Diskominfo)

Bupati Indartato mengatakan, peringatan hari Jadi tahun ini memiliki makna ganda. Makna pertama adalah rasa syukur atas semua berkah yang diberikan Sang Pencipta. Di sisi lain, Hari Jadi juga harus menjadi ajang mawas diri. Dengan begitu akan selalu terpupuk semangat membangun Pacitan lebih maju dan sejahtera.

“Oleh karena itu mari kita berkaca pada diri kita masing-masing sebagai wujud introspeksi supaya Pacitan ke depan makin sejahtera serta adem, ayem, dan tentrem,” pesan Pak In depan hadirin yang memadati kawasan pendopo. (PS/PS/Suara Pacitan/Diskominfo)

WhatsApp chat